41. Kacau

3.5K 334 66
                                    

Ps. Tandai typo atau kesalahan nama tokoh jika ada.

Sorry for late update

Baca pesan aku di akhir Chapter.

Happy reading....




















































Menjaga Areum saja baik Jimin maupun Raisya kewalahan bukan main. Gadis itu hyperaktif membuat Jimin harus megejar Areum kesana kemari selama satu minggu ini. Dan akhirnya, di ujung minggu keluarga areum datang untuk mengambil putrinya kembali.

Ada rasa tidak ikhlas yang bercokol dalam benak Raisya. Sedikit tidak ingin Areum pergi karena sudah terbiasa dengan kehadiran Areum.

"Sayang? Janji ngga bakal lupain mama, kan?" tanya Raisya pada Areum yang tengah menggendong boneka panda besar berwarna biru di dalam dekapannya.

"Iya ma, Areum bakal selalu ingat sama kalian." Dan dengan itu, Areum memeluk Raisya erat dan mengesampingkan boneka biru dalam dekapannya. Areum sangat sayang pada Raisya maupun Jimin. Mereka berdua memperlakukan Areum sama seperti memperlakukan anak mereka.

Areum beralih menatap Jimin yang berdiri di belakang Raisya seraya mengamati Areum dan istrinya. "Papa ngga mau peluk Areum?" tanya gadis cilik itu membuat Jimin bertanya-tanya apa yang sedang gadis ini tanyakan.

Raisya melepaskan pelukannya pada Areum dan menjelaskan maksud si gadis cilik. Jimin tersenyum sebelum akhirnya berjongkok dan memeluk tubuh Areum erat. Mau semenyebalkan apapun Areum, Jimin tetap suka cara gadis cilik ini tertawa.

"Raisya, katakan pada Areum jika papa mencintainya dan akan merindukan Areum."

Jimin melepaskan pelukannya namun kedua netranya masih menatap Areum lekat seolah tidak ingin kehilangan. "Areum? Papa bilang kalau papa cinta sama Areum, papa juga bakal kangen sama Areum," ungkap Raisya.

"Areum juga bakal kangen sama papa, mama. Sering-sering main kesini nanti kita main lagi. Sekarang udah malem, Areum harus pulang!"

Areum mengecup pipi Raisya juga Jimin bergantian sebelum akhirnya melangkah pergi masuk kedalam mobil orang tuanya yang sudah menjemput.

Raisya maupun Jimin hanya memandang Areum yang perlahan menghilang digantikan kesunyian juga rasa hampa yang mendera hati Raisya. Ini akan sangat sepi lagi tanpa tawa Areum.

Raisya bangkit dan langsung melangkahkan kakinya ke dapur guna mengambil air dingin. Tenggorokannya terasa kering mendadak.

Jimin mengikuti gadisnya dari belakang dan berakhir mendudukkan dirinya di kursi meja makan seraya bertopang dagu menatap Raisya. Ia tahu Raisya berat jika harus melepaskan Areum, namun apa daya jika mereka tidak memiliki hak apapun terhadap Areum. Sepertinya Jimin harus membuat seorang Jimin Junior dalam waktu dekat.

"Raisya? Kau berjanji untuk membawaku makan nasi Padang. Kenapa sampai sekarang aku belum makan itu? Jiminie kan penasaran," rengek Jimin berusaha agar pemikiran Raisya berbelok kearahnya.

"Besok? Mau?" tanya Raisya yang diangguki Jimin.

"Sekarang mau tidur atau mau ikut menonton dengan mama papa?" tanya Jimin lagi.

"Masi jam 7 malam. Kita ikut nonton saja deh!" ajak Raisya yang diangguki Jimin. Pria itu menggandeng jemari Raisya erat seolah gadis itu akan hilang jika tidak digenggam erat. Ini kan di dalam rumah.

DREAMS ✴PJM✔Where stories live. Discover now