BAGIAN 10 - Arti Dari Menjadi 'Obat Nyamuk'

55 6 0
                                    

Sebenarnya ini hari apa? Mengapa rasanya Arion begitu beruntung? Dia harus menandai peristiwa itu di kalendernya. Bagaimana tidak, perjumpaannya dengan Andin saat makan siang tadi sungguh meninggalkan jejak yang sangat berkesan di hati. Dari pertemuan itu, dia jadi mengenal diri Andin lebih jauh. Ternyata gadis itu tak secanggung yang dia lihat. Tak sedingin yang dia bayangkan, juga tak banyak diam seperti dugaannya. Dari pertemuannya tadi, mereka mengobrol secara mengalir. Berbagai hal banyak dibicarakan oleh keduanya. Sebenarnya lebih banyak Arion yang bicara. Termasuk kehidupan Arion yang sebentar lagi akan menjadi pewaris Parviz Culinary dan kebimbangannya mengenai tanggung jawab besar itu.

Bisakah dia? Mampukah dia? Bagaimana jika ternyata kinerjanya tak sesuai dengan harapan orang-orang? Dia tak ingin mengecewakan keluarga yang berharap padanya. Dia juga tak ingin bila stereotype mengenai putra mahkota pewaris bisnis hanya sebagai hiasan di belakang nama saja. Bukan karena usaha serta kemampuannya. Semua pikiran-pikiran itu, tanpa beban Arion bagi dengan Andin. Arion saja tak percaya, bagaimana dia bisa selancar itu menceritakan isi hatinya pada Andin. Seperti sebuah insting kalau Andin tak akan memanfaatkan dirinya seperti gadis-gadis yang pernah singgah di kehidupan Arion. Dia begitu yakin kalau Andin pasti menyimpan dengan baik kisahnya itu.

Perempuan itu juga mendengarkan dan memperhatikan cerita Arion dengan saksama. Di luar dugaan Arion, Andin begitu sangat mengerti dan memahami bagaimana posisinya.

"Mas Arion harus yakin dan percaya. Pak Adinata mempersiapkan Mas Arion untuk menjadi penerus tentu bukan sembarang pilih. Beliau yang lebih tahu mana dari kedua putranya yang kompeten dan mampu mengurus perusahaan sebesar Parviz Culinary. Mungkin juga ini takdir dari Tuhan dan sudah digariskan di alam roh -menurut keyakinan kita- sebelum Mas Arion lahir. Bahwa, 'Arion Parviz, kamu aku tugaskan untuk lahir ke dunia menjadi anak Adinata Parviz dan mengemban tugas untuk meneruskan bisnis keluargamu.'" ucap Andin memberikan saran serta masukan. Dia pun mengubah nada suaranya lebih berat pada kalimat terakhir.

Hal tersebut bila diingat kembali, membuat Arion tersenyum gemas. Dia pun semakin memuja dan terpesona pada Andin. Semuanya benar-benar tak dia duga. Status keduanya semula hanya sebatas tetangga, berubah menjadi teman yang mungkin akan saling memberi dukungan juga semangat atau ke jenjang yang lebih serius? Senyuman Arion tak henti terulas sepanjang sore itu.

Hingga malam tiba, dia masih begitu semangat melayani para pelanggan. Tepat pukul tujuh malam, dua mobil parkir bersamaan di depan café, menurunkan masing-masing penumpangnya. Dari sedan Audi putih, terlihat sosok laki-laki. Sementara mobil satunya yang berwarna merah, keluar sosok perempuan. Keduanya sempat berkomunikasi sebelum menaiki undakan café dengan si laki-laki berjalan terlebih dahulu dan si perempuan mengikuti selangkah di belakang.

Arion dibuat menoleh saat suara Kamil berseru lantang menyambut kehadiran sepasang orang tersebut.

"Pak Kenan? Selamat datang!" Kamil menunduk hormat.

Mata Arion membelalak menyadari siapa yang datang mengunjunginya. "Bang Ken?" serunya.

Tentu saja karyawan di sana tahu siapa Kenan. Putra sulung Parviz yang sempat menggegerkan karena menolak untuk melanjutkan bisnis kerajaan kuliner keluarga demi meraih mimpinya sendiri untuk menjadi seorang arsitek. Bila dilihat dari tingkat ketenaran, Kenan memang jauh lebih dikenal oleh para karyawan daripada Arion. Mungkin karena setelah lulus SMA, Arion memilih sekolah dan tinggal di Kanada. Selain itu, wajah Kenan belakangan memang sering terlihat di artikel-artikel majalah bisnis perihal biro arsitekturnya, Parviz Artsy.

Dua barista yang juga berkutat dengan kegiatannya ikut menoleh dan langsung bersikap sempurna ketika menyadari siapa pelanggan café di malam itu.

Kenan hanya tersenyum dan melambaikan tangannya agar Kamil beserta lainnya tak berlebihan menyambut. Dia pun membuka pintu lebih lebar dan sosok perempuan di belakangnya, kini terlihat. Perempuan itu tersenyum cerah pada karyawan. Layaknya seorang aktris yang terkena lampu sorot, dengan sedikit efek angin menerpa rambut panjangnya, membuat para karyawan terpana.

A-KU & A-MUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang