48. Eskrim

3.2K 347 40
                                    

Ps. Tandai typo jika ada

Baca note aku di akhir Chapter.

Happy reading.






































Hari ini, Raisya dan Jimin diminta untuk datang ke tempat eksekusi. Jantung Raisya berdebar kuat tak kala melihat tempat di mana eksekusi akan dilakukan. Ini benar-benar mengerikan.

Raisya tidak menyangka dirinya akan menyaksikan hal yang seperti ini. Berdiri ditempat seperti ini benar-benar hal baru untuknya.

"Oppa? Ini benar-benar menakutkan!" keluh Raisya.

"Aku tahu, jika dirimu tidak siap melihatnya, bersembunyi saja dalam pelukanku," ucap Jimin.

Raisya hanya terdiam karena kali ini atensinya mengarah pada tahanan wanita yang digiring ke tengah guna diikat.

Melihat Haeya yang nampak berantakan membuat hati Raisya terenyuh. Ia juga tidak tega jika melihat wanita itu dalam keadaan seperti itu, hanya saja Haeya sudah banyak merugikan orang lain.

Kedua tangan dan kakinya diikat pada sebuah tiang yang terbuat dari besi. Netra Haeya menatap kearah Jimin dan Raisya. Hatinya iri sekali melihat Jimin yang memeluk Raisya hangat. Ia juga ingin mendapatkannya, hanya saja sepertinya tidak mungkin. Ia sadar jika dirinya salah, makanya ia tidak mau memberontak.

Saat kepalanya akan ditutup oleh kain hitam, Haeya menghentikan gerakan seorang algojo itu sejenak. Meminta waktu sebentar untuk berbicara, hingga algojo itu memberikan waktu pada Haeya.

"Jimin-ah! " panggil Haeya.

Jimin memalingkan wajahnya tak kuasa melihat sahabatnya dalam keadaan seperti ini. Mau bagaimanapun, sahabat tetap saja sahabat. Mau seburuk apapun dirinya, Haeya tetap sahabat Jimin.

"Maafkan aku," ungkap Haeya. Suaranya melemah seiring air mata yang keluar dari pelupuk matanya.

"Raisya-ah? Maafkan aku juga,"

Raisya menangis dalam pelukan Jimin. Jika bisa ia ingin memaafkan Haeya saja sebenarnya. Ia tidak sanggup melihatnya seperti ini.

"Maafkan aku, eoh? Aku tidak akan mengganggu kalian lagi. Aku minta maaf karena aku, calon anak kalian tiada, maafkan aku."

Haeya terisak. Dadanya benar-benar terasa sesak mengingat dosa apa yang ia perbuat.

"Jimin-ah, jaga Raisya. Dia wanita baik dan aku percaya itu. Dan Raisya? Jaga Jimin, pria itu akan lemah tanpamu. Aku harus pergi, jangan lupa makamkan aku dengan baik, eoh? Jika tidak, aku akan menghantui kalian!" kekeh
Haeya. Itu hanya kekehan hampa karena setelahnya air mata itu kembali keluar.

"Aku akan pergi. Sampai jumpa. Semoga kita kembali bertemu di kehidupan selanjutnya dengan keadaanku yang lebih baik. Aku pamit!!" ungkapnya. Dan setelah itu algojo kembali memasangkan tudung hitam itu.

Si penembak juga nampak telah siap. Raisya buru-buru mendekap Jimin dan menelusupkan wajahnya pada dada Jimin.

Suara pelatuk terdengar nyaring, begitu juga pekikan wanita yang sekarang telah bersimbah darah. Jimin dan Raisya terisak. Keduanya sama-sama tenggelam dalam tangis tak kala penutup kepala
Haeya dibuka dan menampakkan gadis itu yang sudah tak sadarkan diri.

Sesuatu yang mengerikan bagi Raisya karena harus menyaksikan eksekusi mati kali ini.

.

.

DREAMS ✴PJM✔Where stories live. Discover now