52. cobaan

3.1K 329 48
                                    

Tidak ada yang lebih bahagia ketika Seokjin bilang ia akan kembali menjadi seorang ayah yang artinya Raisya tengah hamil sekarang. Dengan perasaan haru juga bahagia, Jimin memeluk Raisya dalam dekapannya sementara si wanita masih dalam posisi berbaring.

Dia juga sangat terkejut dengan fakta satu ini. Ia bahkan sudah tidak sanggup menahan tangisnya tak kala Seokjin berucap demikian. Apakah bisa secepat ini?

"Terimakasih sayang, aku akan menjaga dirimu dan bayi kita," ucap Jimin seraya mengecupi seluruh wajah Raisya dengan tetesan air mata yang hadir di antara keduanya. Seokjin yang melihatnya juga tersenyum senang. Setidaknya, ia tidak meragukan benih Jimin. Benar-benar kuat.

"Kuharap kau selalu menjaga kesehatan dan selalu konsul kemari setiap tiga minggu. Bilang padaku jika ada keluhan dan jangan terlalu lelah. Minum susu ibu hamil supaya janinnya kuat dan sehat. Raisya juga tidak boleh stress atau merasa tertekan, itu akan mempengaruhi bayimu," jelas Seokjin. Meski bukan dokter kandungan, Seokjin mengerti tentang hal seperti ini. Mungkin untuk konsultasi, Jimin harus langsung bertemu dengan dokter Shin.

"Baiklah hyung, terimakasih," ucap Jimin.

Jimin dan Raisya keluar dari rumah sakit. Raisya menolak ketika Jimin bilang mereka akan langsung pulang. Pekerjaan di kantor masih sangat menumpuk dan kasihan Namjoon jika harus menyelesaikannya sendirian.

Meski sempat ada sedikit perdebatan, akhirnya Jimin mengalah dan membawa mobilnya kembali ke kantor. Jimin terus merengkuh pinggang istrinya selama berjalan ke arah ruangan. Sisi posesivenya mungkin akan kian bertambah saat ini.

Raisya duduk di ruangannya dengan Jimin yang masih duduk di hadapannya. "Sore nanti, ayo kita beli susu ibu hamil dan vitamin yang sudah Seokjin hyung rekomendasikan!" ajak Jimin.

"Iya baiklah. Sekarang oppa kembali ke mejamu dan selesaikan berkas-berkas itu supaya kita cepat pulang!" ucap Raisya yang kini memasang kacamata minusnya seraya membuka berkas satu persatu.

Jimin menghela napas sebelum akhirnya ia melangkah kembali ke mejanya dan duduk di kursi kebesarannya. Dia memang masih bisa memantau Raisya, namun sepertinya tidak cukup karena ada sekat.

Besok Jimin akan meminta supaya meja Raisya di letakkan dinsebelahnya.

.

.

.

Sore ini, Jimin mengajak Raisya ke pusat perbelanjaan untuk membeli susu ibu hamil juga membeli vitamin. Jimin membeli banyak sekali susu ibu hamil, katanya untuk persediaan.

Di tengah mereka yang tengah memilih buah jeruk, Jungkook hadir dengan troli yang sedang ia dorong. "Eh? Raisya? Jimin Hyung?!" panggilnya.

Jimin dan Raisya menoleh kearah sumber suara dan menemukan presensi Jungkook yang berjalan kearah mereka. Raisya meremat ujung jas Jimin entah karena apa.

"Hei Jung? Sedang apa di sini?" Tanya Jimin retoris. Jimin harusnya tidak bertanya demikian karena jelas sekali Jungkook sedang berbelanja.

"Aku berbelanja bulanan hyung. Eh tunggu? Susu ibu hamil? Raisya hamil?" tebak Jungkook tepat sasaran.

"Iya, istriku hamil," jawab Jimin bangga. Setidaknya Jungkook tidak bisa bagaimana-bagaimana karena Raisya sudah benar-benar terikat dengannya.

"Woah? Chukkhae Raisya, hyung! Kuharap bayinya sehat!" ujar Jungkook semangat. Pria itu kini menjulurkan tangannya pada Jimin-berjabat tangan, dan Jimin menerima uluran tangannya seraya mengucapkan terima kasih.

Raisya sama sekali tidak berbicara pada Jungkook. Rasanya sangat canggung sekali sekarang. Hingga akhirnya Jimin dan Raisya sudah berada dimobil untuk pulang.

DREAMS ✴PJM✔Where stories live. Discover now