"Gue udah rapih belum?" tanya Virgo.

      "Udah."

      "Ayo masuk," ajak Virgo.

      Kirana berjalan di belakang Virgo. Ketika pintu terbuka tampak seorang wanita lanjut usia yang sedang tertidur. Virgo menghela nafas lega sambil mengusap dadanya. Kirana mengerutkan keningnya, mengapa Virgo terlihat sangat lega saat tahu wanita itu tertidur.

      "Dia nenek kamu?" tanya Kirana.

      "Syuttt, jangan berisik!"

       Virgo duduk di sofa yang ada di ruang rawat eyangnya, sedangkan hanya berdiri di sebelah Virgo. Kirana menatap jam dinding, wajahnya terlihat sangat cemas. Kirana sangat khawatir dengan beasiswa nya, karena hari ini ia membolos jam pelajaran terakhir dan itu semua gara-gara Virgo.

      "Cewek kampung, ambilin gue minum dong, itu botol mineral di meja!" perintah Virgo.

      "Kamu kan masih punya kaki, tangan ngapain nyuruh."

      "Lo berani sama gue? Turutin perintah gue atau gue bilang kepala sekolah biar beasiswa lo di cabut!"

      "Iya-iya."

       Kirana berjalan menuju meja, saat akan mengambil botol mineral itu tiba-tiba eyangnya Virgo membuka matanya. Kirana tersenyum tapi eyangnya Virgo malah membentaknya.

      "KAMU SIAPA? ORANG JAHAT KAN!"

      Virgo langsung menghampiri Kirana. Menarik tangan Kirana lalu ia menyembunyikan Kirana di belakang tubuhnya.

      "Eyang masih sakit?" tanya Virgo.

      "Dia siapa, pacar kamu?!"

      "Temen sekelas," ucap Virgo.

      "Saya Kirana, Eyang."

      "Kalo di lihat-lihat kamu bukan anak orang kaya kan. Jadi sebaiknya kamu jangan berteman dengan cucu saya. NGGAK LEVEL!"

      Kirana tersentak mendengar ucapan eyangnya Virgo. Kirana menundukkan kepalanya, ia sadar diri jika ia bukan anak orang kaya.

      "Kamu pasti temenan sama Virgo cucu saya cuma mau uang nya kan?!"

      Kirana memberanikan diri berdiri di sebelah Virgo. Kirana menatap Virgo lalu Eyangnya.

      "Maaf Eyang, saya memang bukan anak orang kaya, tapi saya nggak seperti apa yang Eyang bicarakan tadi."

      "Halah orang miskin kan emang gitu, bilangnya enggak padahal iya. Berteman sama orang kaya cuma mau ngambil uangnya doang!"

      "Semoga cepat sembuh ya Eyang, saya pamit," ucap Kirana.

      Kirana berjalan menelusuri lorong rumah sakit. Jujur ucapan Eyangnya Virgo sangat menyakitkan hatinya. Padahal Virgo lah yang menyuruhnya ikut ke rumah sakit tapi malah jadi begini. Kirana menatap sekelilingnya, lalu ia mengambil kertas yang berisi alamat rumah sakit dimana Raihan dirawat. Ternyata Raihan di rawat di rumah sakit ini juga.

      "Ruangannya dimana ya," gumam Kirana.

      Dengan ragu-ragu Kirana membuka pintu kamar rawat Raihan. Kirana tersenyum, ia tidak salah kamar.

      "Hai," sapa Raihan.

      "Kamu sakit apa?" tanya Kirana.

      "To the poin banget sih, basa-basi dulu napa," ucap Raihan lalu ia terkekeh.

      "Maaf ya kemarin aku nggak pulang bareng kamu, sekarang jawab kamu sakit apa?"

      "Cuma kecapean sih tapi om gue aja yang lebai pake acara di rawat segala."

      "Dokter nya om kamu?"

      "Iya, bawal banget lagi."

      "Tante Raisa tahu?"

      Raihan menggeleng kan kepalanya lalu tersenyum. "Gue nggak mau nyokap khawatir, lagian nyokap juga lagi di luar kota sama bokap."

      Kirana duduk di kursi dekat ranjang rumah sakit. Kirana melihat bubur di meja sampinya masih banyak, seperti belum tersentuh sedikit pun.

      "Kamu belum makan?"

      "Nggak nafsu makan."

      Kirana mengambil mangkok bubur itu lalu ia berikan Raihan.

     "Makan! Biar cepet sembuh."

     Raihan menerima mangkok yang Kirana berikan lalu ia mulai memakan bubur dengan sangat lahap. Kirana tertawa saat melihat banyak bubur di sekitar mulut Raihan.

      Raihan ikut tertawa, sampai ia tersedak. Dengan cepat Kirana mengambil air lalu ia berikan untuk Raihan.

      "Makanya kalo makan tuh yang bener," ucap Kirana.

      "Iya, gue gitu juga karena liat lo ketawa."

      "Kamu sendirian gini, nggak punya saudara?"

      "Gue punya kakak perempuan, tapi dia kuliah di Korea."

      "Oh iya kata ib- eh maksud aku nyonya Yuli, nanti aku bakal nemenin kamu di sini lagian besok juga libur."

      Raihan tersenyum. "Makasih ya."

      "Iya, sama-sama."

      "Tolong ambilin paper bag di kolong ranjang dong," ucap Raihan.

      Kirana mengambil dua paper bag lalu ia menyodorkan ke arah Raihan, tapi Raihan malah fokus ke handphone nya.

      "Rai, ini."

      "Buat lo," ucap Raihan.

      "Maksudnya?"

      "Iya, itu sengaja gue beli khusus buat Kirana Adinda."

      Kirana membuka paper bag berwarna putih, terdapat kotak handphone.

      "Gue kan kemarin janji mau beliin lo handphone. Coba yang satunya lagi buka juga."

      Kirana membuka paper bag ke dua, ada gaun yang sangat cantik berwarna putih. Kirana memasukkan kembali gaun dan handphone itu.

      "Aku nggak bisa nerima ini, maaf," ucap Kirana.

      "Kenapa?"

      "Aku nggak pantes pake barang-barang mahal kayak gini."

      "Siapa bilang? Udah terima aja, hargain gue dong."

      "Oke. Aku ambil handphone ini tapi nggak sama gaun nya."

      "Ambil juga dong gaunnya, minggu depan nyokap gue Ultah. Nah lo bisa pake," ucao Virgo.

      Kirana mengangguk. Raihan memajukan badannya, Kirana hanya diam. Kini wajah Raihan semakin dekat dengan wajah Kirana. Bahkan Kirana sudah menahan nafasnya. Raihan terlihat sangat tampan jika di lihat lebih dekat. Raihan memiringkan kepalanya sambil menatap tepat di mata Kirana.

Vote and coment dong biar Author semangat nulisnya, eh ngetiknya.

SATU KATA UNTUK PART INI?

SATU KATA UNTUK KIRANA?

SATU KATA UNTUK VIRGO?

SATU KATA UNTUK RAIHAN?

KIRANA VIRGO OR KIRANA RAIHAN?

NEXT OR NO?
      
Kalo cast nya di ganti gakpapa ya?
Oh iya part kemarin lupa di kasih tanggal update nya wkwk.

11-07-2020

     

     

KING BULLYING [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя