👁️‍🗨️19👁️‍🗨️

835 53 2
                                    

(SUDAH DI REVISI)

Pagi ini tubuh Mikel rasanya mau remuk, badannya juga terasa meriang, namun pemuda itu tetap memaksa untuk pergi sekolah.

"Udah, kamu gak usah sekolah bang." Ujar Gina untuk yang kesekian kalinya pagi ini.

"Tau tuh bang Mikel, so soan banget." Timpal Maisya, gadis menyebalkan itu.

Mata bernetra coklat itu menatap tak suka pada Maisya yang terlihat tersenyum mengejek.

"Gak mau bun, aku tetap harus pergi biar bisa liat Tata."

Ucapan Mikel membuat Kenan yang sedari tadi diam terkekeh.

"Kamu bener-bener mirip ayah Kel. Dulu ayah juga bucin banget sama bunda kamu ini, bahkan ayah rela menerjang samudra, petir, angin ribut biar bisa ketemu bunda kamu." Ujar Kenan dengan senyum percaya diri.

Namun senyum itu hilang kala Gina berdecak.

"Menerjang samudra apaan sih mas, rumah kita aja jaraknya lima langkah doang." Ujar Gina sebal.

"Hahaha .. kayak lagu dong bun." Tawa Maisya berderai.

Kenan hanya meringis mendengar ucapan Gina. Niat hati ingin membanggakan diri depan anak-anaknya, malah berakhir di tertawakan anak sendiri.

"Udah deh Mai, gak usah ketawa mulu. Gigi kamu ada cabe itu, ga malu banget." Ejek Mikel pada adiknya.

Dengan panik Maisya berlari ke arah kamar mandi, untuk berkaca dan memastikan ucapan Mikel.

"Aku pamit dulu yah, bun. Assalamualaikum." Mikel kemudian menyalami tangan kedua orang tuanya.

Hari ini dia memutuskan untuk memakai jasa supir rumahnya, pak Supto.

"ABANG! BOHONGIN AKU YA?" Teriak gadis berbando pink itu sembari berlari dari kamar mandi.

"Hush! Pagi-pagi jangan teriak-teriak Mai." Tegur Kenan pada gadis itu.

"Ih, mana bang Mikel?" Tanya Maisya yang masih kesal di bohongi.

"Pake nanya." Balas Gina.

"Udah! Sekarang kita berangkat, nanti telat." Potong Kenan sebelum Maisya sempat membalas.

--

Sesampainya di sekolah, Mikel dengan lemas turun dari mobil.

"Mau di bantu nak?" Tanya pak Supto pada Mikel yang terlihat lemah.

"Engga usah pak, makasih ya." Mikel kemudian turun dari mobil.

Pemuda itu menengadah dan menatap langit yang tampak terik.

"Aduh panas banget lagi." Keluh nya, kemudian berjalan menuju kelas.

Ini masih terbilang cukup pagi, namun matahari sudah bersinar sangat terang di atas sana.

"Mana hari ini senen lagi," Keluh Mikel lagi-lagi.

Keluhan itu berhenti ketika dia sudah memasuki kelas dan melihat pujaan hati nya sudah duduk di dalam dengan tenang.

Dear ARMATTA(REVISI)Where stories live. Discover now