Chapter 0 : Meet

7K 527 25
                                    

0

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

0

"Ini bukan karena kau yang pergi, bukan pula karena kenangan yang menghantui, atau pun rasa yang mengoyak hati ... melainkan karena aku yang tak mampu melarikan diri."

•••


KITA adalah dua insan manusia yang dipertemukan Tuhan untuk menjalankan suatu misi, yang mana harus dikerjakan dengan hati-hati, berikan pilihan antara pergi atau tetap di posisi.

Aku pernah mencoba berlari untuk melupakan semua kenangan yang membayang, tetapi semua cerita yang kau tinggalkan tetap berhasil menyeimbang. Tak membiarkan aku terbebas akan ikatan rantai yang terasa terus mengencang.

Selalu ada makna disetiap pertemuan.

Aku mengerti.

Makna di pertemuan pertama kita adalah untuk saling mengenal dan kemudian menjalin hubungan penuh keromantisan, membuat cerita yang kupikir akan bertahan sampai maut memisahkan.

Mungkin karena aku terlalu berbangga diri bisa mendapatkan wujud kesempurnaan atau mungkin karena sumpah serapah para wanita yang tak rela kau ditakhlukkan, hubungan itu kandas ditegah jalan,

Dengan alasan ... impian.

Aku paham.

Bahkan sebelum mengenalku kau telah lebih dulu bergelut pada bidang yang akan memperkenalkanmu pada dunia, yang akan menjadikanmu kekasih impian setiap wanita di belahan negara, sasaran makian mungkin para lelaki yang kehabisan 'stok' karena adanya dirimu disetiap kalimat 'jadilah sepertinya'.

Sebuah mimpi yang tidak mengharuskan aku berada di dalamnya.

Kisah kita berakhir, aku membiarkanmu mengejar mimpimu, melakukan sesuatu yang memang harus kulakukan, lalu tak lama kemudian kau pun dikenal di mancanegara.

Dan aku terlalu sadar diri bahwa aku bukanlah perempuan yang dapat bersisian denganmu, walau tubuh bergetar dan jantung menggebu, menonton konsermu di tengah keramaian hasil dari jerih payah kamu dan teman-temanmu. Penikmat setiap postingan yang kau unggah di media sosial, membaca berita yang menyangkut paut denganmu. Aku tetap mencoba hidup tenang. Meski harus melatih gestur biasa saat berita demi berita berisi tentang pengganti diriku.

Rindu ini menyesakkan, hampir sebagian hidupku kuhabiskan bersamamu, menjalani hitam putih dan pahit manis yang namanya hubungan, dan bertanya ditengah malam yang memancarkan cahaya rembulan, akankah rasa sesak ini tidak kurasakan sendirian? Apa kau dapat mendengar bunyi retakan? Bolehkah aku berharap masa lalu bisa menjadi masa depan? Bila mimpi menjadi prioritas pertamamu, bagaimana jika aku bertanya, adakah aku ambil bagian di dalam impian?

Baik. Sepertinya ini benar-benar berakhir. Ayo kita tutup cerita kita dengan kalimat, 'Aku tidak menyesal bertemu denganmu.'

•••

You Again (sasusaku)Where stories live. Discover now