...✶Chapter 30✶...

Start from the beginning
                                    

Prilly bersandar di tembok koridor dan ia melihat dari jendela gadis kecil kira kira berumur 9 tahun itu terbaring lemah di atas brankar dengan selang di beberapa tubuhnya ibunya selalu setia di samping nya

"Ngapain lo disini?" tanya seseorang membuatnya terkejut Prilly menoleh dan mendapati Ghea berdiri di hadapannya Prilly mengeluarkan amplop cokelat dan menyodorkannya

"Apaan? Lo mau pamer uang lo lagi?" tanya Ghea dan tertawa hambar Prilly meraih tangannya dan meletakkan amplop itu ke tangannya

"Bawa uang lo sana, gue gak butuh" seru Ghea memberikannya kembali.

"Adik lo membutuhkannya" kata Prilly meneteskan air mata.

"Kenapa lo peduli dengan adik gue?" tanya nya dingin.

"Karna dia adik lo, gue selalu curhat sama lo kalau gue kesepian sendirian di rumah dan berharap mempunyai adik, gue gak tau kalau lo punya adik" jawab Prilly cepat dengan terisak

"Terus? Kenapa lo nangis? Lo ngasihani gue?" tanya Ghea memalingkan wajah.

"Jangan menjauh dari gue lagi, sulit rasanya menghadapi semuanya sendirian" jawab Prilly membuat Ghea menoleh

"Gue...,lo bener gue gak bisa tanpa lo, kita butuh seseorang untuk menceritakkan semua rasa sakit itu" lanjut Prilly menundukkan kepalanya.

"Maafin nyokap gue, karena selalu menyalahkan lo sekarang dia gak akan nyalahin lo lagi" ucap Prilly tersedu sedu, Ghea tampak berkaca kaca kaca dan menariknya kedalam dekapannya keduanya saling menangis Prilly memecahkan tangisnya sedangkan Ghea ia menangis tanpa suara

"Jangan paksakan diri lo untuk menari lagi" ucap Ghea mengelus punggung nya membuat tangis Prilly semakin menjadi

"Anak cengeng" lanjut Ghea perlahan senyum nya terukir, setelah merasa tenang keduanya melepaskan pelukannya

"Diray dan yang lainnya juga membantu bukan cuma punya gue aja" kata Prilly menjelaskan.

"Terimakasih" seru Ghea tulu, Prilly mengangguk

"Operasilah sekarang juga, gue harus ke kedai nya Diray untuk membantu bersama yang lain" kata Prilly dan di angguki Ghea lalu ia pamit meninggalkan Ghea yang masih menghapus sisa air matanya.

✦✦✦

Suasana di kedai Diray sungguh ramai membuat Diray dan teman teman nya sibuk melayani pelanggan, itu semua karena Rayen yang menyumbangkan semua hasil penjualan Ramyeon, dan hal itu membuat Diray kesal dan rasanya ingin menelan nya hidu p hidup dan sekarang Diray bermaksud balas dendam dengan banyak menyurush Rayen di bandingkan teman temannya yang lain

Rayen hanya mendengus kesal setiap kali Diray menyuruh nya ini itu belum juga selesai cuci piring ia sudah di suruh bersih bersih, hal itu mengundang tawa dan buly-an dari teman temannya yang lain

"Sudah lah kasihan dia" tegur Arsha pada Diray yang sedang menyuruh nyuruh Rayen

"Biarkan saja, biar dia tau rasa. Woy itu belum bersih jangan pergi dulu" kata Diray membuat Rayen mengelap meja dengan tenaga penuh menimbulkan bunyi pada meja

"Hahaha rasain lo Ray" seru Evan tertawa puas.

"Diem lo gue sumpal mulut lo" sahut Rayen sebal mereka itu terlalu berlebihan baginya

Setelah pelanggan agak lengang mereka pun akhirnya bisa istirahat melepas kan lelah, Prilly dan Tina baru saja keluar dari dapur karena tadi membantu Bu Maya memasak, ketika mereka sedang asyik beristirahat Ghea datang dengan membawa beberapa paper bag di kanton plastik dan di letakkan nya di meja tengah tengah mereka

"Apaan nih?" tanya Vino menatap kantong plastik itu.

"Operasi nya berjalan lancar" seru Ghea datar.

"Terimakasih buat kalian yang udah bantu keluarga gue, oh ya apa yang harus gue bantu?" tanya Ghea membuat semuanya terdiam.

"Lo nyuci piring di dapur" jawab Diray.

"Apa sekarang profesi lo sebagai pesuruh?" tanya Ghea dan berlalu membuat semuanya tertawa

"Bagaimana dia tau gue tadi nyuruh-nyuruh?" tanya Diray terkekeh.

"Dia gak bisa hidup berhutang" seru Prilly menatap punggung Ghea yang menghilang di belokan

"Udah lah gak usah di bahas serbu guys" seru Vino semangat membuat mereka juga segera menyerbu makanan yang di bawakan Ghea tadi, semuanya tampak bersenang senang Ghea pun senang mereka menikmatinya dengan lahap dan menghabiskannya.

"Ray, gue cabut dulu yah dah malam" kata Vino dan berdiri dari duduknya

"Gue juga deh, Ayo sha nanti di omelin" seru Evan dan di ikuti Arsha berdiri

"Yaudah hati hati kalian di jalan yah" kata Diray dan mengantarkan mereka sampai ke ambang pintu

"Aaah lelah nya..."seru Rayen duduk di kursi dengan melemaskan segala ototnya jadi terlihat seperti baju yang di letakkan begitu saja

"Lebay lo" cibir Diray dan berlalu membuat Rayen melotot dan mengejarnya lalu meninju tengkuknya

"Ini semua gara gara lo ya" seru Rayen.

"Itu karena lo menghabiskan uang" sahut Diray dan dengan cepat memasuki kamarnya

"Bukain pintunya! Gue mau istirahat juga" seru Rayen menggedor pintunya

"Istirahat di sofa sana"

"Lo gila ya"

"Gak, gue waras"

"Hish! Kamprett!."

♡✴✴♡

The Cat Girl ✶Completed✶Where stories live. Discover now