Ldr : 17. Merindu, lagi

1.8K 250 21
                                    

Mohon di baca sampai akhir ya.. Terimakasih..

***

Meskipun Melbourne terkenal dengan cuaca yang sulit diperkirakan - kota ini digambarkan sebagai kota yang mengalami empat musim dalam sehari - kota ini tetap dapat dinikmati sepanjang tahun.

Iqbaal, sudah hampir sebulan ia kembali ke Melbourne. Musim panas yang melanda kota Melbourne, membuatnya jadi tak fokus setiap ia mengerjakan sesuatu, termasuk tugas kuliahnya.

Sudah hampir dua jam ia berkutat di depan layar laptop, hanya memakai boxer, tanpa memakai atasan apapun. Sungguh, cuaca benar-benar terasa panas.

Iqbaal menghela nafas panjang. Menyandarkan punggungnya di sofa. Melepas kacamata yang sedari tadi bertengger di hidungnya, dan meletakkannya di samping laptop yang masih setia menyala. Sungguh, ia benar-benar lelah.

Bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman. Memandang langit-langit Apartementnya seraya terus tersenyum. Seandainya, ada istrinya di sini, mungkin ia akan memeluknya, membuat rasa lelahnya hilang.

Kembali menghela nafas, kalau sudah begini, ia merasa seperti ABG yang tengah LDR-an bersama kekasihnya. Bedanya, sekarang ia Ldr bersama anak istri.

"Mereka lagi apa, ya?" gumamnya, matanya terus menatap langit-langit Apartementnya. Sudah dua hari ini, ia memang belum mengabari keluarganya yang di Jakarta. Bukan hanya tugas kuliah, tetapi pekerjaan di Caffe juga benar-benar membuat dirinya lelah.

"Coba aja, kalau mereka bisa di ajak ke sini lagi." gumamnya lagi, seraya membayangkan mereka ikut kembali bersamanya.

"Kan gue jadi nggak kesepian."

Hati yang kesepian maksudnya.

"Baal, handphone lo bunyi terus nih dari tadi." ujar pria berkacamata itu yang langsung duduk di samping Iqbaal. Pria itu menyerahkan benda kecil, membuat Iqbaal refleks menerimanya.

Bunda's Calling

Senyumnya mengembang, kala melihat siapa yang memanggilnya. Dengan cepat, ia langsung menekan tombol hijau. Iqbaal tersenyum, kala layar ponselnya menampilkan wanita yang selama ini ia rindukan, dan juga ada--si kecil mungil, Alesha.

"Ya--Bun?"

'Assalamualaikum, Ayah.'

Iqbaal terkekeh kecil, saking senangnya, ia sampai lupa memberi salam.

"Bentar, Bun." Iqbaal menyandarkan ponselnya di depan layar laptopnya, membuat setengah badan Iqbaal yang polos terpampang di layar ponsel. Untuk sejenak, Iqbaal akan melupakan tugas-tugasnya, dan beralih melepas rindu dengan anak istri tercintanya.

"Bunda sama Echa apa kabar? Kok nggak ngabarin Ayah, si?" tanya Iqbaal, sengaja memasang wajah cemberutnya.

"Gue ke dalam lagi, deh." pamit pria berkacamata itu, Iqbaal hanya mengangguk, membiarkan lelaki itu pergi.

"Kalau kamu nggak nelepon duluan, berarti kamu lagi sibuk."

'Alhamduillah, kita sehat, Ayah.'

Iqbaal tersenyum mendengarnya. Memang, akhir-akhir ini, Iqbaal lah yang selalu memulai menghubungi mereka.

"Terus, kenapa sekarang kamu yang nelepon duluan?" kekeh Iqbaal.

'Ini, Echa kangen.'

"Kamu, atau Echa yang kangen, hm?"

'Ya,, aku juga si. Hehe.'

Iqbaal kembali terkekeh, apalagi saat mendengar suara istrinya yang terdengar malu-malu.

'Loh, kamu kenapa nggak pake baju, Mas? Nanti masuk angin?'

Long Distance Relationship [RE-POST]Where stories live. Discover now