9. Mertua Galak

14.3K 744 16
                                    

Vote dan comment dari kalian penyemangat author demi berlangsungnya cerita ini.
_____________

"Rama-rama-rama yuk kita jalan-jalan pergi dugem, ke taman hiburan apa keliling kota liat pemandangan. Gue bosen dirumah terus."

"Mata lo buta! Nggak liat gue lagi sibuk ngerjain pr segini banyaknya." Bentak Rama.

Ih, nyebelin banget sih. Gue berdecak kesal mengambil hp langsung mengetik suatu pesan. Mata gue beralih tertuju kepada pria berkacamata yang masih senantiasa fokus pada laptopnya. Buku-buku tebal tertumpuk berantakan di atas meja.

"Betapa membosankannya hidupku ini mendapat suami seperti dirimu~" Keluhku yang terdengar seperti sedang menyanyikan syair lagu.

Pria yang sedang gue bicarain hanya menoleh menatap gue sekilas, detik kemudian dia langsung fokus kembali ke laptopnya. Lama-lama tu laptop gue bantai juga.

"Segitunya amat ngerjain tugas ngampek tu mata mau copot pantengin laptop mulu. Sekali-kali otak butuh refresing, santai. Jangan buat mikir terus-terusan, bisa pusing tu kepala." Sok-sokan gue nasehati Rama, padahal orangnya kagak mau gubris ucapan gue.

"Terserah lo dah." Gue beranjak mengambil tas selempang pergi keluar meninggalkan suami kutu bukuku itu dengan perasaan kesal.

Gue menemui Doni yang telah menjemput di depan gerbang. "Ajak gue jalan kemana kek terserah." Doni dengan perasaan bingungnya menuruti perintah gue. Wajar dia bingung, tiba-tiba gue chat dia, ngirimi alamat tempat tinggal gue sekarang nyuruh dia njemput gue.

Kita sampai di tempat biasa kita nongkrong. Bangunan kosong di lantai dua kita sulap menjadi basecamp. Rooftop bangunan ini menyuguhkan pemandangan yang bagus ketika malam tiba. Cahaya lampu kota nampak indah dari atas, bintang bertaburan di langit bersinar menawan membuat hati tenang melihatnya.

"Lo jahat banget Ris. Lo kawin kagak kasih tau gue, sahabat lo sediri. Jahat emang lo." Doni membanting helmnya di atas sofa yang busanya telah terurai dari tempatnya

"Jangan ngambek gitu napa." Akhirnya gue critain semua kejadian yang telah terjadi akhir-akhir ini. Cuma Doni tempat gue barbagi masalah hidup, jadi gue yakin Doni akan mengerti dan bisa merahasiakan ini.

"Gue kira lo udah lupa sama gue, mentang-mentang udah tinggal di rumah gedongan."

"Kagaklah Don. Kalau gue lupa, lo wajib ingetin gue."

"Apa anak manja itu mencintai lo?" tanya Doni mulai serius.

"Belum."

"Apa lo bisa bahagia hidup dengannya?"

Gue tersenyum sinis. "Rama itu pewaris tunggal kerajaan bisnis keluarga Mahesa. Gue pasti bahagia hidup berkelimang harta."

"Lo nyuruh gue jemput, pasti lo ada masalah sama anak manja itu kan?" Tebaknya.

"Nggak ada hari tanpa masalah dengan anak itu."

Tiba-tiba Doni menggenggam kedua tangan gue. "Kalau lo berubah pikiran ingin pisah sama anak manja itu, gue akan gantiin tanggung jawab dia jadi bapak anak yang lo kandung. Gue bakal kawinin lo." Seketika gue dibuat cengo dengan ucapan Doni yang asal ngejeplak.

Gue menampol kepala Doni dengan kaleng bekas minuman. Siapa tau aja kepalanya yang konslet jadi connect kembali. "Gue yang ogah kawin sama cowok kere kaya lo. Mau jadi apa anak gue punya bapak preman macem lo gini. Kagak rela gue hahahaha."

"Gue seriusan Ris, kagak bercanda. Gue bakalan kerja keras sampek kaya biar bisa bahagiain lo."

"Selama ini lo bisa beli barang bagus itu hasil morotin duwit cewek mainan lo, sedangkan uang jajan hasil lo malak anak-anak di sekolah, trus lo mau nafkahin gue pakek duwit hasil ngrampok, ha? Pertanyaan Risa seketika menyadarkan Doni. "Apa ngepet? Hahahaha. Don-don lo kalau bercanda suka kelewatan."

MY BABYWhere stories live. Discover now