29. (NEW) The Truth (2)

2.3K 300 85
                                    

PART 29 BERUBAH.

Bacanya pelan-pelan ya guys supaya paham.

Awalnya aku mau part ini spesial untuk pembeli novel. Tapi karena part 29 memuat info penting soal alur cerita, aku berpikir buat tetap upload di wp. Supaya semuanya clear dan yang nggak beli novel tetap nggak kecewa. Hehe.

Jadi nanti di versi novel sudah nggak ada teka-tekinya lagi. Semuanya udah kejawab di wp okay.

Ada hampir 3000 words so tarik napas dulu.

Btw sebenarnya di part 27 versi novel itu ada scene Tuan & Nyonya Kim ngaku salah duluan ke Seungwan. Cerita aslinya ada di versi novel soal gimana Seungwan bisa ke Seoul dan kenapa harus dia. Di situ juga ada penjelasan soal ayah Seungwan yang asli.

Jangan lupa vote & komentar okay.
Part ini mungkin bakal hilang setelah 24 jam?

***


"Kim Seungwan! Kau di sini?"

Kedua sudut bibirku kutarik ke atas. Menampilkan senyumku di saat mataku membengkak dan sedikit sulit untuk terbuka. Namun tentu aku mengenali siapa yang berdiri di depanku.

"Brina...."

"Kenapa? Kenapa kau kembali ke sini, hm? Ini sudah begitu malam dan kau ke rumahku? Siapa yang mengantarmu?"

"Tuan Lee," jawabku.

Aku meminta tolong pada Tuan Lee. Pria setengah baya itu sempat menolak keinginanku karena takut. Namun air mataku yang turun terus-terusan membuatnya mengalah.

"Kau meninggalkan Tuan Muda, Nyonya Kim?" Itu adalah pertanyaan Tuan Lee saat aku sudah duduk di belakang.

"Ini satu-satunya yang bisa kulakukan, Tuan Lee. Aku tidak punya pilihan. Kami sudah membangun rumah tangga yang sebenarnya memang tidak kokoh sejak awal. Melewati beberapa bulan, aku selalu mencoba menahan agar rumah tangga kami tidak hancur, tapi kenyataannya, menjadi hancur ternyata lebih baik."

Saat itu Tuan Lee terdiam beberapa saat. Aku jadi paham bahwa ia mengerti apa yang sedang terjadi.

"Tuan Lee, aku baru tahu bahwa aku punya ayah kandung. Dia masih hidup," ucapku tanpa menatap Tuan Lee.

"Kau mau menemuinya, Nyonya Kim?"

Aku menggeleng. "Dia membuangku."

Setelah ucapanku itu, Tuan Lee terdengar mengeluarkan tawa hambarnya. Membuatku menoleh.

"Menjadi seorang ayah memang serba salah. Aku sering menemukan ibu lebih dihargai karena perjuangannya mengandung selama sembilan bulan bahkan lebih, juga bagaimana mereka melahirkan dan mempertaruhkan nyawa. Itu wajar. Tapi terdengar menyedihkan saat perjuangan seorang ayah yang mencari nafkah sejak sebelum anak lahir ke dunia hingga sang ayah mengembuskan nafas terakhirnya, tidak dihargai. Padahal, mencari nafkah juga mempertaruhkan nyawa." Tuan Lee masih tidak menoleh padaku, melainkan aku yang masih memperhatikannya.

"Kau boleh mengatakan Tuan Jeon membuangmu," ucap Tuan Lee, kembali bersuara. "Karena kau tidak melihat, bagaimana histerisnya ayahmu saat kehilangan satu putrinya. Lalu bagaimana beratnya dia menyerahkanmu pada Presdir Kim. Memintanya membahagiakanmu. Kau juga tak melihat bagaimana perjuangannya memantaumu dari jauh, karena dia tetap saja pengecut yang tidak berani mengatakan bahwa dia iri pada Kwon Jungsoo, orang yang dia suruh untuk menjagamu."

Bite The Bullet ✔Where stories live. Discover now