44. Tak terkendali

3.8K 342 69
                                    

Ps. Nama tokoh yang ada hanya KARAKTER FIKTIF

Tandai Typo jika ada

Baca note aku di akhir chapter





























































Setelah menghabiskan dua minggu honeymoon di Bali dan New zeeland, Jimin dan Raisya sudah kembali pulang ke rumah. Tadinya, Jimin ingin mengajak Raisya ke Tokyo, hanya saja ini sudah terhitung satu bulan cuti mereka.

Keduanya tengah merebahkan diri di atas ranjang. Rasanya sangat melelahkan terus duduk di pesawat. Pinggang Raisya pegal juga kepalanya berdenyut nyeri.

Sama hal nya dengan Raisya, Jimin juga merasakan apa yang istrinya rasakan. Sakit pinggang seperti orang encok.

"Kapan kita mulai bekerja?" tanya Raisya disela keheningan yang mereka ciptakan sendiri.

"Lusa sayang, kenapa kau terus bertanya tentang kapan bekerja? Ada siapa memang di kantor?" tanya Jimin kesal. Pasalnya di kantor mereka ada anak laki-laki magang yang baru berusia 21 tahun. Jimin sering melihat Raisya tengah mengobrol di dapur kantor.

"Ada siapa lagi memang? Mata oppa seperti terus mengikutiku. Aku hanya ingin memastikan apakah perusahaan baik-baik saja. Bukan aku menyepelekan kemampuan appa-nim, hanya saja jika kita tidak mengeceknya aku takut ada hal yang tidak disadari seperti waktu itu," ungkap Raisya.

Ia tidak mau perusahaan mengalami penggelapan uang lagi. Cukup mereka kehilangan satu kali saja dan tidak untuk kedua kalinya.

"Iya-iya sayang lusa kita berangkat ke kantor."

"Oh iya, kita jadi merayakan aniversary? Jika dihitung ini sangat mendadak karena kita hanya punya waktu satu minggu," ucap Raisya.

Jimin sampai terlupa masalah aniversary mereka ya Tuhan. Apa ini gara-gara honeymoon mereka yang terlalu menyenangkan? Maksudnya—Raisya membuat Jimin terus tenggelam hingga ia tidak bisa naik kepermukaan.

"Aku hampir lupa. Kalau begitu aku akan menyiapkan semuanya saja dari sekarang. Lagipula aku sudah tahu di mana tempatnya, jadi tinggal kita pesan saja."

Raisya menganggukkan kepalanya, ia tidak mengerti masalah seperti ini. Kepalanya terus berdenyut sakit dan Raisya tidak menyukai ini.

Jimin yang sekarang sibuk menelepon anak buahnya untuk mengurus hari aniversary sementara Raisya turun untuk mengambil selembar roti. Ia lapar meski tadi di pesawat sudah makan.

Setelah mengoleskan selai cokelat, Raisya mendudukkan dirinya di atas kursi dan melahap rotinya seorang diri karena Jimin yang masih sibuk menelepon orang-orangnya yang entah itu siapa.

Goo ahjuma menghampiri Raisya untuk bertanya apakah ada yang harus ia siapkan atau tidak. Namun Raisya menggeleng dan berkata jika ia sedang tidak ingin apa-apa.

"Raisya baik-baik saja?" tanya Goo yang diangguki Raisya. Ia hanya pusing biasa karena terlalu lama dalam perjalanan.

"Kalau butuh apa-apa panggil ahjuma, ya," ucap Goo sebelum akhirnya pergi ke belakang untuk membersihkan area rumah yang ditinggal selama satu bulan.

Raisya kembali ke atas kamar setelah rotinya habis dan merebahkan diri di ranjangnya. Menelusupkan tubuhnya pada selimut tebal hingga leher dan mencari ketenangan.

.

.

.

Hari ini mereka benar-benar menggelar pesta besar-besaran seperti yang Jimin rencanakan meski dengan waktu singkat. Baik Jimin maupun Raisya nampak tengah menyambut beberapa tamu yang hadir.

DREAMS ✴PJM✔Where stories live. Discover now