BAB 20

13.1K 737 36
                                    

Warning! Kalau ada kata v u l g a r

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning!
Kalau ada kata v u l g a r.
Dosa di tanggung bersama:) gue gak mau sendirian, oke?





Brughhh...

Bukan itu bukan suara seseorang yang terpental beberapa meter. Seyla tidak tahu itu suara apa, yang jelas saat ini Seyla tidak melihat apapun karena ia memejamkan matanya.

Tapi...Seyla tidak merasakan sakit sedikitpun? Apa ini mimpi?

Perlahan Seyla membuka matanya, matanya langsung menangkap mobil yang menabrak pohon beberapa meter darinya. Garis bawahi beberapa meter!

Syukur! Syukurlah mobil itu tidak menabrak Seyla, dan saat ini Seyla bisa melihat banyak kerumunan orang yang mendatangi mobil yang menabrak pohon tersebut.

Seyla masih duduk membungkuk, badannya gemetar, sungguh ini di luar eskpetasi Seyla.

"Sey." Ya Seyla hafal betul suara ini, ya dia.

Dia Alex.

Seyla mengadahkan kepalanya kedepan, dan di depan Seyla. Seyla melihat sepatu hitam yang sering digunakan Alex.

Alex membungkuk membuat Seyla semakin bisa melihat jelas orang ini adalah Alex.

"A-alex." Ucap Seyla.

Seketika tubuh Seyla langsung di dekap oleh Alex.

"Hey saya disini, kenapa kamu keluar." Kata Alex masih mendekap tubuh Seyla yang masih gemetaran.

"Hikss kamu marah sama Sey?"

"Maafin Sey hiksss." Seyla menangis di dada Alex tanpa mau melihat wajah Alex.

"No, jangan bahas itu sekarang."

"Kamu enggak kenapa-napa kan?" tanya Alex melihat sekujur tubuh Seyla.

"Kaki Sey." Tunjuk Seyla pada kakinya yang berdarah sedikit karena jatuh, bukan masalah darahnya. Tapi masalah kaki Seyla yang terkilir, apa lagi tadi pakai high heels.

Detik itu juga Alex menggendong Seyla ala bridal style.

Untung Seyla sering di ginikan jadi enggak kaget waktu di angkat.

Jujur Seyla masih shock, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi selain bersyukur dan berterimakasih.

Badan Seyla pun keringat dingin, sampai di rumah sakit. Alex membawa Seyla ke ruang inap Khansa.

Kenapa tidak ke ruang inap Ibel? Terlihat Aksa yang duduk di samping brankar Khansa kebingungan.

"Mama kenapa?" Sorotnya langsung, mau wawancara.

Seyla tidak menjawab, Alex mendudukkannya di sofa empuk, untung saja pilih ruang inap VVIP.

"Enggak papa." Kata Seyla sok tegar, padahal kakinya sakitnya minta ampun.

AKHANSA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang