...✶Chapter 31✶...

Start from the beginning
                                    

"Lo gak mau kan liat teman sekelas lo menderita? Jadi...biarkan gue mati" lanjut Prilly dengan derai air mata ia melayangkan tubuhny dengan menghadap ke arah Diray dan tersenyum

Diray terhenyak dan berlari hendak meraih tangannya.Namun terlambat, Prilly sudah melayang Diray menyaksikan wajah itu yang masih tersenyum, tiba tiba cahaya hijau menggulung tubuh Prilly, Diray melihat ke bawah itu berasal dari kedua mata Arsha

Arsha mengepalkan kedua telapak tangannya dan menatap tajam tubuh Prilly yang ia liliti dengan kekuatannya, telinga kucing nya melambai lambai di terpa angin yang agak kencang

perlahan cahaya nya memudar membuat Arsha panik dan terus berkonsentrasi menatap tubuh Prilly yang melayang, Tapi cahaya itu meredup dan akhirnya hilang Arsha terjatuh berlutut dan muntah darah membuat orang-orang kaget

Tubuh Prilly terjatuh dengan punggung menghantam mobil, bersamaan dengan teriakan para siswa dan siswi, mobil itu pun menimbulkan suara sirine nya, tubuh Prilly bersimbah darah dari kepala sampai punggungnya

Prilly masih sadar dan bisa merasakan sakit ,dadanya menyembul menimbulkan batuk dan mengeluarkan darah segar di detik nafas nya ia tersenyum menatap langit yang berawan

Diray yang baru turun menyaksikannya, pemandangan yang memilukan pagi ini di SMA Kratina, Evan segera menelphoe ambulance, guru-guru yang baru datang mengerumuni Prilly

Tak lama Ambulance datang, beberapa staf mengambil brankar dan perlahan mengangkat tubuh Prilly, Evan, Diray dan Arsha pun ikut masuk bersama pak Rustan sebagai wali kelas

Seluruh Siswa pun perlahan meninggalkan parkiran meski masih tampak syok karena baru tahun ini ada siswi yang berani bunuh diri di SMA ini, Kini hari ini kasus ini menjadi sejarah bagi SMA Kratina.

✦✦✦

Ruang IGD

Diray dan Evan serta Pak Rustan menunggu cemas di luar, kemudian Rayen, Tina, dan Ghea datang bergabung bersama keduanya

"Bagaimana mereka?" tanya Tina cemas.

"Belum ada kabar" jawab Evan, ia mencemaskan Arsha yang juga di tangani karena kondisinya lemah

"Semuanya salah gue kan?" tanya Ghea tanpa ekspresi ia bersandar di tembok dan tak menoleh sedikit pun

"Berhenti menyalahkan diri sendiri" jawab Diray, tak lama seorang dokter keluar

Membuat semuanya menoleh, "Bagaimana murid saya?" tanya Pak Rustan  menatap dokter itu.

"Untuk pasien yang bernama Prilly, Kondisinya masih kritis ia banyak mengeluarkan darah, dan untuk pasien bernama Arsha, dia sudah pulih" jawab dokter itu lalu segera masuk dan memberi instruksi pada suster semua untuk memindahkan kedua pasien ke kamar Rawat

Mereka mengikuti Dokter memasuki kamar Rawat setelah semuanya di tata oleh suster mereka masuk dan menatap kedua nya

Arsha perlahan membuka matanya, hal yang pertama ia lakukan adalah meraba kepalanya dan ia menghela nafas lega karena telinga kucing nya telah hilang ia pun bangun dan terduduk di bantu Tina

"Apa lo baik-baik aja?" tanya Tina menatapnya Arsha mengangguk dan beralih pada brankar sebelahnya disana Prilly masih terbaring lemah

"Maaf...aku tak bisa menyelamatkannya" seru Arsha tertunduk.

"Tidak apa-apa, jangan menyalahkan diri sendiri" kata Diray.

The Cat Girl ✶Completed✶Where stories live. Discover now