BAB 6

4.8K 403 9
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

__________________________________

Mansion bergaya Eropa tersebut terlihat megah di tengah gelapnya malam. Lampu-lampu menyala menerangi mansion yang di dominasi warna putih tersebut, membuatnya semakin menawan dengan kecantikannya yang luar biasa. Taman-taman yang dihias sedemikian rupa dengan bola lampu berwarna terang, menyinari beraneka bunga yang ada dan membuatnya tampak hidup meskipun langit berubah gelap.

Mobil hitam tersebut berhenti tepat di bagian belakang mansion. Seorang penjaga dengan cepat membuka pintu mobil, kepalanya menunduk hormat saat Rayyan melangkah keluar. Rayyan berdiri di tempatnya untuk beberapa saat, menatap bangunan megah bergaya Eropa di depannya. Sudah terlalu lama ia tidak datang ke tempat ini, dan rasanya kini ia begitu merindukan tempat kedamaian itu.

Mansion tersebut didesain langsung oleh seorang arsitek kenamaan Eropa. Bangunan tersebut adalah wujud dari perpaduan antara seni dan keindahan, membuatnya menjadi sesuatu yang sangat menakjubkan. Mansion tersebut gambaran sebuah istana ratu, anggun dan elegan dan mampu membuat siapapun yang melihatnya akan merasakan aura dingin dan keeleganan yang nyata.

Tepat di belakang mansion, sebuah hutan terlihat begitu hijau dan menyejukan di siang hari. Namun pada malam hari, hutan tersebut seakan menyimpan misteri juga kegelapan liar. Tepat di antara hutan, terdapat sebuah jalan beraspal yang menjadi jalan satu-satunya menuju paviliun besar. Paviliun tersebut begitu tersembunyi dan hanya para penghuni disini yang mengetahuinya.

Seorang pria berperawakan tinggi besar berjalan menghampiri Rayyan. Pria dengan jenggot lebat itu menunduk hormat pada Rayyan, tanpa senyum sedikitpun di wajah dinginnya. "Anda memanggil saya, tuan." suaranya bahkan terdengar dingin, namun tentu saja tak mampu mengalahkan kedinginan lelaki di hadapannya.

"Kau datang tepat waktu, Igor." Rayyan menatap pria di depannya dengan sorot mata tanpa ekspresi.

Igor menegakkan tubuhnya dan menatap Rayyan, "Setelah tuan Leo menghubungi saya, saya segera menuju tempat ini." katanya.

Leo berdiri tak jauh dari Rayyan, matanya menatap lurus ke arah Igor sebelum menatap Rayyan. "Kita akan kesana sekarang?" tanyanya.

Rayyan mengalihkan perhatiannya, "Ayo." balasnya, lalu melangkah memasuki jalan beraspal menuju paviliun. Tubuh tegapnya berjalan menembus kegelapan hutan. Tak ada penerangan atau sekedar lampu jalan, satu-satunya penerangan adalah cahaya rembulan yang menembus sela-sela dahan pohon. Suara geraman menyambut langkah mereka yang semakin dalam memasuki hutan. Gemerisik dahan yang bergesek, juga dedaunan yang terinjak terdengar semakin jelas bersamaan dengan sosok putih dan gagah yang datang mendekat.

Rayyan menghentikan langkahnya, mengamati sekitar dan menatap sosok putih yang kini berdiam di atas dahan pohon tumbang. Rambut putihnya yang bersih, bersinar di bawah cahaya rembulan. Matanya yang tajam dan indah menatap tuannya yang kini berdiri menatapnya. Sosok itu mengeram, lalu mengaum dan membuat kesunyian malam itu terusik oleh suaranya.

"Kemarilah." tangan Rayyan terangkat perlahan, membuat harimau putih itu dengan cepat melangkah padanya penuh semangat. Terlalu merindukan tuannya yang sudah cukup lama tak ditemuinya. Kepala harimau putih itu bergerak-gerak di tangan Rayyan, mengusapkannya pada lengan sang tuan. "Kau merindukanku, Bourreau?"

Harimau putih itu mengaum pelan, seakan menjawab pertanyaan tuannya. "Hari ini aku membawakanmu hadiah lagi." Rayyan mengusap tubuh Bourreau, dan sekali lagi harimau putih itu mengaum. Harimau putih itu berukuran cukup besar dari harimau biasanya, dan dibesarkan selayaknya hewan liar. Namun Bourreau begitu jinak ketika bersama Rayyan, seperti seekor kucing kecil yang selalu bermanja pada tuannya dan menghilangkan kesan hewan buas yang ada pada harimau putih itu.

Light in The Darkness - #1  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang