S A T U

25K 1.4K 40
                                    

Berikan Vote & Komentar lebih dulu 🙏

Berikan Vote & Komentar lebih dulu 🙏

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

****

Pagi ini, langit tampak gelap. Tak secerah biasanya, yang mampu membuat senyum lembut Maya terukir.

Maya berjalan kesana kemari dengan kemeja Creamnya dan rok pensil nya. Pagi pagi jam 06.20 adalah awal hari dimana dia akan memulai kegiatannya. Tak memperdulikan bau asap mengepul yang berasal dari wajan. Maya melirik sesekali jam dinding yang berada didapur.

" Sudah lewat 5 menit, bentar lagi Mas Gara turun. " Gumam Maya dengan tangan yang sangat cekatan dalam wajan. Tanpa memikirkan keadaannya yang sudah mulai mengeluarkan peluh padahal Maya sendiri sudah mandi tadi.

Tak menunggu beberapa lama lagi. Maya melihat suaminya itu menuruni tangga dengan tergesah-gesah sambil merapikan dasi nya.

" Mas sarapan dulu. Aku udah masakin" ucap Maya menghampiri sang suami. Gara yang hampir melewati dapur hanya menatapnya.

" kamu makan aja. Aku nggak sempat lagi. " Maya kecewa detik itu juga.

" Mas.. Meeting Projeck nya kan 40 menit lagi. Nggak lama cuma sarapan"
Gara hanya diam. Membuat Maya semakin sakit hati. Percuma dia bangun pagi pagi buta hanya untuk mandi dan memakai seragam kerjanya. Membiarkan kemejanya bau asap dapur hanya untuk membuatkan mereka sarapan.

" Nggak bisa. Lagian siapa yang suruh kamu masak sarapan? Aku nggak ada bilang. " setelah itu Gara pergi meninggalkan Maya yang hanya diam menata perasaannya sendirian.

Maya hanya menatapi kepergian Gara. Menatap jam dinding dan matanya membola besar. Dia harus ikut rapat dari tetua presdir di perusahaan tempat magangnya sekarang.

Dengan sigap, Maya mengambil Stiletto nya dan memakainya. Menyampirkan tasnya dan keluar dari rumah sederhana mereka.
Tak lupa maya memberikan kunci kepada Satpam untuk dititipkan jika Gara pulang terlebih dahulu dari pada dia.

Rintik hujan mulai membahasahi tanah. Dan Maya berlari terbirit birit kearah halte. Menatap derasnya hujan yang meninggalkan jejak basah. Matanya menatap langit memikirkan suaminya.

Jika dipikir pikir lagi mereka memiliki kesibukan yang sama. Maya sibuk dengan urusannya dan Gara sibuk dengan pekerjaan nya.
Tetapi Maya masih bersedia meluangkan waktu untuk memperhatikan Gara.

Sama seperti tadi. Bukan hanya Gara yang telat dengan urusannya. Maya juga sama seperti hal nya. Namun, seorang istri harus patuh dengan suaminya walaupun keberadaannya masih tak diaggap. Tapi Maya masih berusaha semampunya hanya untuk kepentingan suaminya-Gara.

Lain hal dengannya, hatinya terasa tertikam ketika semua yang dilakukan Maya hanya sebuah bayangan semu yang tak akan pernah di pedulikan oleh Gara.

Maya tersenyum kecut dalam perasaan membara. Jika boleh jujur, Maya hanya ingin pernikahan mereka memiliki ruang cinta. Bukan lah ruang hampa.

Dasar egois kamu Mas!

Perfect Wife || SUDAH TAMAT Where stories live. Discover now