3. Old Wound

3.8K 606 79
                                    

Jangan lupa vote dan komen🐥

***
Im Seungwan memperhatikan gerakan tangan
seorang gadis yang berumur 20 tahun di hadapannya. Namanya Jung Euna. Gadis yang merupakan salah satu pelayan dengan wajah cantik dan pipi gembil itu tengah merapikan isi kotak obat. Baru saja gadis itu selesai mengobati memar di kaki Im Seungwan.

"Kau sungguh tidak apa, Nona Im?" tanya Jung Euna. Bukan kali pertama ia menanyakan hal itu. Terhitung sejak ia datang dan menemukan Seungwan yang meringis di tempat tidur, Euna sudah bertanya sebanyak enam kali.

Seungwan mengangguk. "Em ... terima kasih, ya," ucap Seungwan dengan senyuman di wajahnya.

"Oh iya, kaki Nona Im sampai memar begini karena apa?"

Seungwan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. Otaknya memikirkan jawaban paling masuk akal. "Em ... aku terjatuh," katanya kemudian. "Ya ... aku terjatuh di kamar mandi," sambungnya lagi. Mencoba meyakinkan. Meski sebenarnya ia lebih yakin bahwa raut wajahnya pasti tampak seperti orang paling bodoh di dunia. Apalagi tatapan tidak percaya Jung Euna membuatnya semakin salah tingkah.

"Serius? Di mana? Apa ada bagian yang licin di sana? Haruskah aku masuk dan membersihkannya?"

Seungwan langsung menggeleng. Ditimpa pertanyaan banyak sekali membuatnya pusing dan panik sendiri.

"Ti--tidak. Tidak usah," kata Seungwan sambil menarik tangan Jung Euna.

"Serius, tidak usah?"

Seungwan mengangguk meyakinkan. "Ya ... itu bukan masalah. Aku saja yang tidak hati-hati."

Jung Euna mengangguk kemudian duduk kembali di tepi ranjang Seungwan. "Aku sudah membuat sup ayam untukmu, Nona Im. Lebih baik dimakan selagi hangat." Jung Euna langsung meraih nampan berisi semangkuk sup lengkap dengan air putih dan susu. "Aku tidak tahu kau biasa meminum apa, jadi aku hanya membuat susu."

Seungwan terkekeh. "Aku bahkan lebih suka meminum air putih, Jung Euna."

"Tidak suka susu?"

Seungwan menggeleng. "Suka, hanya tidak terbiasa saja," jawabnya. "Kau boleh meminumnya jika ingin."

Euna menggeleng. "Itu punyamu, Nona Im," katanya. "Jika kau butuh sesuatu kau boleh memanggilku, Nona. Aku harus ke bawah sekarang," pamitnya.

Seungwan mengangguk. "Aku sudah sembuh, kau boleh kembali." Lalu maniknya memperhatikan Jung Euna yang mulai menjauh dan menghilang di balik pintu kamarnya yang tertutup. Ia meraih sendok, lalu mencicipi sup buatan Euna. Tidak salah, makanan itu sangat enak.

Baru beberapa kali ia menyendok sup-nya, ponselnya berdering. Seungwan melirik sebentar benda hitam persegi panjang itu.

"Lucas?" gumamnya membaca nama yang tertera di layar.

"Tidak ingin datang ke kedai? Aku bosan sekali!"

Seungwan sontak menjauhkan telinganya. Gila sekali Lucas berteriak-teriak dari seberang sana.

"Bisa tidak, kau tidak berteriak begitu, huh? Aku terkejut asal kau tahu!" sungut Seungwan kesal.

"Ya! Kau juga berteriak! Kita impas, sekarang datanglah ke kedai," balas Lucas.

"Iya-iya, 30 menit lagi."

"APA! TIGA PULUH MENIT? INGIN MEMBUATKU BERLUMUT, YA?"

Seungwan berdecak. "Aku belum mengganti baju, Lucas," balasnya malas.

"15 menit!" ucap Lucas mengakhiri teleponnya.

"Ah! Dasar pemaksa!" gerutu Seungwan. Ia pun berdiri. Berjalan menuju sebuah lemari dan mencari pakaiannya di sana. Sebenarnya Seungwan belum menyusun barangnya sama sekali. Tapi Jung Euna sudah melakukannya. Gadis itu memang hebat. Ia menyusun semua pakaian Seungwan dengan begitu rapi.

Bite The Bullet ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang