14. The Things He Hid

3.4K 554 98
                                    

"Oh, kau sudah pulang?"

Seungwan berseru ketika sosok yang sedari tadi ia tunggu muncul di depan pintu kamarnya. Chanyeol tidak pernah pulang dengan raut bahagia atau minimal tersenyum, tapi Seungwan akan selalu datang dengan senyum lebar sampai menampilkan jajaran giginya yang tersusun rapi.

Tangan Seungwan bergerak cepat untuk mengambil dasi yang pria itu pegang, kemudian membuka jas pria itu, lalu membawanya ke tumpukan pakaian kotor menyisakan Chanyeol dengan kemeja kerja dan celana kain hitam panjangnya.

Tangan Seungwan bergerak cepat untuk mengambil dasi yang pria itu pegang, kemudian membuka jas pria itu, lalu membawanya ke tumpukan pakaian kotor menyisakan Chanyeol dengan kemeja kerja dan celana kain hitam panjangnya

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Seperti yang pernah ia ucapkan, dirinya benar-benar diberi kesempatan untuk menjadi istri yang baik untuk Chanyeol, setidaknya sampai pria itu bosan lalu menendangnya. Seungwan yakin bahwa Chanyeol tidak mendengar bisikannya malam itu, tapi nyatanya pria itu tetap bersedia untuk sarapan pagi dengannya, memakan masakannya, lalu pulang dari kantor sebelum senja, meskipun terkadang pulangnya hanya dua kali dalam seminggu.

Seungwan juga sudah bisa menyetrika seragam Chanyeol meskipun pria itu tetap tidak mengizinkannya untuk menyuci milik Chanyeol. Well, Seungwan terima.

"Kau tidak mandi? Aku sudah menyiapkan air hangat barusan." Seungwan bertanya ketika dirinya malah mendapati Chanyeol sedang duduk dengan jari-jari yang sibuk di atas keyboard laptop.

"Sudah," balas Chanyeol sekenanya.

Alis Seungwan mengerut. "Sudah?" Kening Seungwan berkerut heran. Masalahnya dia betulan tidak melihat pria itu ke kamar mandi. Tidak lama kemudian suara tawa terdengar.

"Kau mandi di mana? Astaga, Chanyeol. Pasti berbohong, ya?" Seungwan menuduh. Chanyeol sontak menoleh ke arah wanita yang masih terkekeh kecil itu, memberikan tatapan tidak sukanya dengan alisnya yang menukik.

Tanda bahaya.

Seungwan menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada. "Maaf, iya, aku percaya kau sudah mandi, hehe." Jantungnya nyaris meloncat. Seungwan sampai merutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia menertawakan Chanyeol ketika pria itu jelas-jelas menunjukkan wajah seriusnya.

"Kalau begitu kau pasti lapar, iya, kan?" Ia berjalan mendekat. Sebenarnya sedikit takut, tapi Seungwan berusaha sekuatnya agar tidak terlalu canggung.

Chanyeol tidak menjawab. Matanya tetap fokus pada layar laptop.

"Aku akan menata meja makan sebentar. Atau kau mau--Chanyeol!" Seungwan berusaha mengatur detak jantungnya yang dirasa akan meledak. Dia betulan tidak siap ketika tangan besar Chanyeol menarik pinggangnya hingga terduduk di pangkuan pria itu.

"A--aku harus pergi, oke." Demi kerang ajaib di kartun yang tayang jam tujuh pagi, Seungwan benar-benar ingin memaki dirinya sendiri. Merasa ceroboh karena sempat memilih untuk mendekati Chanyeol. Harusnya dia tidak sebodoh itu. Well, pria itu bisa melakukan hal tidak terduga. Dan ya, Seungwan gagal untuk menghindar kali ini.

Bite The Bullet ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora