BAGIAN 1 - Sambutan Hangat

191 12 2
                                    

Dari jauh, Arion bisa menangkap dengan jelas siluet dua orang yang sangat dikenalnya sedang menunggu di terminal kedatangan luar negeri sore itu. Satu adalah seorang pria dengan setelan celana bahan dan kemeja lengan pendek rapi. Satu lagi adalah wanita bergaun simpel warna biru bergambar bunga aster dengan rambut terurai sepanjang bawah bahu. Kacamata hitam bermerk tampak bertengger di atas kepala wanita itu. Tampilan keduanya terlihat sederhana, tapi tak bisa menyembunyikan kesan elegan dan mahal.

"Welcome home, Ar!" Sambut pria paruh baya tersebut tepat ketika jarak di antara mereka hanya tersisa beberapa langkah saja.

"Welcome home, Ar!" Sambut pria paruh baya tersebut tepat ketika jarak di antara mereka hanya tersisa beberapa langkah saja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pemuda berpenampilan santai itu tersenyum. Dia melebarkan lengannya dan menerima pelukan pria tadi. "Hai, Pa!"

Wanita paruh baya di sebelah si pria pun menyambut tak kalah semringah. Beliau menyusup di antara dua laki-laki itu. Dipeluk tak kalah erat oleh Arion lalu dikecup pula pipi kanan dan kirinya.

"Hai, Ma!" Mereka saling berangkulan beberapa saat.

Sadar ada seseorang yang tak datang bersama kedua orang tuanya, dia pun mengurai pelukan sembari menoleh ke segala penjuru. Siapa tahu sedang ke toilet atau menerima telepon di salah satu sudut bandara.

"Masih sibuk di kantor. Katanya sih, langsung nyusul ke restoran." Sahut mama Arion, Bu Lidya mengetahui gelagat putranya.

"Restoran?" Alis Arion bertaut. "Kita masih harus mampir ke restoran? Nggak langsung pulang aja, Ma?" Arion tampak keberatan. Hampir 24 jam di udara, benar-benar membuatnya merindukan tempat tidur. Jangan lagi ditambah acara mampir dulu ke sembarang tempat apalagi restoran. "Aku udah mabok awan, mabok langit, mabok pramugari. Masih bau ketek juga, nih." Dia membuka ketiaknya yang langsung dikibas sang mama.

"Bentar aja. Udah terlanjur disiapin. Mubazir kalau nggak ada yang makan." Sahut Bu Lidya lagi membuat mata Arion berputar malas.

"Mama bungkusin aja buat karyawan." Sahutnya acuh tak acuh.

"Arion..." Bu Lidya mengeluarkan nada peringatan andalannya lengkap dengan mata menatap tajam.

Bila sang mama sudah menyebutkan restoran sebagai tujuan berikut, maka tak perlu diragukan lagi keributan apa yang akan terjadi setelah itu. Keluarga besar akan menyambutnya lengkap dengan jamuan yang berlebihan. Bukan karena Arion tidak rindu, tapi dia lelah bukan main. Dia juga khawatir bila rasa letihnya itu dapat mengurangi tingkat keramahan ketika ditanya macam-macam mengenai kabar dirinya yang sudah tak pulang hampir tiga tahun lamanya. Belum lagi tema obrolan mengenai pasangan. Dia sudah tak sanggup menjawab pertanyaan para keluarga perihal tersebut.

Bu Lidya menggeleng tegas. "Kali ini cuma kita. Nggak ada keluarga yang ikut." Lanjut sang mama seperti tahu apa yang Arion pikirkan.

"Apa iya?" Arion sanksi. Dia paham betul kebiasaan sang mama. Tak mungkin hanya keluarga inti saja. "Tahu gini, mending nggak usah ngabarin kapan pulang." Gerutunya.

A-KU & A-MUWhere stories live. Discover now