Drama

2.2K 137 4
                                    

Setelah hari pernikahan Kak Putri, Levy dan Noval dilarang bertemu.
Entahlah mengapa mereka dilarang bertemu, kalau kata Mama Levy "seminggu sebelum akad itu gak boleh ketemu dulu, pamali."

Levy yang mendengar hal itu hanya mengangguk kecil.

Toh, dia juga sedang sibuk untuk acara akhir tahun pelajaran di sekolahnya. Latihan drama, mendata pengeluaran eskul sastra, meminta tanda tangan kepsek untuk hal ini hal itu dan masih banyak lagi yang dia lakukan.

Jadi, walaupun tidak bertemu dengan 'calon suami' dia tidak merasa bosan atau rindu sekalipun karena kesibukan dirinya.

Hari ini adalah hari-H, acara sekolahnya. Kini Levy sedang berdiri di depan cermin yang ada di sekolahnya. Levy memakai dress berwarna biru langit.

Reynand menghampiri Levy seraya tersenyum memandang Levy. Reynand sendiri memakai pakaian layaknya pangeran.

"Eh, Rey, itu rambutnya gak rapi tahu." ujar Levy sambil mengambil sisir kecil yang berada di atas meja rias dan merapikan rambut Reynand.

Sedangkan yang di sisir masih belum melepaskan pandangannya dari Levy sambil terus tersenyum.

"Dah kan kalo kayak gini rapi." ujar Levy lagi setelah selesai berkutat dengan rambut Reynand.

"Rey? Lo kenapa sih? Dari tadi liatin gue terus." ujar Levy lagi membuyarkan pandangan Reynand yang langsung membuang mukanya.

"Lo cantik."

Dua kata yang membuat jantung Levy ingin mencelos keluar di tempat.

"Ap-apan sih lo?" ujar Levy memalingkan wajahnya dari Reynand yang tersenyum sambil terus memandangnya.

"Levy!! 5 menit lagi kita tampil!!" teriak Dinda yang berperan sebagai ratu.

"Ya." jawab Levy lalu mengalihkan pandangannya ke Reynand.

"Rey, gue ke sana dulu ya." pamit Levy sambil menundukkan kepalanya dan beranjak pergi meninggalkan Reynand.

Sedangkan Reynand hanya tersenyum kecil melihat punggung Levy yang lama kelamaan hilang dari pandangannya.

Di sisi lain, ada seorang lelaki yang memandangi hal yang baru terjadi. Nah lho? Siapa hayooo?!

****

"Bagaimana ini? Kutukan itu benar-benar terjadi." ucap peri hijau.

"Kita harus menunggu seribu tahun agar Tuan Puteri benar benar siuman." ujar peri merah sambil mengusap tangan seorang putri yang kini tertidur.

"Kita tidak perlu menunggu seribu tahun, karena ada satu cara lagi." ujar peri biru.

"Apa? Cepatlah katakan." tanya peri merah.

"Pangeran yang datang dengan hati yang tulus dan menciumnya." jawab peri biru.

"Bagaimana bisa dia masuk? Sedangkan seluruh kerajaan ditutupi oleh duri duri." ujar peri hijau.

"Entalah, yang pasti pangeran itu benar-benar tulus dan mencintai Tuan Puteri." jawab peri biru.

Drama yang dimainkan oleh Levy dan teman temannya berjalan lancar hingga saatnya berada di mana Sang Pangeran mencium Sang Putri Tidur.

Adegan yang sontak membuat satu angkatan menjadi bergemuruh oleh teriakan para siswi. Namun, karena adegan ini merupakan hal tidak baik apalagi dilakukan di sekolah, mereka membuat pangeran hanya mencium keningnya.

Ya, walaupun itu sedikit ekstrim karena ditampilkan di hadapan guru guru juga.

Setelah selesai drama, semua pemain drama maupun pengurus acara foto bersama. Levy sebenarnya takut karena ada seseorang yang juga menonton penampilannya hari ini.

Anak UstadzOn viuen les histories. Descobreix ara