1⃣8⃣

690 87 4
                                    

[LALA LOST]Chapt : 18Blank

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[LALA LOST]
Chapt : 18
Blank...

Aku paham bagaimana caramu menatapku, aku paham bagaimana kau tersenyum padaku. Aku tau, senyumu itu. Hanya kau tunjukan padaku, tapi aku juga tidak bisa semena-mena bangga akan hal yang belum tentu jelas itu. Aku berulang kali bertanya, ada apa pada diriku ? Mengapa kau memandangku seolah aku, adalah orang yang ingin kau miliki. Tapi, kau tidak pernah datang padaku.

Hampir setiap hari, aku mampu tersenyum hanya mengingat matamu. Jantungku akan berdegub, saat aku mendengar nama mu di sebutkan. Dan aku akan merasakan aman, saat kau berada di sampingku. Salahkah, jika aku meminta lebih? Lebih di banding, saat kau saat ini menatapku. Kau bertanya, apakah aku Jatuh cinta padanya? Apakah kau tau, aku merasa di tampar berkali-kali oleh mu hanya lewat kata-kata. Seakan mudah meluncur dari dua belah bibirmu, seperti apa yang aku pikirkan tentangmu itu. Tidak ada!

Dan aku hanya bertanya hal itu balik padamu, mengapa harus susah menjawabnya. Apakah melelahkan bagimu, untuk menjawab pertanyaanku. Aku mengatupkan bibirku, ternyata apa yang ada di pikiran ini. Sudah jelas adanya, aku memundurkna diri dari pelukanmu. Bukan aku menolak, hanya saja aku malu. Malu, jika aku masih tetap berharap.

"Tidak usah menjawab, aku akan menikah dengan sahabatmu besok.. Kau bertanya padaku, aku mencintainya atau tidak bukan?". Benar, tidak apa-apa aku akan menahan semuanya. Aku akan tersenyum seperti ini, entah airmata sialan itu akan jatuh ataupun tidak. Yang terpenting, aku akan mengatakan berkali-kali pada diriku sendiri. "Aku baik- baik saja, terimakasih telah datang".

Dengan kekecewaan yang menggunung, aku berjalan seperti menyeret kakiku sendiri. Bodoh, mengapa aku harus menangis di hadapannya.

"—ya, aku mencintaimu". Entah itu hanya untuk penghiburan sementara, atau memang sungguhan yang jelas aku hanya bisa termenung tanpa berbalik dan menatap matanya. Aku takut, apa yang aku dengarkan itu hanya gurauannya, atau dia sedang menelpon kekasihnya. Atau mungkin, itu nada dering ponselnya yang baru. Aku tidak tau, sungguh hatiku kalut di buatnya. Dengan ketakutan, aku menjetikan jari - jariku.

"Aku mencintaimu, tolong... Jangan menikah dengannya". Aku merasakan dia berjalan mendekat, dan berputar menghadap ke arah ku. "Aku mencintaimu, Lalis".

Dan aku menangis kembali, tangisanku semakin kencang di depannya. Dadaku sesak sekali, dia kembali merengkuh tubuhku bisa aku dengar deru nafasnya di atas kepalaku. "Jangan menangis, aku tidak mau melihatmu menangis lagi". Ujarnya seraya, mengelus pucuk kepalaku.

Orang-orang selalu menambahkan kata , Lagi. Padahal seingat ku, aku jarang sekali menangis seperti ini. Apa yang salah? Apakah mereka pernah bereinkarnasi, kemudian mengingatku? Atau bagaimana?

"Bagaimana caranya?". Tanyaku, bimbang. Aku tau, kita tidak mempunyai jalan lagi. Lihatlah, para wartawan yang haus itu. Jika ada jalan, apakah itu bisa menyatukan perasaan yang egois ini?

LALA LOST [END]Where stories live. Discover now