Takbiran

16K 500 19
                                    

Allaahu akbar... Allaahu akbar... Allaahu akbar... laa illaa haillallahuwaallaahuakbar... Allaahu akbar walillaahil hamd...

Begitulah lafadz yang dilantunkan di semua masjid maupun mushola. Malam ini adalah malam takbir dimana esok hari kita akan pergi berziarah dan saling minta maaf. Senang, bahagia, itulah yang dirasakan Levy sekarang.

"Jadi berapa dek?" tanya seorang ibu-ibu.

Ya, Levy membantu ibunya menjaga toko aksesoris yang katanya akan diwariskan ke dirinya. Tapi Levy tidak berniat melanjutkannya, dia lebih suka kerja dan minimal menjadi guru les daripada harus duduk dan berjualan. Walaupun uang yang dihasilkan lebih banyak adalah berdagang tapi tetap saja yang dia inginkan adalah kerja.

"Jadi 25 ribu, Bu." jawabnya sambil memasukkan bros ke dalam kantong plastik.

Ibu tadi memberikan uang sebesar 25 ribu. Levy mengucapkan terima kasih lalu kembali melayani pembeli berikutnya.

"Mahhh!" teriak Endi, Ayah Levy. 

"Apa?" jawab mamanya sambil melayani pembeli yang terus berdatangan silih berganti.

Levy menoleh sekilas ke arah ayahnya. Ternyata ada anak ustadz belakang rumah yang mengantarkan makanan ke rumahnya.

"Mah itu ada anaknya pak usztadz! Nganterin makanan." ujar Levy kepada mamanya. 

"Makasih ya!" ucap mamanya ke arah anak itu.

Anak itu hanya senyum lalu melirik sekilas ke arah Levy yang daritadi terus memperhatikannya.

Levy sadar dari kekagumannya lalu tersenyum malu.

"Makasih yaa!" ujarnya sebelum anak laki-laki itu pergi.

Tapi laki-laki itu tidak tersenyum dan mungkin tidak mendengarkannya. Levy hanya cemberut melihat anak ustadz itu pergi. Dia jadi mengingat saat dia SMP temannya selalu memuji anak ustadz itu, tetapi bagi Levy itu biasa saja. Tidak menarik perhatian apapun.

Bener kata Nazwa, jadi ke makan omongan sendiri, batinnya

***

Waktu SMP...

"Shadaqallahul adzim." suara terakhir yang diberikan oleh laki-laki yang disegani kaum hawa pun berakhir lewat mikrofon.

Levy menaruh al-qur'an kesayangannya di atas pangkuannya. Sekarang adalah kultum yang disampaikan oleh guru agamanya. Waktu ini sering dipakai oleh anak murid untuk bermain, surat menyurat dengan orang yang di suka, bercanda, dan masih banyak lagi. 

"Levy, suaranya cakep bangettttt!" ujar Nazwa, teman dekat Levy.

"Orangnya juga cakep lagi, hahhh jadi suka!" ujarnya lagi.

"Apaan sih masih SMP juga mikirinnya ke tempat lain!" ujarnya tegas yang membuat Nazwa yang sedang mabuk kepayang menjadi tegak dan memelototkan mata ke arah Levy.

"Emang siapa sih nama tuh bocah?" tanya Levy.

"Namanya Ananda Noval yang gantenggg bangett, eh tuh dia yang lagi berdiri di depan itu Vy!" teriaknya sambil menunjuk ke arah anak laki-laki yang sedang berdiri.

Levy melihat sekilas lalu kembali melotot ke arah Nazwa yang masih mabuk kepayang.

"B aja sih kalo kata gw." jawab Levy kembali bercanda dengan teman sebelahnya yang dari tadi asyik melempar potongan penghapus ke segala arah. Nazwa terus memperhatikan Ananda yang kembali duduk.

"Lev!"ucap Nazwa.

"Apaan?" jawabnya.

"Lu ngomong dia biasa aja, eh gak tahunya nanti lu pacaran sama dia, yeee bakal ke makan tuh omongan lu!" ujar Nazwa yang membuat Levy berhenti tertawa.

"Ehhh enak aje! Gak bakal!" jawabnya.

WELCOME TO MY BOOK GUYS
PELASE VOMMENT

Anak UstadzWhere stories live. Discover now