BAB 15

6.8K 416 8
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

_________________________________

Rayyan berdiri dengan gelisah di depan ruang Unit Gawat Darurat. Wajah tampannya sangat menunjukan bahwa dia sedang sangat khawatir. Dia mengacak rambutnya kasar karena frustasi. Bagaimana dia tidak seperti ini? Sudah hampir tiga jam istrinya masuk ke dalam ruangan terkutuk itu, tapi sampai sekarang tak ada seorang pun yang memberitahukan keadaannya. Andai saja ada satu orang yang memberitahu keadaan istrinya, pasti dia tidak akan sefrustasi ini.

Ini semua salahnya. Dia tidak dapat menjaga Anan. Dia tidak dapat melindungi istrinya dengan baik. Dia mengingkari janjinya pada Nasri.

Apa yang harus dia lakukan sekarang? Dia sangat khawatir dan takut terjadi sesuatu kepada istrinya. Dia tidak ingin kehilangannya. Dia tidak mau jika....

Rayyan kembali mengacak rambutnya frustasi. Sudah berapa puluh kali dia mengacak rambutnya hingga membuatnya tak beraturan. Dia takut. Dia cemas. Adakah seseorang yang bisa membantunya?

"Pak Rayyan, sebaiknya Anda duduk dahulu. Sedari tadi Anda berdiri terus." Ucap Eri mengintrupsi.

"Saya tidak ingin duduk pak." Jawab Rayyan sambil menyandarkan punggungnya ke tembok. "Sebenarnya apa yang mereka lakukan di dalam?" gerutu Rayyan tak sabaran.

"Anda harus sabar pak, dokter pasti sedang berusaha menyelamatkan Anandia." Eri mencoba menenangkan Rayyan yang mulai terpancing emosinya. Walaupun dia sendiri tidak tahu kenapa Rayyan sangat mengkhawatirkan keadaan Anan.

"Benar apa kata pak Eri, Rayyan. Kau harus sabar sedikit, dokter pasti sedang melakukan yang terbaik untuk Anan." Tambah Alan yang berada di samping Eri.

"Bagaimana bisa aku sabar? Sudah hampir tiga jam mereka di dalam tapi sampai sekarang tidak ada yang memberitahukanku keadaannya?" Ucap Rayyan marah.

Rayyan mengacak rambutnya, lagi. "Maaf." Katanya seraya menundukan kepalanya.

Alan bangkit dari duduknya menghampiri Rayyan. Dia menepuk bahu Rayyan pelan. "Jangan khawatir, Anan pasti akan baik-baik saja. Percayalah. Dia gadis yang kuat, dia pasti bisa bertahan."

Rayyan hanya menganggukan kepalanya tanpa memandang Alan. Ya, semoga Anan baik-baik saja. Istrinya gadis yang sangat kuat. Dia pasti bisa bertahan.

"Rayyan!"

Cathy berlari menghampiri putranya diikuti suaminya di belakang. Dia menatap khawatir pada putranya yang sudah seperti orang frustasi.

"Rayyan, bagaimana keadaan Anan?" tanyanya khawatir.

Rayyan menggelengkan kepalanya, "Belum tahu mom, dokter sedang menanganinya." Jawabnya lirih.

"Bagaimana ini bisa terjadi?"

"Dia di tusuk seseorang." Jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari ubin rumah sakit. Hatinya kembali terasa sakit mengingat kejadian tadi siang. Dia tidak tega melihat istrinya meringis kesakitan.

"Astagfirullahal'adzim. Siapa yang tega melakukan itu pada Anan?" Cathy menutup mulutnya terkejut. Air matanya jatuh membasahi pipinya. Dia menangis tersedu pada dada bidang Edward yang langsung mendekapnya.

"Keluarga pasien?" seorang dokter keluar dari dalam ruang UGD.

"Saya suaminya." Ucap Rayyan sambil berjalan menghampiri dokter tersebut. "Bagaimana keadaan istri saya?"

Light in The Darkness - #1  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang