33. Baik Baik Ya

1.2K 182 34
                                    

Felma benar benar menyerah, niatnya selesai ekskul mau kabur kaburan. Siapa sangka dirinya yang mungil ditatap intens dan tertangkap basah. ia benar benar diseret menuju sanggar yang berada tepat di dekat tribun penonton.

Rontaannya benar benar tidak berguna, sialnya orang orang saat ini pura pura buta dan langsung ngacir. Padahal tenggorokannya sudah kering kerontang bersumpah serapah dan berteriak minta tolong.

"Berisik!"

"Woy Dodi buruan bantuin gue! Kalo engga besok gue kekelas lo ngajak baku hantam" teriak Felma penuh peringatan, emang si dodi sialan ia malah lari lebih cepat.

Tangan Felma terus memukul lengan Gerdi yang mengapit lehernya, nafasnya tak karuan. Jika ia tidak mengikuti langkah Gerdi bisa bisa ia mati.

"Lepasin bajingan! Woy cacat, gak ada akhlak lo"

Tubuh Felma dihempaskan ke atas matras, pintu ditutup keras hingga berbebum. Peringatan siaga satu!.

Gerdi menempelkan punggungnya ke tembok sambil melipat dadanya. Memandang Felma penuh perhitungan.

Mata Felma melotot kaget, apa apaan maksudnya? Posisinya ia sedang kesal dengan si cacat, perlakuan ini juga menambah poin ganda.

"Apa apaan sih lo, ini termasuk kekeresan dalam lingkungan permusuhan. Tau gak?"

"Gak! kalo emang kata lo kita musuh terus buat apa gue baik baikin?" ujarnya menantang dan berbicara penuh cibiran "Harus gitu gue lemah gemulai bilang sayang maafin semua kesalahan aku ya, kita mulai dari awal semua gimana? Dari proses kamu ngejar sel telur"

Melihat ekspresi seperti itu seakan ada yang menggelitik ginjal Felma, sungguh sungguh menjijikan.

"Merinding gue liat lo. Terus lo mau ngomong apa pake narik narik gue segala. Inget ya posisinya gue lagi marah dan lo mau bikin masalah lagi buat gue?. Biang masalah tau gak hidup lo cat, gak ada sekalipun faedah gue ketemu sama lo. Kayaknya kata kata mutiara setiap hal memiliki makna itu bacot doang. Musibah, musibah ketemu sama lo"

Felma menggeleng gelengkan kepalanya lesu, nadanya dramatis sambil meratapi nasib.

Berbeda dengan Felma yang kelapangdadaannya diuji lalu misuh misuh tak jelas. Senyuman di bibir Gerdi tercetak, dia tau bahwa Felma benar benar marah. Untungnya Felma tak menghindar, masih suka marah marah seperti biasa. Tapi sekarang nambah nyolot omongannya.

"Apa lo senyum senyum? Nantangin gue?" sungutnya tak terima lalu membalas dengan sombong "Jangan mentang mentang kapten basket lobisa semena mena sama gue. Inget ya kita beda kelas, sebagai orang kaya dari lahir dan anak pemilik yayasan status gue itu tinggi"

Tidak terpengaruh hinaan Fema Gerdi malah membandingkan bahunya kearah puncak kepala Felma, penuh perhitungan.

"Cebol ternyata"

"Bajingan lo! Jangan bilang gue cebol?!"

"Fakta Bar, jangan ngelak. Dan kalo perlu gue ingetin kelas kita sama di 11 IPA 1. Emang lo mau pindah kelas?"

"Ya gak mau lah, lo dong yang pindah biar kita jadinya beda kelas"

Mendengar ucapan yang polos dari singa ganas macam Felma membuat Gerdi mengulum senyum, merasa geli.

"Bar, lain kali tolong setiap ucapan gue dengerin baik baik ini buat kebaikan lo. Jadi sebenernya itu gue..."

"STOP!" teriak Fel memperingati, oh ayolah si cacat akan berbicara hingga berbusa lagi.

" Heh cacat gue udah bosen ngedenger ceramah lo. Jadi gini ya pak ustadz kalo mau ceramah lagi cari job aja biar lo bisa dapet duit. Alhamdulilah gue udah wareg kalo diceramahin omongan doang. Kalo lo ceramah sambil nyodorin duit terus terusan baru ilmu lo nyampe otak gue"

Kapten Cacat Vs Ratu KreditTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang