Astrophile - Chapter 1

91 7 18
                                    

"So deeply he loved, the star finally fell for the astrophile" – Zhafira Narayaputri

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

"Mati gue telat!", gumam seorang gadis yang sedang mempercepat langkah nya menuju gerbang sekolah.

"Mang asep agak cakepan deh pagi ini sumpah saya gk boong. Mang asep pake skincare apaan si?", alibi gadis itu kepada seorang satpam penjaga gerbang dengan kumis tebalnya.
"Stiker apaan neng?", jawab mang asep sambil menautkan kedua alisnya.

"Skincare mang bukan stiker", jawab gadis itu sambil memutar bola matanya, jengah.
"Neng fira kenapa neng, tumben pagi-pagi gini muji saya", tanya mang asep dengan tatapan tak bisa diartikan.
"Ooh saya tau, neng mau supaya saya bukain gerbang buat neng kan?", tambah mang asep sambil tersenyum miring.

"Ehh kok peka banget sih mang", ujar gadis ber name tag zhafira tersebut.
"mangg tolongin saya lah mang, kemaren kan saya udah dihukum sama bu tirta, masa hari ini saya dihukum lagi. Gk kasian apa sama saya mang?", pinta zhafira sambil memasang wajah sedih namun lucu bagi mang asep.

"Lagian kenapa telat terus sih neng?, udah 3 kali lho ya minggu ini saya liat neng fira telat", jawab mang asep meminta penjelasan.

"Emm.. I-itu mang, s-saya kesiangan", bohong zhafira.

Mencoba untuk percaya, akhirnya mang asep membukakan pintu untuknya. Disekolah ini mang asep dan zhafira memang saling mengenal, diantara banyak murid disekolah ini bagi mang asep hanya zhafira yang berlaku baik dan ramah kepadanya, dia murid yang lucu bahkan mang asep menganggap zhafira seperti anaknya. Karena zhafira mamiliki sifat yang sama dengan almarhumah anaknya yang meninggal 3 tahun lalu karena kecelakaan.

Begitu zhafira hampir sampai dikelasnya tiba-tiba,

"Zhafira Narayaputri, kamu terlambat lagi hm?", suara bu tirta memenuhi ruang lorong menuju kelasnya yang sudah sepi karena para murid sudah masuk ke kelas mereka masing-masing.

Degg

Suara itu menghentikan langkah kaki zhafira, andai ia sebatang coklat pasti sudah melting di tempat.

Langkah hak sepatu terdengar bergesekan dengan lantai yang mulai mendekati zhafira yang masih tak mampu membalikkan tubuhnya.

Aduh mati gue, doraemon tolongin gue please, pinjemin pintu kemana saja. Batin zhafira.

"KAMU TIDAK DENGAR SAYA ", ucap bu tirta dengan suara naik satu oktaf.

Akhirnya zhafira memberanikan diri membalikkan tubuhnya.
"E-eh ibu, hehe t-tadi s-saya niat nya mau nyari ibu buat ngasih saya hukuman. T-tapi ibu gk ada yaudah sa.. "

"IKUT SAYA", potong bu tirta.

"I-iya bu siap!", jawab zhafira dengan cepat.

●●●●●●●●●●●●●●●●●●

Disinilah zhafira sekarang, didepan kelas yg bertuliskan kelas XII MIPA 3. Zhafira pun langsung masuk dan menuju kursinya tanpa memperdulikan tatapan aneh teman-teman sekelasnya.

"Kemana aja lo?", tanya ghea. Sahabat sekaligus teman sebangku zhafira.
"Ada", jawab zhafira singkat. Ia sedang malas bicara karena lelah baru saja lari mengelilingi lapangan 10 kali sebagai hukuman dari bu tirta karena terlambat tadi pagi.

"Telat?", tabak ghea tepat.
"Tuh tau", jawab zhafira sambil menenggelamkan wajahanya sambil memejamkan mata pada lipatan tangannya di atas meja.

"Karna nyokap?", tanya ghea dengan hati-hati takut melukai perasaan zhafira. 
Zhafira hanya mengangguk.
"Lo gk pp kan?"
Lagi-lagi ia hanya mengangguk.
"Gue yakin dia bakal berubah ghe", ucap zhafira selanjutnya.
"I will be there for you zha. Lo jangan sungkan kalo mau cerita ke gue. Lo sendiri yang bilang hubungan persahabatan kita melebihi hubungan sedarah", jawab ghea perhatian.

"Thanks ghe, gue cuma punya lo sekarang", jawab zhafira dengan mata berkaca.
"Kayak sama siapa aja lo.
Udah jangan nangis, lo jelek banget kek gk mandi semingguan. Kucel. Kumel. Gembel. Berantakan gitu", ucap ghea mencairkan suasana.
"Makasih loh ya gue sangat tersanjung, fyi ini gegara bu tirta", balas zhafira sambil mengerucutkan bibirnya.

"Lo cantik zha", jawab ghea sambil tersenyum tulus.
"Seriously?", jawab zhafira dengan mata berbinarnya.
"Tapi cantikkan gue", balas ghea yang setelahnya tertawa terbahak-bahak khas dirinya.

"Bodo amat ghe, males gue ngadepin lo"
"Jangan marah gitu sayang, gue bercanda kok. Hahahahahaha", gelak tawa ghea masih berlanjut hingga akhirnya pak rio yang merupakan guru biologi pun datang.

Seluruh kelas akhirnya hening. Proses belajar-mengajar pun berlangsung sebagaimana mestinya.
Namun, zhafira masih memikirkan seauatu. Sesuatu yang membuat nya selalu merasa murung setelahnya. Sesuatu tentang dia, seseorang yang ia harapkan menjadi sosok yang dapat membimbingnya, menyayanginya, namun..  semua itu sampai saat ini masih menjadi harapan. Harapan yang entah kapan terwujud.

Aahh memikirkan itu, ia kembali mengingat sesuatu,
"Bunda, zhafira kangen bunda" lirih zhafira yang hanya di dengar olenya. Sedetik kemudian, air mata mengalir di sudut matanya yang langsung ia hapus. Ia tidak ingin ada yang melihatnya menangis. Terutama ghea. Ia tau sahabatnya akan khawatir.

Tanpa zhafira tau, ada sepasang mata yang melihatnya meneteskan air mata. Seseorang itu tidak tau apa yg terjadi dengan zhafira, tapi ia tau pasti tidak ada yang baik-baik saja dengan gadis itu.

☆☆☆☆









Tbc💙

Warning: Typo bertebaran 😯

AstrophileWhere stories live. Discover now