BAB 13

7K 428 16
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

_________________________________

Anan berjalan di belakang Rayyan sambil menatap punggung suaminya yang tegap itu. Setelah mandi tadi, Rayyan benar-benar mengajaknya ke ruang kerjanya. Entah apa yang akan di lakukannya disana. Dia tidak tahu. Dia malas bertanya kepada Rayyan, jadi dia hanya mengikuti apa yang di perintahkan suaminya itu.

Ini pertama kalinya Anan ke ruang kerja Rayyan. Sebelumnya, dia tidak pernah ke ruangan itu. Lagipula untuk apa dia masuk kedalam ruangan tersebut?

Anan masuk ke dalam sebuah ruangan yang sangat besar dengan nuansa yang sangat maskulin. Terdapat sebuah meja kerja yang barada disisi jendela yang cukup besar. Disisi lainnya, tepatnya di dekat jendela itu terdapat sebuah piano besar hitam yang sangat elegan. Ruangan tersebut di penuhi oleh rak-rak dan lemari yang berisi buku-buku dan berkas. Dan di depan rak-rak buku terdapat sebuah sofa berwarna hitam. Ruangan ini begitu nyaman.

"Masuklah." Ujar Rayyan ketika melihat Anan yang hanya bediri di ambang pintu terpesona dengan ruang kerjanya.

Anan melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan tersebut. Dia lalu duduk di atas sofa karena Rayyan menyuruhnya duduk disana.

Rayyan ikut mendudukan dirinya di samping Anan. Dia menatap istrinya itu sambil tersenyum. "Kau menyukai ruangan ini?"

Anan menganggukan kepalanya "Ruang kerjamu begitu nyaman." Ucapnya jujur. "Kanapa kau membawaku kemari?"

"Aku hanya ingin memperlihatkan bagian rumah ini kepadamu. Dan aku juga tahu kalau kau menyukai buku-buku, sehingga kau ku ajak kemari. Kau suka kan?"

Anan hanya menganggukan kepalanya.

"Kau boleh masuk kesini sesuka hatimu. Ini menjadi ruanganmu juga."

"Ya, terima kasih." Ucap Anan senang. Pertama kali melihat ruangan ini, dia sudah sangat menyukainya. Dia memang sangat menyukai rak-rak berisi buku-buku, layaknya di perpustakaan. Entah kenapa dia menyukai hal itu, hanya saja dia merasa sangat nyaman berada di tempat seperti itu.

Anan melirik jam yang tertempel di dinding. Sudah masuk sholat isya. Anan bangkit dari duduknya hendak pergi kembali ke kamar.

"Kau mau kemana?" Tanya Rayyan ketika melihatnya hendak pergi.

Anan tersenyum lembut, "Aku ingin sholat isya. Kau ingin ikut?" Anan sengaja bertanya seperti itu kepada Rayyan. Dia hanya ingin mencoba menyentuh hati Rayyan dengan mengajaknya sholat.

Rayyan hanya diam tak menjawab pertanyaan Anan. Rahangnya sudah mengeras menahan marah kepada Anan. Lagi-lagi Anan memancingnya. Apa gadis itu tidak bosan bertengkar?

Anan berdecak kesal, "Kau pasti tidak ingin ikut." Tebak Anan. Kemudian dia menghela napasnya.

"Mau sampai kapan kau terus seperti ini Rayyan?"

Hening. Tak ada sedikit pun jawaban dari Rayyan. Anan menahan amarahnya karena Rayyan. Apa dia menikahi lelaki bisu? Sepertinya dia mulai gila karena berpikiran seperti itu.

"Oh iya, aku lupa. Semua urusanmu, bukan urusanku. Itu semua karena aku hanya istri mainanmu saja." Anan tersenyum miris. Dan sedikit menyesal karena mulutnya sulit sekali dikendalikan untuk tidak memancing emosi suaminya.

Rayyan mengeraskan rahangnya. Tangannya mengepal menahan emosi yang jika dibiarkan pasti akan meledak dengan cepat. "Jangan memancing emosiku Anan." Desis Rayyan marah. Sebenarnya apa yang ada di pikiran istrinya ini? Baru saja mereka berbaikan, sekarang sudah mencari masalah lagi. Apa dia ingin pernikahan mereka di warnai pertengkaran setiap waktu?

Light in The Darkness - #1  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang