BAB 21

5.7K 339 3
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

_______________________________

Rayyan mengacak rambutnya frustasi. Apa yang di takutinya akhir-akhir ini terjadi juga. Dia menyesal, menyesal tidak dapat menjaga Anan dengan baik. Seharusnya dia ada saat itu, saat Anan menelponnya menyuruhnya pulang. Awalnya, dia hanya berpikir Anan hanya terbawa suasana saja saat dia bilang ada yang aneh di rumah. Sehingga dia menolak untuk pulang karena memang pekerjaannya sedang menumpuk. Tapi ternyata, apa yang di rasakan Anan benar adanya. Rumah mereka ada yang berbeda, semua pegawai tiba-tiba menghilang, dan hanya ada Martini yang selalu berada di samping Anan. Dan hal itu pun terjadi. Anan, istrinya di culik.

Leo tiba-tiba masuk ke dalam ruang kerja Rayyan, menghampiri sahabatnya yang terlihat sangat frustasi. Leo tahu, Rayyan sangat menyesali kejadian ini. Dan dia juga tahu bagaimana kekhawatiran Rayyan saat ini, mengingat istrinya yang sedang mengandung di culik oleh seseorang yang entah siapa.

"Rayyan." panggil Leo pada Rayyan yang menundukan kepalanya.

Rayyan mendongakan kepalanya menatap Leo yang berdiri di depannya. "Ada apa?" tanyanya serak.

Leo meringis, merasakan nada ketakutan dalam suara Rayyan. Oh Tuhan, dia tidak akan pernah menyangka bila Rayyan Calief bisa menjadi seperti ini. Suaranya yang dahulu di penuhi ancaman, kini berubah dengan ketakutan. Pun dengan wajahnya yang biasa terlihat datar, kini di hiasi dengan sisa air mata yang mengering.

"Kau harus makan, Rayyan. Sudah hampir seharian kau mengurung diri disini." Leo menatap sahabatnya yang kembali menunduk.

"Aku tidak ingin makan. Pergilah, aku ingin sendiri." tolak Rayyan datar. Saat ini dia tidak ingin di ganggu oleh siapapun. Dia ingin sendiri, menyesali perbuatannya yang begitu bodoh. Untuk kedua kalinya.

Leo menghela napasnya perlahan, "Orang tuamu, mereka sangat mencemaskanmu. Mereka takut kau sakit, Rayyan. Lagipula, bagaimana caramu mencari Anan jika tenaga pun kau tak punya?" bujuk Leo halus, namun Rayyan tetap menolak.

"Aku tidak ingin makan, Leo. Yang aku inginkan hanya istriku. Hanya dia yang ku mau." katanya pedih.

"Maafkan aku. Aku juga sedang berusaha membantumu menemukannya."

Sejak kejadian Anan di culik, Leo menurunkan separuh anak buahnya untuk mencari keberadaan Anan. Separuhnya lagi, dia perintahkan untuk menyelidiki siapa dalang yang sebenarnya. Dalang di balik penculikan Anan dan pembunuhan para pegawai yang bekerja di rumah Rayyan. Para pegawai tersebut di temukan tewas di dalam gudang saat anak buah Leo mencari jejak penculikan Anan. Sedangkan Mertini di temukan tewas di kamar utama dengan luka tembak di dada. Hal itulah yang membuat Leo yakin jika penculiknya bukanlah penjahat yang menginginkan uang, melainkan menginginkan kehancuran Rayyan. Penculik itu pasti tahu betul betapa berharganya Anan bagi Rayyan.

Ketukan di pintu membuat Rayyan dan Leo menoleh. Leo segera berjalan kearah pintu dan membukanya. "Tuan Nasri." Leo menganggukan kepalanya sopan pada Nasri yang berdiri di depan pintu.

"Boleh saya masuk?" Nasri tersenyum menatap Leo ramah.

Leo membuka pintu tersebut lebar, "Silahkan. Kalau begitu saya permisi keluar, tuan."

"Terima kasih, nak. Oh iya, jangan panggil aku tuan, panggil saja aku ayah. Kau anakku juga."

"Baiklah, ayah." Leo tertawa kecil. "Masuklah dan temui dia." katanya lalu pergi meninggalkan Nasri berdua dengan Rayyan.

Rayyan menatap Nasri yang semakin mendekat dengan sendu. Dia malu. Dia telah mengingkari janjinya untuk menjaga Anan. Dia bersalah, sangat bersalah. Jika Nasri berniat memarahinya atau menyalahkannya, dia akan menerimanya dengan ikhlas. Karena kenyataannyalah dia yang bersalah.

Light in The Darkness - #1  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang