~•Mungkin? •~

131 9 0
                                        

Kesya membulatkan matanya.tak menyangka bahwa Artha akan menerima Acha sebagai pacarnya, mengingat Artha sangat susah untuk didekati oleh wanita manapun!.terlebih lagi Bagaimana bisa hanya dalam satu hari pertemuan!,yaitu Acha yang menembaknya secara yaa bisa dibilang tidak dari hati itu.

Dan ditambah Acha yang harus menjadi Assistent pribadinya Artha yang dalam kurung 'babunya' Artha. perlakuan Artha kemarin membuat Kesya merasa bersalah, Pasti acha akan terus kerepotan.

Kesya makin merasa bersalah, kesya hanya ingin memanfaatkan situasi saja, karena dare yang dilakukan beberapa hari lalu, hanya untuk bersenang-senang saja.

Jika Acha memenuhinya maka Acha akan mendapat pacar most wanted disekolahnya ini, jika memang sudah tidak bisa dare itu terpenuhi, kesya akan mendapat tas impiannya. Kesya mengira memang Artha akan menolaknya dan pergi meninggalkan Acha seperti wanita-wanita yang menembaknya sebelumnya. Namun keadaan tidak sesuai ekspetasinya!.

Acha beruntung bisa menjadi pacar sang most wanted, namun sangat sulit jika Acha harus ditambah menjadi Assistent Artha. Persyaratan yang tidak masuk Akal!.

Kesya mengira bahwa Artha hanya memanfaatkan Acha, menjadikan Acha babunya itu adalah hal yang menguntungkan Artha namun tidak bagi Acha.

"Maaf ya Ca, gue yang bikin lo terjebak disituasi ini,lo gausah jadi pacarnya Artha deh! Gue gak bakal minta tas yang harus lo beli. Ga papa kan dare itu cuma buat seneng-seneng doang Ca"

"Ish Kesya! Acha gak apa-apa tau! Walaupun kak Artha kemarin nyebelin,tapi Acha terima. Acha bakal coba buat terbiasa sama  kak Artha".

"Maaf ya Ca, sekali lagi Maaf"

________


"Lo bawa tuh,  gue mau kekantin "

Acha hanya menurut dan membawa semua buku yang harusnya Artha bawa ke Ruang guru. Acha pasrah saja, toh dia gak keberatan.

Sebenarnya Acha sangat merindukan seseorang yang sikapnya benar-benar mirip begitupun dengan wajahnya. Acha berharap bahwa seseorang yang dia rindukan akan bisa disisinya kembali, walaupun itu mustahil.

"kak Artha kenapa mirip banget sih sama Aksa. Aksa tuh suka bikin Acha kesel, tapi Aksa baik sama Acha. Acha kangen sama Aksa" gumamnya sambil membawa setumpuk buku.

"Ih apasih. Kok aku malah mikirin orang itu" Acha menggelengkan kepalanya berniat menghapus memori yang kini bertengger dikepalanya.

"ACHAA! " Sang empu pun menoleh melihat seseorang yang menghampirinya sambil berlari. Acha menghentikan langkahnya.

"gue bantu ya Ca" Acha menggernyit.kak Jesson bukannya dengan kak Artha dikantin?.

"Gue disuruh si Artha buat bantu lo, jahat-jahat gitu dia masih care sama lo, sini gue bawa setengahnya" ucap jesson sambil mengambil setengah dari buku yang Acha bawa, mendengarnya Acha hanya manggut-manggut mengerti. Dan melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

"Kak jesson Acha boleh nanya gak? "tanya Acha. Jesson hanya mengangkat Alisnya menunggu pertanyaan dari Acha.

"Kak Artha nama panjangnya Apa? "

"Lo gak tau?! " Pekiknya, Jesson mengira semua wanita yang ada disekolah ini pasti tau akan seluk beluk Artha. Apalagi yang Acha yang notabenya pacar Artha. Hanya Nama panjang yang sangat simple dan pasti semua orang tau. itupun Acha tidak tau?. Acha hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Gue kira lo udah tau, Jadi nama Artha itu panjang nya Artha Mahendra Gibrantho. "

Sontak membuat Acha menegang. Gibrantho?. Marga itu. Acha rasanya ingin menangis. Mata Acha pun mulai berkaca-kaca siap tumpah kapanpun.

Jesson melihat perubahan raut wajah Acha dan tubuhnya seakan membeku.membuat banyak sekali pertanyaan muncul dikepalanya.

"Ca? Lo gak papa kan? "

"E-enggak kok...G-gak papa"Acha mempercepat langkah kakinya dan meninggalkan Jesson yang kebingungan.

______

Artha melempar benda bulat berwarna orange itu kedalam ring dengan tepat. Semua wanita bersorak gembira dan meneriaki Artha yang memang kadar ketampanannya bertambah sepuluh kali lipat jika berkeringat seperti ini.

Acha terpaksa menunggu Artha berlatih basket, sebenarnya Acha ingin pulang saja. Tidak ada kerjaanya seperti para siswi itu, rela membuang waktunya hanya untuk melihat Artha berlatih Basket.

Acha menghembuskan nafasnya pelan. Saat Artha menghampirinya. Acha segera menyodorkan handuk keArtha dan memberikan air mineral. Artha hanya memandangnya dan berdecak.

"Lap-in gue! Tangan gue pegel"

Acha menarik tangannya dan mulai mengelapi Artha. Acha hanya memasang muka datar. Acha hanya ingin segera pulang dan menyelesaikan semua ini.

"Kak, Acha mau pulang" ucapnya setelah selesai. Dan memberikan Artha Air mineralnya. Artha mengambil Air mineral ditangan Acha dengan kasar. Menggeram dan menatap tajam Acha setelah mendengar ucapan Acha.

"Lo gak boleh pulang tanpa ada izin dari gue. " ucapnya penuh penekanan membuat Acha menelan ludah kasar.

"I-iya kak" Acha menunduk takut.

Artha melihat Acha menunduk berdecih, melihat Acha yang gampang sekali takut dan menurut. Well  bagus untuk Artha karena dia suka itu. tapi jika Acha takut kepada lelaki lain, membuat Artha sedikit khawatir. Artha ingin Acha menjadi Perempuan yang berani.

"Penakut banget jadi cewe" sindirnya. Acha hanya menutup matanya dan menghiraukan ucapan Artha. Artha sangat ketus. Acha harus bisa sabar menghadapi sikap Artha. Acha yakin Artha sebenarnya orang baik.

_______

Akhirnya Acha merebahkan badannya dikasur kesayangannya. Setelah membersihkan badannya. Acha melirik jam dikamarnya yang menunjukan pukul 20.00 Acha menghela nafas pelan. Semenjak dirinya menjadi Asistent Artha. Acha selalu pulang malam.

Acha memeluk guling dan memandang langit-langit kamar. Mengingat kembali saat dirinya menembak Artha.

Acha menunduk menerima segala cacian dan teriakan yang didominasi oleh para siswi itu. Acha rasanya ingin menangis saja. Tapi Acha dengan sekuat tenaganya menahan agar air mata itu tidak jatuh.

"see? , Welcome to the hell "

"k-kak" Acha  menyesal mengatai Artha tadi. Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya.

"Gue bakal terima lo jadi pacar gue, kalau lo mau ngikutin syarat yang gue kasih ke lo" ucap Artha. Acha menelan ludahnya kasar. Acha harus menjadi pacar Artha.demi memenuhi Dare yang diberi oleh kesya.

"A-aku bakal nurutin s-semua yang kakak suruh. Asalkan Kak Artha nerima Acha" tangannya gemetar. Karena kini semua yang ada dilapangan mengelilinginya. Acha sangat malu. Acha bahkan rela menjatuhkan harga dirinya.

Entah Acha sangatlah Polos atau bego. Karena sangat gencar untuk memenuhi dare itu. Karena Acha sudah berada dilapangan ini dihadapan Artha. Maka Acha akan menerima resikonya. Acha tidak mau tanggung-tanggung dalam berbuat. Dia sudah terlanjur disini.

"Oke. gue pegang janji lo" Artha beranjak meninggalkan Acha sekaligus kerumunan para siswi yang penasaran. Jesson menghampiri Acha.

"Ca, Tenang aja!  Gue dukung lo kok! " Jesson menepuk bahu Acha dan menyemangatinya. Acha tersenyum hambar.

Setelah Jesson pergi kini para siswi menyoraki Acha.Acha harus menahan dan mengorbankan harga dirinya saat ini. Acha tidak tau akan menjadi seperti ini.

Acha menghembuskan nafasnya lagi dan lagi. Acha berfikir bahwa dirinya sangatlah bodoh saat itu. Acha menyesal,tapi apa boleh buat. Semua sudah terjadi,Acha hanya perlu mengikuti Alur nya. Biar tuhan yang mengatur semua.

______
-------
----
-

Vote+Komen ya!

AchaWhere stories live. Discover now