Chapter 9 : Mistake (1)

1.8K 280 35
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•••

Ada yang berbeda. Entah kenapa, tapi hampa itu sungguh terasa. Membuat sesak disetiap hembusan napasnya.

Padahal pagi ini dan pagi yang lalu masih terlihat sama, dengan cahaya mentari yang mengintip malu-malu dibalik jendela, membangunkan dan seolah mengajaknya untuk keluar agar dapat menangkap pemandangan yang begitu dinikmati oleh mata.

Namun tetap saja ... dia merasa berbeda, seolah ada yang mengganjal di hatinya.

Netranya mengedar, mencoba mencari letak dari kegelisahan yang bersarang. Terus mencari hingga kemudian dia tersadar, bahwa dia tak lagi menemukan keberadaan seseorang.

Rasa itu tidaklah asing.

Keasingan yang tadi hanyalah karena dia yang terlampau sering berjuang untuk membuang, hingga kemudian rasa itu berhasil hilang. Bertahun-tahun berpaling, hingga kemudian kembali datang, naik ke permukaan dan lagi-lagi bersarang, seolah perasaan itu kembali menemukan tempat untuk pulang.

Dia meletakkan tangannya ke dada, merasakan desiran tak terjabarkan di sana. Larut dalam pikiran bersama udara pagi yang menusuk kulitnya.

Sedangkan di seberang, dua orang pemuda yang sama-sama berambut pirang menatap kepada sang pemuda yang tampak bagai siluet dari tempat mereka berdiri sekarang.

"Dia terlihat seperti sadboy." Salah satu dari mereka berucap dengan tangan yang memegang minuman yang mengepulkan asap.

"Dia memang terlihat seperti itu sepanjang aku mengenalnya," sahut yang lain.

"Bagaimana bisa sadboy sepertinya dianggap playboy di kalangan wanita?"

Tawa pelan terdengar. "Tak ada yang tahu bagaimana perasaannya. Bahkan aku yang notabene adalah sahabatnya." Uzumaki Naruto memandang pada Menma, sepupunya yang ikut bergabung sehari yang lalu.

Menma mengangkat gelasnya saat teringat akan beberapa momen selama dia kuliah. "Di Ame, ada seorang pria yang bernama Zen." Menma meneguk minumannya sebelum melanjutkan berbicara. "Sejak Sakura di sana, dia selalu mengejarnya. Dia adalah satu-satunya pria yang bertahan hingga sekarang."

Naruto mengangkat alis, merasa tertarik.

"Namun baru-baru ini, juga ada Sasori. Aku pikir dia pasti menyukai Sakura."

"Dia benar-benar populer di sana, ya?"

Menma mengangkat bahunya. "Tapi kita tau siapa yang dicintai Sakura. Jadi aku merasa perjuangan mereka sangatlah sia-sia."

Menma mengerjap saat teringat akan sesuatu. Pembicaraan tadi telah berhasil membuatnya tersadar akan alasan utama di kembali kemari. Dia meneguk ludah sebelum melontarkan pertanyaan, terlihat sangat tidak suka dan terpaksa bila harus mengangkat yang ada di pikirannya sebagai topik pembicaraan. "Bagaimana keadaan 'perempuan itu'?" Dengan suara pelan nan penuh penekanan dia bertanya.

You Again (sasusaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang