ASYLA || Onar

172 51 35
                                    

Sang surya membawa gempita bersama lengkungan indah yang tercipta

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Sang surya membawa gempita bersama lengkungan indah yang tercipta. Tapi hujan membawa kenangan, sekaligus luka yang mendatang.

ˏˋ°•*⁀➷

"Selamat pagi warga Cahaya. Berjumpa lagi dengan Reporter Asyla dan Noura. Disini kami akan menginformasikan hal-hal seru di sekolah kita. Contohnya kisah 'Dua I' yaitu Indis dan Indra— eh maksud saya Ibu Indis dan bapak Indra."

Gadis cantik disampingnya merebut toa dengan riang, "Betul sekali!"

Tak mau kalah, gadis kecil itu pun merebut kembali toa dan melanjutkan kalimatnya.

"Kepada Pak Indra di sudut lapangan, apa bapak merasa tak bersalah? Melihat Bu Indis yang merasa lelah? Mohon maaf pak, kami sebagai mahluk manis, tak tega cara bapak menggantung Bu Indis secara sadis," ucap cewek rambut lurus sebahu dengan gaya bahasa dibuat secara formal.

"Benar, Saya Noura Pricilla ikut merasa terluka. Ketika bapak yang tak kunjung menyatakan cinta. Apakah benar tentang rumor yang beredar, bahwa bapak telah berpaling hati kepada Bu Tegar?" lanjut Noura dengan menambahkan kesan dramatis.

"Apakah kisah cinta 'Dua I' akan usai sampai disini? Atau berlanjut sampai nanti? Dan apakah Bu Tegar, akan selalu tegar menerima kenyataan nanti? Saksikan kelanjutan kisah—"

"ASYLA! NOURA! KESINI KALIAN BERDUA!" teriakan Bu Indis menggema di sepanjang koridor kelas 10 yang kosong. Karena pada saat itu, jam pelajaran masih berlangsung.

Refleks, Asyla dan Noura menghentikan celotehan mereka. Kemudian menurunkan toa yang sempat diambil diam-diam di ruang osis.

"Mampus kita, La!" bisik Noura.

"Hm." Asyla berdehem sedih melihat Bu Indis yang kesulitan berlari di ujung koridor sana.

"Sampe hitungan ke tiga, kita lari ya, Ra!" lanjut Asyla.

Di sampingnya, Noura mengganguk patuh.

"Satu."

Tarik napas.

"Dua."

"LARI!" Asyla segera melompati dinding pembatas koridor dan melesat meninggalkan Noura yang masih kebingungan.

"WOY LA, BELUM SAMPE TIGA KOK LO UDAH LARI?!" teriak Noura setelah sadar.

"Kelamaan, nanti kita keburu di seret sama Bu Indis," balas Asyla teriak.

Noura kelimpungan mencari tempat perlindungan. Ia segera meringkuk di tong sampah dekat kelas 10 IPA 7, dengan wajah ketakutan.

"JANGAN LARI KAMU ASYLA!"

"Ampun bu, ampunnn! Syla ga sengaja bu," teriak Asyla dengan sesekali menoleh ke arah Bu Indis yang berada di belakang.

"GA SENGAJA? TAPI KAMU NGOMONGNYA PAKE TOA?!"

Bu Indis, Indis Lestari berteriak marah. Walaupun umurnya masih tergolong muda, tapi tetap saja tak mampu mengejar Asyla yang berlari kesetanan.

Bu Indis berhenti berlari.

Ia lelah, benar kata Asyla tadi.

Bukan, bukan karena tidak ada kepastian dari Pak Indra.

Tapi karena murid badung macam Asyla.

Akhirnya, Ia memutuskan untuk berhenti.

Sedangkan Asyla yang melihat Bu Indis berhenti berlari pun turut menghentikan lariannya.

Capek.

Itulah yang dirasakannya.

Asyla memegang lulutnya yang lemas.
Ia mengatur napas sejenak.

Di koridor sana, Noura tertangkap oleh Bu Tegar dan langsung diseret menuju ruang BK dengan wajah ketakutan.

Sontak Asyla menyemburkan tawanya. Noura sih bukannya lari, malah sembunyi.

Segera Asyla berbalik dan-

Boom!

Ia menabrak seseorang. Tubuhnya menegang. Susah payah Asyla menelan ludahnya. Ia mundur dua langkah.

"Aduh!" ringisnya dengan menepuk pelan dahi yang tertutupi poni.

Asyla menunduk. Ia hafal, sepatu milik siapa yang berada di depannya sekarang.

Di samping lapangan, teman-teman sekelasnya sudah tertawa terbahak-bahak. Menantikan bahaya apa yang mengancam patner Noura itu. Asyla mendelik tajam menatap mereka.

"Ehemm."

Deheman di depannya membuat nyali Asyla ciut. Dengan pelan-pelan Asyla mendongak.

"Ehh Bapak," sapa Asyla menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Sudah larinya?"

Asyla mengangguk pelan sambil meringis.

"Mari ikut saya! kita siapkan hukuman apa yang cocok untuk seorang reporter amatir, karena telah mengungkap kisah cinta 'Dua I'." ucap Pak Indra dengan menekan intonasi di akhir kalimatnya.

Asyla mengangguk pasrah.

Halig siah!

oOo

Assalamualaikum.. Gimana chapter 1 nya?
Gimana feelnya dapet gak?
Semoga dapet yah\⁠(⁠^⁠o⁠^⁠)⁠/

Ada yang kelakuannya kayak Asyla?
Jangan dicontoh ya hha.

Atau ada yang digantung kayak Bu Indis?

Aduhh jangan deh sakit.

Jangan lupa vote dan coment!

Sampai jumpa di chapter ke-2

BLUE SKY Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon