"Kak Artha?! "
Dengan cepat tangan Artha mendarat dikepala Acha. Wajahnya sudah tidak bisa dikondisikan lagi semenjak beberapa Novel tebal itu mendarat tepat diwajahnya.
Acha mengaduh kesakitan. Tangannya mengusap-usap kepalanya.ingin rasanya berkata kasar.
"Sakit tau kak!! "
"Siapa suruh! Udah tau pendek masih aja sok tinggi!! "
"Emang urusannya sama kakak apa?! " jawabnya dengan nada yang meninggi. Dengan Mukanya yang tertekuk.
"Urusan Gue? " yang ditanya hanya menganggukan kepalanya.
Artha berjongkok dan mengambil dua novel tebal milik Acha dan memperlihatkannya kearah wanita didepannya. Acha memandangi wajah Artha bingung.
"ini. Punya. gue! " ujar Artha dengan ketus.
"Loh? "
Artha membawa kedua novel itu kearah kasir. Acha masih tak mengerti apa yang dilakukan kak Artha. Sorang lelaki yang menyandang gelar pacar dengan Acha.
"Ayo! "
Setelah selesai Artha berjalan santai keluar
Dari toko buku,tempat yang baru saja dirinya singgahi begitu pula dengan Acha. Acha membuntuti Artha dengan menundukan kepalanya. Mencari tempat duduk yang pas agar tidak terlalu panas, Artha berjalan menuju kursi panjang tepat dibawah pohon dekat dengan para penjual makanan ringan.
"Kak" panggil Acha.
Rasanya dirinya ingin memaki lelaki dihadapannya ini. Dengan seenaknya mengambil novelnya yang sudah Acha impikan dari jauh-jauh hari. Bahkan berbulan-bulan kebelakang. Dan jangan lupakan! Artha seenak jidatnya Artha pula mengangkat tubuhnya, Apa Acha seenteng itu? Kalau dipikirkan lagi, Acha merasa sedikit malu. Bukan apa-apa,hanya saja, tidak ada yang pernah menyentuhnya sedekat itu selain orang tuanya.
"Apa? "
"Novelnya gimana kak? Itu aku duluan yang ngambil tau!"
Artha memberikan Novel yang Acha mau.dengan sigap Acha mengambil dengan cepat kedua Novel yang akan menjadi teman tidurnya. Artha menatap datar wajah Acha.
"Jangan senang dulu bucil! " mendengar itu Air muka Acha berubah seratus delapan puluh derajat!.
"Kita masih terikat sama perjanjian waktu itu. Jadi status babu lo, masih berlaku! Lo gak lupa kan? " Acha menelan ludahnya dengan susah payah. Kalau Artha berkata seperti ini, kemungkinan sesuatu akan terjadi pada dirinya.
"kali ini, gue bakal benar-benar menjadikan lo sebagai babu! Jangan pernah bantah apa yang gue katakan! Atau gue akan kasih lo pelajaran yang bikin lo gak bisa tidur selama sebulan! " ucapnya dengan wajah yang tidak berekspresi.
"Gak mau! "
Sontak wajah datar Artha berubah menjadi terkejut. Baru kali ini Acha membantah perkataannya. Biasanya dia hanya menuruti saja kemauannya.
"Kak Artha cuma mau manfaatin aku aja ya?! "
"Iya"
Acha mendengus kencang. Dirinya hendak membalikan badannya untuk mencari sahabatnya, kesya. Namun dengan cepat Artha menahan tangan Acha dan kemudian menariknya hingga terjatuh. Acha meringis kesakitan.
"Kak Artha Apa-Apaan sih! "
"Kalau lo masih gak mau nurut sama gue. Gue pastiin lo gak bakalan hidup tenang!" ujarnya dan pergi meninggalkan Acha yang masih terduduk direrumputan. Tubuh Acha bergetar ketakutan. Dirinya tidak pernah diperlakukan kasar seperti ini oleh Artha. Ada apa dengan Artha?.
"ACHAA!! LO KENAPA! " kesya berlari menghampiri Acha yang masih terdiam direrumputan. Dengan posisi terduduk.
"Yaampun! Jangan-jangan lo habis dijambret ya? Lo sih kabur-kaburan mulu! " omel Kesya sambil membantu Acha berdiri.Dengan cepat Acha menggeleng.
"Aku gak habis dijambret kesya" lirihnya.
"Lah terus lo ngapain duduk ditanah gitu? Latihan drama apaan lo? "
"Kak Artha"
"Kak Artha?!! "
-------------
Rahang Artha mengeras melihat adegan menjijikan dihadapannya. Hatinya rasanya remuk. Sosok yang membuatnya selalu membangga-banggakan kehadiran dirinya. Menganggap lelaki paruh baya itu adalah pahlawan didalam hidupnya. Artha tidak tau apakah sang mama mengetahui semua ini.
"PAPA!! " Teriak Artha dengan tangan yang mengepal kuat. Yang diteriaki terkejut dan membalikan badannya mencari sumber suara. Dan yap! Anak lelakinya memergokinya melakukan hal yang tak pantas. Wanita dihadapkannya merangkul dirinya dengan melontarkan kata-kata yang menjijikan.
"A-artha? "
Artha berbalik arah dan berjalan dengan rahang yang mengeras. Dirinya menaiki motor ninjanya dan mengendarainya dengan kecepatan diatas rata-rata. Dirinya muak melihat papa yang seharusnya berada diluar kota. Apakah setiap sang papa beralasan berkerja keluar kota adalah alibi semata? Untuk membohongi dirinya, zea dan juga sang mama.
Artha berniat mengunjungi sebuah taman yang memang baru beberapa hari dibuka. Mungkin dirinya hanya akan berjalan-jalan sambil menenangkan pikirannya. Tidak, Artha tidak akan mengambil nikotin untuk pelampiasan semata. Apalagi sebotol minuman yang hukumnya adalah haram.
Artha jika berada dikondisi ini. Dirinya Hanya akan menenangkan ditempat yang terbilang ramai. Aneh memang. Yang lebih aneh, kini hari memang terbilang pagi. Namun Artha sudah melihat sesuatu yang membuatnya muak, marah, kecewa. Semua campur aduk yang susah untuk dijelaskan secara verbal.
Entah mengapa, Artha memarkirkan motor ninjanya didepan toko buku. Entahlah dirinya hanya mengikuti Arah kakinya berjalan. Pikiran yang kalut membuat otaknya tidak berfungsi dengan baik.
Melihat seseorang yang familiar. Artha berusaha mengganggunya. Juga dirinya hanya ingin membayar apa yang Acha beli. Apapun itu. Artha rasanya mengikuti apa saja yang tubuhnya lakukan tanpa sadar.
Dan juga sebuah tarikan yang disebabkan oleh tangannya membuat Acha tersungkur. Artha merasa tidak bersalah. Entah mengapa Artha hanya butuh pelampiasan.
Artha hanya berlalu dan meninggalkan Acha ditengah kesakitan yang Acha rasakan. I dont care.
Artha berjalan menaiki motor ninjanya. Memakai helm dan berlalu begitu saja. Sungguh! Artha merasa hatinya mati rasa. Artha mengendarai ninja kesayangannya dan mengendarainya dengan ugal-ugalan.
Namun sebuah klakson membuyarkan fikirannya. Dan membuat tubuhnya reflek terkejut namun keterkejutannya tidak berlangsung lama.
"AWASS!! "
BRAKKK
Dan semua gelap.
TBC
Dah lah ....
Maaf pendek ya...
Lagi gak niat nih, tapi votenya jangan lupa ya!! Muehehe
YOU ARE READING
Acha
Teen Fiction"Muka kamu tuh kaya jalan tol tau gak! RATA! gak ada ganteng-ganteng nya! " bentaknya. "Seriusly?" Artha berlagak layaknya sedang terkejut.namun kemudian dia memberikan smirknya membuat Acha terdiam dan menutup matanya, entah karena takut atau terl...
