21. you'll never know love or friendship

Start from the beginning
                                    

Bellatrix melotot, "Kau berani menyebut namanya? Kau darah kotor!" pekiknya.

"Tenang, dia hanya ingin tahu, kan?" Lucius menenangkan Bellatrix. "Ramalan hanya bisa diambil oleh kepada siapa itu dibuat. Yang mana untungnya itu milikmu." Jelas Lucius, mejawab pertanyaan Harry.

Sementara Harry berdiskusi dengan Lucius—dan dipelototi Bellatrix, Hermione, Ron, Jean, Neville, Luna, dan Ginny mulai waspada karena dari berbagai arah, muncul satu-persatu orang berjubah hitam dan bertopeng.

"Aku tak berharap bertemu Death Eaters sekarang." gumam Ron. Jean yang mendengarnya sedikit terkejut. Jadi mereka adalah Death Eaters? Pelayan setia Voldemort? Dan Lucius Malfoy? Salah satu dari mereka? Draco..?

Berbagai pertanyaan muncul di kepala Jean, namun gadis itu memilih mendorong pertanyaan-pertanyaan itu kebagian paling belakang otaknya dan selalu bersikap siaga.

"Bukankah kau selalu berpikir mengapa ada hubungan antara kau dan the Dark Lord? Mengapa dia tak bisa membunuhmu ketika kau masih bayi? Tidakkah kau ingin tahu rahasia dari lukamu?" Lucius berjalan mendekat kearah Harry, begitupula Bellatrix dibelakangnya.

"Semua jawabannya ada di tanganmu, Potter." Lucius menunjuk ke bola ramalan yang dipegang Harry. "Yang harus kau lakukan hanya memberikannya padaku. Maka aku akan menunjukkanmu semuanya."

"Aku telah menunggu selama 14 tahun." Kata Harry.

"Aku tahu.." sahut Lucius lembut.

Harry menatap matanya, "Kurasa aku bisa menunggu lebih lama. Sekarang!" dia berteriak.

"Stupefy!" semuanya merapal mantra bersamaan agar para Death Eater menjauh. Mereka berlari, berusaha menemukan jalan keluar. Namun para Death Eater kembali. Mereka selalu ada dimanapun dengan kemampuan mereka bertransformasi menjadi asap, mempercepat gerakan mereka.

"Levicorpus!"

"Petrificus Totalus!"

"Stupefy!"

"Stupefy!"

Berbagai mantra diucapkan namun sulit sekali menghindar dari Death Eaters. Tentu, mereka lebih senior dibanding Harry dan teman-temannya. Mereka berhenti di sebuah perempatan, sebuah asap mulai terlihat dan Ginny langsung merapalkan mantra sebelum asap itu bertransformasi menjadi manusia.

"Reducto!"

Terjadi sebuah ledakan biru yang cukup besar. Mereka sempat diam sebentar, terperangah. Sebelum akhirnya sadar tempat itu mulai runtuh. "Kembali ke pintu!" teriak Harry lalu mengajak teman-temannya berlari.

Mereka berhasil mencapai pintu sebelum reruntuhan menimpa tubuh mereka, namun begitu keluar, tubuh mereka langsung jatuh karena tak ada lantai setelah pintu.

Mereka semua mencoba bangun, dan berjalan. Harry menatap ke sebuah objek. Sebuah gerbang satu pintu yang aneh.

"Suara itu, kalian mendengarnya?" tanya Harry kepada teman-temannya.

"Harry, itu hanya gerbang kosong." Ucap Hermione. "Harry ayo pergi dari sini." Bujuk Ron. "Ya, tempat ini semakin gelap." Jean memeluk dirinya sendiri.

"Aku juga mendengarnya." Ucap Luna kemudian.

"Berlindung di belakangku!" teriak Harry ketika merasakan Death Eaters kembali menemukan mereka. Semuanya mengacungkan tongkat, waspada.

Asap-asap mulai berdatangan, terlalu banyak dan lebat hingga mereka kewalahan. Harry terjatuh, masih menggenggam erat bola ramalannya. Ketika matanya terbuka, dia melihat seluruh temannya telah ditawan oleh Death Eaters.

OBLIVIATE - Draco MalfoyWhere stories live. Discover now