...✶Chapter 36✶...

Start from the beginning
                                    

Andirni menggeleng frustasi dan meninggalkan kamar lalu menemui Diray yang menunggu di luar

Keduanya berjalan meninggalkan rumah tua itu dan rasanya cangguh setelah kejadian yang tak terduga tadi, jalan setapak membuat Diray membiarkan Andirni berjalan terlebih dahulu dan dirinya mengawasi dari belakang

"Lo mencoba bunuh diri?" tanya Diray membuka percakapan.

"Iya, tapi aneh aku tidak mati bahkan sudah ku coba melompat dari lantai dua hanya ini yang ku dapat"jawab Andirni menghentikan langkahnya dan menunjukkan lengannya yang memar dan tergores kayu

Diray melongo menatapnya, "Lo gila? Melukai diri sendiri hanya tak bisa mengingat masalalu?" tanya Diray geleng geleng kepala

"Iya, aku frustasi rasanya sulit merasakan semua nya sendirian" jawab Andirni dan kembali melangkah

"Lo gak perlu berusaha mengingatnya, masalalu tak perlu di ingat lagi, lagian semuanya sudah berlalu takkan bisa di ulang lagi" kata Diray yakin.

"Aku tau, tapi aku perlu tau oran-orang yang mengenalku aku juga ingin tau apa di masalalu aku berguna bagi orang lain atau tidak" seru Andirni tak mau menyerah dan tak akan pernah

"Jawabannya lo gak berguna" sahut Diray membuatnya mendengus kesal.

"Jangan berbohong aku tak mungkin seperti itu" kata Andirni yakin.

"Yaudah kalau gak percaya"sahut Diray dan menaiki motornya.

"Gue bisa antar lo, nanti lo tunjukin alamat rumah lo" lanjut Diray.

"Tak perlu antar aku ke halte saja aku bisa telphone Evan" ucap Andirni menaiki boncengannya dan di angguki Diray, keduanya melaju meninggalkan pinggir kota sepanjang jalan keduanya sibuk dengan pikiran masing masing

Beberapa menit, Diray menurunkan Andirni di halte sesuai yang ia inginkan lalu Diray menemaninya selagi Evan menuju ke halte untuk menjemputnya

"Kira-kira seperti apa aku di masalalu?" tanya Andirni mencairkan suasana, Diray menoleh sekilas dan tampak berpikir sejenak

"Itu rahasia, mungkin akan tetap menjadi rahasia"jawab Diray tersenyum tipis.

"Kenapa? Apa dulu aku terlihat buruk?" tanya Andirni lag.

"Enggak, semua nya sulit di jelas kan tapi bisa gue rasain" jawab Diray menerawang langit yang penuh bintang, jujur saja ia rindu Arsha bukan Andirni meski keduanya orang yang sama, tapi sekarang keduanya berbeda Diray sangat sedih dan terpuruk

"Kamu menangis?" tanya Andirni melihat butir air mata yang mengalir perlahan di pipi Diray

Diray segera menghapus nya cepat dan tertawa hambar, "Enggak hanya kelilipan, angin nya kecang" jawabnya tersenyum pahit

Andirni dapat merasakan sedih nya cowok itu hatinya menjadi sendu menatap cowok di sampingnya

'Andai ku bisa mengingatnya' 

'Kenapa rasanya begitu sakit?'gumam Andirni dalam hati ia menunduk rasanya ada yang hilang begitu hangat dengannya tapi hatinya terasa aneh dan terbersit kesedihan yang mendalam

The Cat Girl ✶Completed✶Where stories live. Discover now