BAB 23

7.1K 393 6
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

_______________________________

Rayyan merasakan denyutan hebat di kepalanya. Rasanya sangat sakit dan menyiksa, hingga dia hampir merasa kepalanya akan pecah. Dia membuka matanya perlahan, mengerjapkan kelopak matanya mencoba memfokuskan pandangannya. Dimana dia sekarang? Kenapa dia bisa berada disini? Bukankah tadi dia tengah berkelahi dengan para suruhan Alex? Dan setelah itu dia terkapar karena terkena pukulan salah satu dari mereka. Setelah itu dia tidak ingat apa-apa lagi, selain istrinya yang menangis memanggil namanya.

Astagfirullah! Anan! Dimana dia sekarang? Bagaimana keadaannya?

Rayyan mencoba bangkit dari posisinya. "Anda jangan bangun dulu, tuan." Dia baru menyadari ada seorang dokter yang tengah mengobati lukanya.

"Dimana istriku?" Rayyan memegang kepalanya kesakitan.

"Istri Anda sedang berada di ruang persalinan." jawab dokter tersebut.

Rayyan menatap dokter tersebut terkejut, "Istriku akan melahirkan?"

"Iya, tuan."

Rayyan segera turun dari atas ranjangnya. Dia harus bertemu Anan. Dia ingin mendampingi istrinya yang sekarang sedang berjuang melahirkan buah cinta mereka. "Aku ingin kesana." katanya saat dokter wanita itu menahan tubuhnya.

"Anda belum selesai di obati, tuan." cegah dokter wanita itu.

"Aku ingin melihat keadaan istriku." Rayyan bersikeras. Dengan langkah kesakitan karena kakinya terkilir, Rayyan keluar dari ruangan tersebut diikuti dokter wanita tadi dan beberapa perawat.

"Tuan, Anda masih harus di obati." cegah dokter wanita itu lagi sambil mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Rayyan.

Rayyan tak menghiraukan ucapan dokter itu. Dia terus melangkah tertatih-tatih mencari ruang persalinan dimana istrinya berada. "Dimana ruang persalinannya?" tanyanya panik.

"Tapi tuan, Anda masih harus.."

"Katakan dimana!" teriak Rayyan marah. Tanpa melawan, dokter tersebut menunjukan ruang persalinan yang dicari Rayyan.

Rayyan memasuki sebuah ruangan yang di dominasi warna putih itu. Terdengar suara teriakan istrinya yang kesakitan, dan suara intruksi yang seperti suara ibunya, Cathy. Dadanya terasa sesak mendengar suara istrinya yang begitu kesakitan. Yaa Allah, semoga saja Engkau memberikan kekuatan kepada istrinya.

Rayyan menyibakkan gorden yang menjadi penghalang, dan pada saat yang sama, terdengar suara tangisan bayi yang begitu keras memenuhi ruangan itu. Rayyan terdiam, tak bisa bergerak. Apakah itu suara bayinya? Suara anaknya? Matanya menatap kearah istrinya yang terlihat terengah kelelahan.

"Rayyan." Anan menatap wajah suaminya yang seolah terkejut. Dia tersenyum lega menatap suaminya yang hanya diam di tempatnya.

Terharu, senang, dan lega. Itulah yang di rasakan Rayyan saat ini. Matanya menatap Anan yang tersenyum kepadanya, lalu menatap kearah ibunya yang menimang seorang bayi perempuan yang masih kemerahan. Yaa Allah, itu anaknya. Darah dagingnya. Buah cintanya bersama Anan.

"Rayyan, anakmu sangat cantik." Cathy menatap Rayyan berkaca-kaca. Hatinya di selimuti kegembiraan karena dia sendiri yang menangani persalinan menantunya.

Rayyan menggulum bibirnya dengan mata berkaca-kaca. Dia berjalan menghampiri Cathy yang berurai air mata. Bayi itu terlihat sangat kecil dan rapuh. Begitu merah dan cantik. Sama seperti Anan. Dia jadi merasa khawatir akan meremukannya jika dia menggendongnya. Dia menyentuh tangan bayinya dengan tangan gemetar. Yaa Allah, ini nyata. Anak yang selama berbulan-bulan ini di tunggunya, sekarang ada di hadapannya.

Light in The Darkness - #1  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang