D E L A P A N

15.6K 1.3K 54
                                    

Jangan tinggalkan Vomentnya!

xxx

Ku tertawa hambar.

Ku menangis hanya karena mengikuti semua luka yang kau torehkan.

Tidakkah kau pernah mengerti dengan perasaanku yang kerap sekali kau tusuk setiap tingkah dan kata-katamu.

Membuatku menyelam seorang diri hanya demi menahan ke-egoisanmu. Dan sekarang tak bisa ku berbohong jika aku memang sulit untuk melepaskanmu.

Membiarkan mu bahagia tampaku.

Dan disini, aku berusaha bertahan, mencoba untuk tegar seolah-olah aku baik-baik saja.

Maya terduduk diatas kasur, menekuk kakinya dan menjatuhkan kepala diatas tekukan kakinya. Dia menangis, mencoba untuk menahan pedih pada luka dihatinya. Masih mencoba untuk bersikap semuanya baik-baik saja.

Tak ada yang bisa dibohongi dengan keadaan Maya sekarang ini. Sedangkan dirinya masih didalam hayalan mimpi kelabu tetapi tetap sadar. Maya tersenyum miris, berusaha menahan tetesan demi tetesan air matanya. Namun tetap saja gagal.

Tiga hari Maya melarikan diri. Mencoba untuk lari dari kenyataan yang nyatanya tidak dapat dihindarinya begitu saja. Dan yang membuat Maya semakin tersiksa adalah tak ada kabar dari Gara. Dan itu semakin menyakiti hati kecilnya.

Harus bagaimana dia melupakan Gara, jika memang suaminya itu jodohnya?

Memikirkan Sesosok Gara, sesuatu gejolak dan mencoba untuk keluar kembali membuat Maya mual. Dengan langkah tergesah-gesah Maya memasuki toilet. Memuntahkan cairan bening kedalam closet. Maya terduduk lemas dengan jejak basah dipipinya.

Dia hamil.

Dan Maya tengah menangisi segala nasib buruknya. Selama hidup nya hanya cucuran air mata yang diterimanya. Akankah seperti ini terus menerus sampai dia menutup mata?

" Hiks... "

Maya terisak-isak. Tak tahu lagi harus melakukan apa? Semuanya telah musnah dalam benaknya. Dengan begitu cepat mimpinya telah pupus berantakan.

Ckkreekk

" Berdiri nak. Berdirilah. Oma ada disini. " Maya menggeleng takut. Beringsut menjauh akibat takut melihat sang Opa yang berada di sisi pintu.

" Opa jangan...Maya tidak mau lagi kesana. " Maya menjerit tertahan dengan suara seraknya. Dia menangis kencang.

Flash back

" Pulanglah... Suami mu menunggu. "

Maya berdiri tegak, lalu melangkah kearah pria tua yang sedang berdiri di hadapan jendela. Menatapi taman belakang rumah yang penuh pepohonan yang rimbun.

Maya berlutut. Menatap iba kearah raut wajah itu.

" Apakah Opa tega melihat Maya terus terluka? Maya tidak sanggup lagi. "

" kau tidak bisa mengambil keputusan sebelah pihak jika surat keterangan perpisahan kalian belum ada. "

" Opaaa... " Maya terisak. Malam itu, ketika kepulangannya diawal rumah tangganya, Maya tidak disambut dengan hangat oleh kakeknya.
Mencoba untuk tegar karena, Maya sendiri tahu ada alasan dibalik itu semua.

Perfect Wife || SUDAH TAMAT Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin