Vanilla menundukkan kepalanya, "gue sama sekali gak ingat," gumamnya sembari menggigiti bibir bawah dan mencoba menahan tangis.

"Hey..." Dava mengangkat dagu Vanilla. "Wajar kalau Lo gak ingat, dan lo gak perlu sedih. Michelle ataupun yang lain pasti ngertiin alasan lo gak bisa ingat sama mereka. Bahkan Lo pun gak sepenuhnya ingat sama gue kan?"

"I want memories back, Dava."

"Yes, i know. Semua butuh proses dan Lo harus bisa sabar, oke?" Vanilla menganggukkan kepalanya pelan. Dava kembali tersenyum seraya mengusap lembut pipi Vanilla. "Setelah Lo pindah nanti, gue akan temani Lo terapi supaya ingatan Lo pulih. Gimana?"

"Dav..."

"Apa sayang?" jawab Dava lemah lembut.

"Maafin gue ya, karena pergi tanpa bilang ke lo bertahun-tahun lamanya.

"Hmm... Kalau gitu gue juga minta maaf."

"Kenapa?" tanya Vanilla bingung.

"Karena gue labil, dan gak bisa tetap sama satu pendirian. Kalau gue jadi Lo, pasti gue akan ngelakuin hal yang sama. Bedanya, gue belum tentu kembali, tapi lo... Meski berat, Lo masih mau kembali ke gue."

Vanilla hanya bisa diam, ia tidak tahu harus berkata apa. Raut wajah di hadapannya saat ini membuat suasana hati Vanilla campur aduk, antara senang, sedih dan juga sedikit gelisah. Vanilla takut jika ini hanya terjadi di dalam pikirannya saja.

"Dav..."

Dava membalasnya dengan gumaman dan tatapan bertanya.

"Lo nyata kan? Bukan imajinasi gue doang?"

Detik itu juga Dava langsung tertawa mendengar pertanyaan polos yang di lontarkan Vanilla.

Tangan Dava menyentuh pipi Vanilla dan mengusapnya perlahan. "Gue nyata, bukan imajinasi lo," ujarnya.

"Dav..."

"Iya, Vanilla.."

"Gue takut."

"Takut kenapa?"

"Takut Lo gak bisa menerima kekurangan gue," ucapnya pelan dengan nada sedih. "Gue bukan gadis yang normal, Dav. Bahkan gue sendiri gak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang enggak."

"Hmm... Lo tahu gak sih, kenapa Tuhan menciptakan hambanya berpasang-pasangan?" Vanilla tidak menjawab, ia hanya mengedipkan matanya berulang kali. "Untuk saling melengkapi."

"Kalau manusia sempurna, berarti manusia gak memerlukan orang lain. Hidup sendiri, dan gak akan pernah merasakan namanya jatuh cinta atau di cintai seseorang. Tujuan orang saling mencintai itu, agar mereka menjadi yang sempurna. Saling melengkapi dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing."

"Contohnya, kekurangan aku akan tertutupi sama kelebihan kamu, dan kekurangan kamu akan tertutupi oleh kelebihan aku."

Dava bersimpuh di hadapan Vanilla seraya menggenggam kedua tangan wanita itu. "Gue pernah pergi dan pada akhirnya gue menyesal. Ketika Lo datang kembali, gue ragu apa rasa ini masih sama atau sudah berubah. Gak gampang untuk menyakinkan diri sendiri bahwa satu-satunya orang yang gue cinta itu Lo. Tapi karena kelebihan Lo, gue jadi sadar, bahwa selama ini gue hanya memikirkan perasaan gue sendiri dan terlalu paranoid. As you can see, sekarang gue ada disini, di hadapan Lo dan sedang berusaha untuk mengembalikan waktu yang terbuang sia-sia karena keegoisan gue."

Vanilla terharu mendengar kalimat-kalimat Dava. Vanilla jadi bertanya-tanya, apakah dulu Dava seperti ini atau baru kali ini Dava melontarkan kata-kata manis kepadanya.

If You Know When [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now