BAGIAN 24 - Semua Harus Diluruskan

25 2 0
                                    

Terhitung sudah satu minggu sejak Bu Lidya mengumpulkan kedua anaknya untuk memberi solusi bagi masalah mereka. Terhitung sudah satu minggu pula Arion dan Kenan berbaikan. Mereka tak mau berlarut-larut menyimpan kekesalan, meski Arion rasa kakaknya memang belum bersikap seluwes sebelum insiden mabuk terjadi. Arion yakin, sang kakak juga banyak pikiran seperti dirinya. Sama-sama mengumpulkan keberanian untuk bicara empat mata dengan perempuan yang mereka cinta, di sela padatnya pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi.

Arion memutuskan kalau hari ini adalah hari yang tepat baginya untuk menemui Andin. Berulang kali dia sudah mencoba untuk mendekati Andin seperti yang mamanya sarankan. Tetapi tidak ada keberanian lebih untuknya melakukan itu. Namun sekarang, Arion sudah bertekad. Tidak baik bila hubungan mereka harus berlanjut seperti ini. Andin harus mendengarkan alasan darinya. Dengan keberanian yang sudah dia bendung selama beberapa hari, Arion pun turun menyusul Andin yang baru saja berjalan menuju kampus untuk beristirahat. Sekarang atau tidak sama sekali.

Setelah berhasil menyusul Andin dan hanya berjarak beberapa langkah saja, Arion mendapati gadis itu duduk di taman kampus. Seperti biasa, dia memilih duduk di salah satu kursi yang belum berpenghuni dan cukup berjarak dari kursi lainnya. Arion perhatikan, Andin tak langsung membuka tote bag untuk memakan bekal. Melainkan menatap kejauhan sambil terlamun. Gadis itu juga tampak menarik napas panjang berkali-kali, layaknya dengan bersikap begitu, beban berat di pundaknya bisa terlepas.

Arion menatap punggung Andin penuh kerinduan. Gadis yang dia cinta kini berada beberapa meter saja di depannya. Mungkin kalau dia tak punya sopan santun, dia pasti sudah berhambur ke sana dan menarik gadis itu ke dalam dekapannya. Mungkin kalau dia tak tahu diri, dia pasti sudah mengecup puncak kepala gadis itu dan mengatakan, kalau dia tak mau lagi diabaikan seperti ini. Dia benar-benar merindukan Andin. Dia sangat mendambakan senyuman terukir lagi di wajah gadis itu.

Setelah mengatur perasaan dan berusaha tetap berpikir jernih, Arion pun berjalan mendekat. Dia melangkah perlahan. Angin yang berembus membuat aroma jasmine yang sudah lama tak menyapa indera pembaunya, kini menyerang lagi. Refleks membuat seluruh sarafnya yang tegang, rileks seketika. Dan rasanya, gundukan yang berkutat dalam dada ingin segera meluruh.

Dia duduk di sebelah Andin tanpa permisi. Andin yang semula masih terlamun, begitu terkejut akan hadirnya sosok tegap Arion di sisinya. Dia terkesiap. Pandangan mereka pun bersirobok dan butuh beberapa detik bagi Andin untuk tak salah tingkah. Mata bulat dengan bulu mata pendek lentik itu terlihat bergetar dan berkaca-kaca lagi. Sangat menyiratkan banyak arti. Kekecewaan, terluka, dan... kerinduan. Betapa banyak hal yang ingin dia sampaikan juga pada Arion, meski tak bisa.

Sadar pada gelagat Andin yang bersiap untuk pergi setelah mengalihkan pandangan, Arion menahan pergelangan tangan gadis itu.

"Andin, please..." Arion berhenti sejenak. Memastikan kalau gadis itu mau mendengarkannya.

Andin memilih tak bergerak. Dia diam di tempat meski tak membalas tatapan lawan bicaranya. Suara-suara kesibukan mahasiswa di sekitar menjadi background bagi mereka.

"Maafin saya." Setelah beberapa detik diam, Arion bicara. Suaranya tercekat. "Saya udah nggak bersikap baik. Saya udah berbuat bodoh dengan datang ke rumah kamu dalam keadaan seperti itu. Saya nggak tahu harus gimana menghadapi kamu dan keluarga. Saya benar-benar nggak berniat membuat kamu malu. Tetapi..." Tangan kanan Arion memegang dada. "Di dalam sini begitu sesak, saat tahu kamu suka dengan Bang Kenan, membuat saya nggak bisa berpikir jernih." Arion menarik napas. "Dan jauh lebih sesak lagi ketika kamu memilih untuk menjauhi saya dan bersikap layaknya kita orang asing."

Andin masih tak mengeluarkan sepatah kata. Wajahnya sendiri mulai memerah menahan emosi serta tangisan.

"Saya nggak tahu harus gimana lagi untuk dapat maaf dari kamu. Tapi yang jelas, saya cinta kamu, Andin." Tanpa Arion rencanakan, dia pun mengakui perasaannya. "Saya sayang kamu. Setiap hari saya selalu mikirin kamu. Bagaimana cara untuk mendapatkan perhatian serta menarik hati kamu? Saya berusaha, saya berjuang. Di saat kamu mulai nyaman dan percaya dengan saya, semuanya justru saya hancurkan dengan tindakan bodoh seperti itu. Maafin saya." Arion menunduk semakin dalam. Tangan Andin semakin erat dia genggam di pangkuannya.

A-KU & A-MUWhere stories live. Discover now