12. Tiara

1.8K 212 30
                                    

"Lo lucu, gak boleh ada yang deket deket"

Gerdi berbisik pelan di lehernya, membuat Felma bisa merasakan nafas Gerdi yang terasa menggelitik

"Geli Ger "

Felma tidak terlalu mendengarkan apa yang Gerdi ucapkan, dia hanya merasakan perasaan mengganggu. Felma bahkan mencoba menjauhkan kepala Gerdi dari bahunya, tapi entah kenapa Gerdi sangat sulit dipindahkan.

Berbeda dengan Felma yang tidak perduli, teman teman Gerdi berlagak muntah mendengarkan ucapan Gerdi. Mereka tidak menyangka Gerdi bahkan bisa mengucapkan gombal receh seperti itu. Benar benar hal yang tidak dapat dipercaya.

"Yang lucu yang ada badaknya" ujar Bambang mencibir.

Gerdi mengerutkan kening karena mereka tidak bisa diam sama sekali "Udah sana kalian pergi, hama tau gak"

"Hah apa?" sahut Tama spontan.

"Hama kovlok hama, bukan tama. Astaga tolol banget gue punya temen""

"Sewot aja lo Ki, wajar lah gue salah denger. Pake ngatain gue tolol segala, sopankah begitu?"

"Anying, pusing banget gue sama si Tama ngomong begitu mulu"

"Kagak sopan lo terus ngomong hal yang sama"

Adu mulut diantara mereka terjadi lagi, hanya saja kali ini yang melerai adalah Ferdi dengan melempar bola langsung ke wajah tama.

"Hati hati dong Fer, muka ganteng gue itu aset masa depan"

 Tidak menghiraukan protesan Tama, Ferdi menangkap kembali bola yang dilemparkan kepadanya. Memantulkan bola di tangannya dua kali ke tanah, Ferdi bertanya langsung pada Gerdi yang masih diam sejak tadi  "Ayo Ger main dulu sama kita"

Gerdi yang masih bisa mendengar semua suara dengan jelas langsung bertanya pada Felma tanpa berubah posisi sedikitpun "Lo ikut?"
Tentu saja Felma tau bahwa Gerdi bertanya padanya, Felma sudah menyerah menyingkirkan kepala Gerdi dari bahunya "Kalo mau main, main aja sendiri gak usah ngajak ngajak gue. Gue mau langsung balik"

"Yaudah gue juga balik"

Keputusan Gerdi barusan membuat teman temanya terdiam. Apakah Gerdi baru saja meminta izin? sejak kapan dia menjadi anak yang sopan.

"Jangan balik Fel, ayo main basket dulu sama kita. Biar si Gerdi juga gak langsung balik"

Tentu saja Felma kesal, rasanya ia pihak yang disalahkan.

"Kalo lo mau main sana aja Cat, gak usah ngikutin terus apa yang gue lakuin"

"Gue juga gak mau main"

"Udah Fel ikut aja, lagian kali kali ini juga. Jarang jarang lo dapet kesempatan liat latihan atlet, di SMAGAR anak anaknya baca buku mulu kan. Apalagi si Gerdi sekarang nurutin lo, kalo lo ikut main si Gerdi juga pasti mau ikut. Kalo gak ikut itu karena lo gak mau"

Felma semakin cemberut akibat ucapan itu, mengapa mereka harus membandingkan olahraga antara SMAGAR dan Manggala?

"Gak usah banding bandingin olahraga SMAGAR sama Manggala. Iya gue bakal ikut main sama kalian"

Mengabaikan kemarahan Felma, para lelaki itu bertos ria karena berhasil membujuk. Walaupun mungkin cara yang mereka gunakan agak tidak mengenakkan.

"Tuh udah dapet izin"

"Yaudah gue juga ikut main"

Menurut pengamatan Felma kerumunan lelaki itu memiliki nama Tama, Bambang, Diki dan Dika yang selalu meramaikan suasana. Sisanya ada Ferdi, Anto, Sapta, dan Reno. Bagi Felma mereka amat standar, tidak terlalu banyak bicara tapi selalu mengikuti apapaun yang lainnya lakukan. Yah nama Tama sangat familiar dengan kakak kelas yang selalu membuat Felma jengkel, dan saat ini ada Tama baru yang sama menjengkelkannya.

Kapten Cacat Vs Ratu KreditTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang