Stage 16

287 31 14
                                    

Bab baru dalam kisah yang tak pernah usai

_____________

Dalam hidup hanya berkisah tentang kemarin, esok, dan hari ini. Namun tidak berlaku bagi mereka yang berwarna kelabu. Monoton.

Riuh ramai obrolan yang semula bising seketika padam. Awal hari yang  harusnya menjadi permulaan baik kini terasa mendung. Ruangan luas yang semula hangat mulai terasa tegang yang begitu tampak. Semua pasang mata menatap ke arah tokoh utama. Tatapan itu jelas menghakimi, membuat Joonmyeon menjadi canggung.

Satu tahun penuh hilang bak di telan bumi dan hari ini kembali saat semua sudah hancur berantakan. Tentu Joonmyeon tetap menjadi orang yang paling disorot. Pemimpin buruk yang bersembunyi dan mencoba mengambil simpati. Bukan inginnya untuk menghilang, namun ia tak mungkin kembali saat ia hanya mampu menatap langit-langit ruangan dengan rasa sakit pada setiap jengkal tubuhnya.

Kehadiran Joonmyeon tak sedikit pun mampu menarik sudut bibir para member, tentu Chanyeol tidak masuk dalam hitungan. Anak laki-laki itu tampak begitu antusias. Lesung pada pipi jelas menunjukan luapan kebahagiaan. Kaki panjang miliknya segera melangkah mendekat. Ia berjongkok di depan Joonmyeon, menyamakan tinggi dengan pria cacat di hadapannya.

"Lama tidak berjumpa, hyung!"  Chanyeol tersenyum begitu ramah. Kedua tangannya menangkup sebelah telapak tangan dingin milik Joonmyeon. Bibirnya tak kunjung lelah walau tak mendapat balasan dari Joonmyeon.

Bukan Joonmyeon yang angkuh. Ia hanya tak tahu bagaimana harus bereaksi saat semua orang menatapnya dengan begitu jijik. Joonmyeon tahu jika kini tak ada lagi yang dapat  ia banggakan. Ia cacat, kedua kakinya tak bisa lagi berjalan, berlari ataupun menari. Tak ada lagi impian yang dapat ia raih dengan kondisinya saat ini. Joonmyeon cukup tahu diri.

Dengan penuh kehati-hatian Joonmyeon mencoba menatap satu per satu para anggota. Ketidaksukaan tak coba mereka sembunyikan. Saat pandangannya bertemu dengan milik Minseok maka jelas pria muda itu menghindar. Persis seperti Luhan yang berpura-pura mengikat tali sepatunya. Bukan Joonmyeon tak tahu tentang kejadian malam itu, namun ia memilih bungkam. Tak ada gunanya jika ia angkat bicara, ia akan tetap menjadi cacat. 

"Mulai hari ini aku tak ingin lagi mendengar ada omong kosong yang tersebar. Ingat, semua mata menyorot kalian. Bersikap baiklah untuk menggambil simpati!" Kalimat Tuan Park adalah mutlak. Terlalu banyak kekacauan yang terjadi hingga mengundang begitu banyak kemarahan.

Tuan Park masih menjadi pria tua yang banyak menuntut. Ia tak peduli dengan perasaan ataupun kesehatan anak didiknya. Selama mereka masih bisa bernyanyi, menari dan menghasilkan banyak uang bahkan hanya dengan menjual wajah ataupun rayuaan, maka tak ada kata istirahat. Ingat, ia yang membuat mereka terkenal.

Maka pada hari ini secara resmi Joonmyeon kembali. Beban yang sejenak ia tanggalkan harus kembali ia pikul. Kini secara mutlak hanya ada satu pemimpin dalam grup. Tak ada lagi Yifan dalam grup. Tentu bukan tanpa alasan Joonmyeon kembali hadir. Yifan telah membuat kekacauan lain yang lebih besar. Tanpa pamit ia meninggalkan grup dan dengan wajah tebal mengajukan gugatan pada perusahan. Sungguh manusia yang tak tahu diri. 

Perusahaan tentu tak akan memberikan posisi pemimpin pada sembarang orang, maka tanpa pikir panjang Joonmyeon harus kembali. Tak perlu bertanya tentang reaksi Keluarga Kim. Mereka hampir berhasil membawa anak anjingnya kembali ke jalan yang telah dibuat, namun rantai lain yang mengikat membuat kacau. Apa Kim mengalah? Tak ada kata kalah, apalagi mengalah.

 "Joonmyeon!" panggilan sang manager membuyarkan lamunan. Mata redup itu mencoba kembali fokus. "Kita perlu membuat video pernyataan. Apa kau keberatan? Jika ya maka tak masalah jika hanya dalam tulisan." 

Du hast das Ende der veröffentlichten Teile erreicht.

⏰ Letzte Aktualisierung: Dec 26, 2022 ⏰

Füge diese Geschichte zu deiner Bibliothek hinzu, um über neue Kapitel informiert zu werden!

The Last StageWo Geschichten leben. Entdecke jetzt