1. at least you didn't watch the quidditch world cup

21.2K 1.5K 91
                                    

Jeanette Josephine McLouis kembali untuk tahun keempatnya di sekolah sihir Hogwarts. Perempuan yang akrab disapa Jean itu kini sedang duduk dengan membaca buku pemberian Hermione yang belum sempat ia habiskan selama liburan berlangsung.

Suara gaduh diluar kompartemen keretanya membuat Jean menutup bukunya dengan kesal sebelum beranjak membuka pintu dan melihat apa yang terjadi.

"Itu bukan urusanmu, Granger! Kami hanya lewat dan itu bukanlah kerugian yang besar untuk gerbong Gryffindor." Pemuda berambut pirang platina berkata dengan ketus. Dihadapannya, berdiri garang perempuan berambut cokelat ikal yang menatapnya penuh emosi.

"Kau bisa melakukannya dengan cepat dan tidak mengganggu kami, Malfoy! Kenapa tidak kau lakukan itu, huh?" tanya perempuan itu.

"Oh, kau pasti belum membayar sehingga pintu gerbong Slytherin tak bisa dibuka, ya? Kukira Slytherin berisi orang-orang kaya.." ejek laki-laki berambut kemerahan, Ron Weasley.

"Diam, Weaslebee miskin!" balas pemuda Slytherin itu.

Jean tetap menjadi penonton dengan setengah badannya melongok dari dalam kompartemen kereta yang sedari tadi ditempatinya. Tanpa mau ikut campur. Baginya, tak ada gunanya beradu debat dengan Draco Malfoy, si pirang platina itu.

"Kau tak mau ikut memarahi Malfoy?" pemuda berkacamata bulat tiba-tiba sudah berada disamping Jean, hendak masuk ke kompartemen namun badan Jean menutupi jalannya. "Oh," perempuan berambut cokelat gelap itu mundur selangkah agar Harry bisa lewat.

"Bagaimana kau bisa disampingku?" tanya Jean memperhatikan Harry yang menata kopernya diatas.

"Ya, kurasa kau tahu bahwa jalan tidak hanya satu yang dibuat berdiskusi oleh mereka." Harry mengendikkan bahu dan Jean tertawa kecil. Keduanya pun memilih duduk, menunggu Ron dan Hermione menyelesaikan masalah mereka dengan Draco Malfoy.

"Bagaimana liburanmu, Jean?" tanya Harry.

"Ya, begitulah. Liburan layaknya para muggles." Jean tersenyum. Dia tak perlu repot-repot menjelaskan bagaimana liburan ala muggle kepada Harry karena laki-laki itu tinggal di dunia muggle sebelumnya. Akan berbeda jika dia berkata pada Ron yang tak pernah mengetahui apa-apa yang dilakukan muggle selain dari cerita teman-temannya.

Jean dan Hermione tidak memiliki darah penyihir, mereka berasal dari dunia muggle (dunia manusia yang bukan penyihir), itu sebabnya Draco Malfoy sangat membenci mereka karena keluarganya menjunjung tinggi kemurnian darah untuk penyihir.

"Setidaknya kau tidak menonton Quidditch World Cup." Harry membalas.

Jean membelalakkan matanya, "Kau bercanda? Aku sangat menyesal tidak bisa ikut kalian menonton Quidditch World Cup!" gadis itu berteriak tidak terima, mengira Harry mengejeknya karena diantara mereka berempat, hanya Jean yang tak melihat Quidditch World Cup.

"Aku senang kau tak ikut kami saat itu, Jean. Aku serius, dan tidak bermaksud mengejek liburanmu." Kata Harry menjelaskan. Sedangkan gadis didepannya menatap pemuda berambut cokelat itu heran.

"Dia sangat menyebalkan! Kesombongannya semakin menjadi setiap tahun berganti." Hermione Granger masuk dalam kompartemen dengan emosi.

"Ya, kau benar. Memangnya di dunia ini hanya keluarganya saja yang kaya raya?" Ron ikutan mendumel. "Kenapa pula kau melarikan diri, Harry? Kenapa tidak bantu kami menghujat Malfoy?" tanya Ron kesal.

"Simmer down." Harry berkata tenang. Akhirnya Ron dan Hermione duduk, meskipun masih dengan wajah masam akibat adu mulut dengan pewaris tunggal Malfoy itu.

"Tenangkan diri kalian, oke? Dia memang bodoh dan tak sepatutnya kalian menggubris Malfoy." Kata Harry lagi.

Jean menyenggol kaki Harry dengan lututnya, "Ayo lanjutkan ceritamu." Pintanya mendesak.

"Well, yeah. Awalnya memang menyenangkan, penuh euforia, banyak suporter fanatik dari setiap negara, dan seperti itu. Kami tidur di tenda berwarna putih tulang yang tampak biasa saja dari luar, namun—"

"Langsung ke bagian tidak enaknya saja, Harry." Jean mendengus kesal. "Maaf, aku sengaja." Harry tertawa.

"Apa yang kalian bicarakan?" Hermione bertanya. "Liburan menyenangkan kalian, tentunya." Jawab Jean sarkastik.

"Sampai tiba-tiba, malam itu, semuanya terbakar, gelap, hanya ada cahaya api. Orang-orang berlarian dan terjadi penyerangan." Ucap Harry serius.

"Penyerangan? Gelap?" tanya Jean ngeri. Ya, gadis itu memang tidak bisa mentolerir apapun yang gelap. Dia phobia gelap. Jika Jean berada di ruangan gelap tanpa cahaya, dia akan gemetar sebelum akhirnya pingsan.

"Ya.. beberapa orang menggunakan topeng dan jubah berwarna hitam yang besar. Aku melihat mereka dengan mata kepalaku sendiri—"

"Death Eaters.." Potong Ron dengan nada seram.

Jean menautkan kedua alisnya, "Dead what?"

"Death Eaters, Jean. Sebutan untuk pengikut setia kau-tahu-siapa." Jelas Hermione sambil memukul Ron yang masih bersikap sok menyeramkan. "Berhentilah, Ron! Kau terlihat menjijikkan!" cerca gadis itu kemudian.

"Untuk apa mereka disana?" tanya Jean.

Hermione menggindikkan bahu, "Entah. Tapi tiga perempat populasi penyihir berada di Quidditch World Cup kemarin, jadi kurasa mereka memiliki sasaran yang tepat."

"Salah satu dari mereka melemparkan mantra ke langit dan sebuah ular raksasa berwarna hijau muncul. Secara teknis itu bukan ular, seperti asap hijau.. sedikit mirip aurora di kutub utara—"

"Apa itu kutub utara?" tanya Ron menyela. "Sebuah tempat yang sangat jauh. Tak usah berharap pergi kesana." Jawab Hermione cepat agar Harry bisa melanjutkan.

"Ular itu berbicara padaku, seperti memanggilku. Namun aku tak menggubrisnya karena tiba-tiba kepalaku terasa sakit sekali," lanjut Harry.

"Itu disebut Dark Mark, biasanya berbentuk tengkorak. Namun yang kemarin disertai ular. Aku curiga jika mereka mencari Harry." Ucap Hermione.

"Aku tak pernah mendengar tentang Death Eaters ini sebelumnya," Jean bergumam.

"Anything from the trolley?" suara itu mulai terdengar. Ketika perempuan tua dengan beraneka barang di troli yang didorongnya itu terlihat, Ron dan Harry segera bangkit untuk membeli sesuatu.

"Bukan salahmu, tapi entahlah, kita tidak datang dari dunia sihir sejak kecil." Hermione tersenyum.

Jean mengerutkan dahi, "Lalu bagaimana kau bisa tahu?" tanyanya tidak terima.

"Membaca," jawab gadis Granger itu tenang.

"Tentu saja." Jean memutar bola matanya.

__________

halo, ini fanfic draco pertama aku. i know it looks boring at the first few chapter but please give me a chance :(

i hope you like it:)

OBLIVIATE - Draco MalfoyWhere stories live. Discover now