D U A P U L U H D U A

11.9K 1K 110
                                    

Jangan lupa untuk voment:)

Cinta memang tak selamanya bisa indah, cinta juga bisa berubah menjadi sakit.

Begitu yang kurasakan kini, perih hatiku, tinggal ke hancuran.

oOo


Belajar untuk mencintai itu ternyata benar-benar sulit. Namun, jika belajar mencintai untuk seseorang yang telah mencintai kita dan sudah menunggu kita selama ini dengan hati yang terbuka, mungkin tak sesulit bagi orang yang telah mencintai terlalu dalam namun tak kunjung dicintai.

Cinta datang karena terbiasa.

Berbeda lagi jika cinta itu memang tak bisa terbalaskan.

Sungguh sakit.

Diabaikan adalah obsi pertama untuk seseorang yang terlanjut mencintai namun tak terbalas.

Dan pada akhirnya, dia akan menjauh, seolah-olah kita ini menyulitkannya untuk melakukan apapun.

Terdengar berlebihan, namun memang begitulah hukum Alam atas nama cinta yang tak terbalas.

Andaikan saja tidak ada Amara di dalam hidup mereka. Maya sangat yakin jika Gara akan belajar untuk mencintainya.

Seandainya.....

Maya terseduh.

Kenapa Tuhan harus mempertemukannya pada Gara dengan Cara seperti ini?

Kenapa tidak dengan cara sederhana, seperti bertemu di suatu tempat dan pada akhirnya mereka saling jatuh cinta.

Maya lebih berharap seperti itulah kenyataannya. Namun, rencana Tuhan memang jauh berbeda dari yang kita harapkan. Tak ada seorang pun yang tahu akan seperti apa masa depan itu.

Dengan badan membungkuk Maya meraih air kolam. Lalu itu, dengan perlahan mencelupkan sepasang kakinya kedalam air kolam dingin itu.

Maya menatap langit pagi yang masih gelap. Ini masih jam 6 kurang, dan dia sudah terduduk disini sambil menangkup secangkir tea.

Tadi dia terbangun, mungkin karena dia bermimpi tentang Gara sampai-sampai dia tersentak dan tak bisa melanjutkan tidur lagi. Maya menghembuskan nafas berat. Bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah memang seberat inikah untuk menjalankan pernikahan tampa di iringi rasa cinta? Tak cukup kah hanya satu orang saja untuk memberi rasa hangat itu?

Maya tersenyum lirih. Tenggorokannya terasa terbakar didalam sana. Memang tak ada satu pun sepasang suami istri yang akan bertahan dalam suatu pernikahan jika tak ada cinta, Maya.

Maya kembali melamun menatap jernihnya air kolam. Maya yakin pasti ada. Alasannya hanya satu, yaitu anak. Jika memang pernikahan itu tidak ada cinta, setidaknya masih ada harapan jika anak itu ada untuk mempererat hubungan tersebut.

Namun, jika Maya di posisikan seperti itu, kali ini hatinya lah yang bertanya, apakah dia siap? Mungkin tidak lagi.

Entahlah. Entah seperti apa sekarang hatinya ini.

" May? " Suara serak Clara membuat lamunan Maya pudar. Wanita itu tengah berdiri di sisi pintu dengan wajah bantalnya sambil menggaruk-garuk rambut berantakannya.

" Lo ngapain disitu? Masuk sana! Pagi-pagi melamun, Gak baik kalau pagi buta begini udah duduk dikolam.
Pakai nyantai lagi. " Maya membuang muka. Tak peduli dengan ocehan Clara.

" Woi Batu! Keras kali lah kepalanya ini. " Suara Clara sudah frustasi menatap jengkel kearah Maya yang masih diam memandangi air.

" Kan biar segar. "

Perfect Wife || SUDAH TAMAT Where stories live. Discover now