11. when all of this over, i wanna go with you

6.2K 1K 220
                                    

Setelah berjalan-jalan bersama sahabatnya dan Hagrid di hutan, Jean menghabiskan waktu senggangnya, hendak berjalan ke perpustakaan bersama Ron. Ya, kalian tidak salah baca. Laki-laki itu tentu jelas lebih memilih ke perpustakaan bersama Jean dibanding mengekor Hermione yang tiba-tiba dihampiri oleh Viktor tadi.

Sementara Harry, entahlah. Semenjak berjalan di hutan, dia memisahkan diri dari Jean, Hermione, Ron, dan Hagrid. Dia terlihat memikirkan sesuatu. Apalagi selepasnya, Harry bilang dia akan ke ruangan Professor Dumbledore, sendirian.

"Kau merasakan gelagat aneh Harry?" tanya Jean pada Ron pelan ketika mereka sudah menemukan buku masing-masing dan duduk di kursi-kursi yang tersedia.

"Seperti apa?" tanya Ron bingung. "Setidaknya dia tidak seperti Hermione yang meninggalkan kita demi pacarnya." Ketus laki-laki itu kemudian.

"Entahlah, dia seperti menyembunyikan sesuatu atau apa? Dia bahkan berjalan lebih dari dua meter dengan kita saat di hutan tadi." Jean menghela napas.

Ron mengernyit, "Wow, kau sangat spesifik. Apa kau begitu kurang pekerjaan hingga menghitung jarak Harry dari kita saat berjalan?"

Jean mendengus lalu memukul kepala Ron dengan bukunya. "Aku serius, bodoh. Lalu dia terlihat buru-buru menuju ruang Dumbledore tadi. Astaga, apa hanya aku yang menyadari?"

"Santailah, Jean. Dia akan menceritakan masalahnya cepat atau lambat. Mungkin dia hanya sedang berpikir bagaimana merangkai kata-kata untuk diucapkan kepada kita." Ucap Ron tenang. Dia menyandarkan punggungnya di kursi.

Jean menarik napas panjang. Ron benar. Mungkin dia hanya terlalu kepikiran dengan segala hal. Gadis itu kemudian kembali melanjutkan bacaannya.

"Apparate? Kenapa kau membaca buku yang baru akan kita pelajari di tahun keenam?" tiba-tiba Ron bersuara lagi setelah beberapa menit mereka dalam hening, setelah membaca bab yang Jean baca.

"Apa salahnya?"

"Kau ingin menyamai Hermione?" tanya Ron curiga. "Bahkan kita baru diizinkan melakukan Apparate saat kita berusia tujuh belas tahun. Kau tahu artinya itu? Tiga tahun dari sekarang, jika kau tak bisa menghitung." Ucap laki-laki berambut kemerahan itu panjang.

Jean memutar bola matanya, "Aku hanya ingin tahu, oke? Berhenti melebih-lebihkan tentang Apparate, Ron."

Ron mengendikkan bahu, terlihat tidak peduli. Awalnya. Namun dia mendekatkan diri kepada Jean. Berbisik, "Aku tahu kau menyembunyikan sesuatu, cepat ceritakan atau akan kubakar esai Herbologi-mu."

Gadis itu melotot hebat. "Kau gila." Komentarnya ketus. "Apa kau bahkan sudah mengerjakan esai-mu?"

Laki-laki itu tersenyum santai, "Mengerjakan tugas tidak tertera dalam jadwalku." Katanya tenang. "Sekarang, kau berhutang cerita padaku. Tidak mungkin secara tiba-tiba kau ingin tahu mengenai Apparate."

"Kau mengenalku dengan sangat baik, Weasley." Jean memutar bola mata birunya. "Okay.. jadi Cedric berjanji akan mengajakku ke dunia muggle dengan menggunakan Apparate setelah Turnamen Triwizard berakhir." Ujarnya.

Seperti biasa, Ronald Weasley selalu bertingkah berlebihan. Dia sampai menggebrak meja dengan mata melotot dan bibir terbuka. "Kau serius?!" tanyanya heboh.

Seluruh pengunjung perpustakaan langsung menoleh kearahnya dengan tatapan sinis, meminta laki-laki itu untuk diam.

"Kau serius?" tanyanya, kini jauh lebih pelan. "Astaga, aku benar-benar tidak sabar menanti undangan pernikahan kalian!" ucapnya, masih heboh, walaupun dalam skala pelan. Jean kembali mengingat Cedric. Dia tidak bisa menahan senyumannya.

Tanpa mereka tahu, semenjak tadi, seseorang mendengar percakapan mereka dari balik rak buku yang menjulang tinggi sehingga baik Ron maupun Jean tidak menyadari keberadaannya. Seorang laki-laki dengan jubah Slytherin dan rambut pirang platina.

*****

Keesokan sorenya, Jean berjalan di koridor hendak menuju ruang rekreasi Gryffindor. Langkahnya tertahan ketika tiba-tiba Cedric muncul di hadapannya saat gadis itu melalui pertigaan. Jean terkejut setengah mati karena suasana memang sedang sepi dan laki-laki itu muncul bagai hantu.

"Astaga, kau mengagetkanku." Ucap Jean setelah memejamkan mata. Cedric tertawa.

"Mau menemaniku berjalan-jalan?" Tanya laki-laki itu, dengan raut wajah yang membuat Jean sulit menolak. Gadis itu tentu mengangguk, karena lagipula, dia tak memiliki acara apapun sore ini hingga waktu makan malam nanti.

Mereka berdua berjalan santai menuju Danau Hitam dengan melemparkan candaan satu sama lain. Jean baru tahu Cedric bisa sangat usil jika dia mau. Laki-laki itu selalu mengganggunya selama mereka berjalan.

"Cedric hentikan!" peringat Jean ketika lelaki Hufflepuff itu menurunkan butiran salju kecil di rambutnya menggunakan tongkat sihirnya.

Mereka akhirnya duduk di pinggiran Danau Hitam. Bersandar pada sebuah pohon sambil menatap matahari. Dari samping, Cedric memperhatikan Jean dengan wajahnya yang tenang. Begitu menikmati sinar senja menerpa wajah cantiknya. Cedric memperhatikan bagaimana rambut cokelat terang gadis itu yang terlihat begitu halus, mata birunya yang selalu memancarkan cahaya tersendiri setiap kali Cedric menatapnya, hidung mancungnya yang terbentuk sempurna, dan bibir merahnya yang selalu membawa senyum gugup khas Jeanette.

"Kau tahu," laki-laki itu bersuara. Jean menoleh kearahnya. "Ketika semua ini berakhir, aku ingin pergi denganmu." Ucap Cedric.

Jean diam, membiarkan Cedric melanjutkan. "Aku selalu ingin pergi ke tempat dimana rasa ingin tahuku muncul sejak kecil. Aku selalu ingin ke dunia muggle. Melihat bagaimana perkembangan mereka, apa bedanya mereka dengan kita, bagaimana kota-kota mereka, semuanya."

"Aku tak pernah menemukan muggleborn yang tepat untuk menemaniku pergi ke dunia mereka. Hingga aku bertemu denganmu.. aku merasa, aku merasa tidak hanya ingin melihat dunia lain denganmu." Ujar Cedric. "Aku ingin menghabiskan seluruh waktu hidupku denganmu."

Jean menahan napas. Dia tidak mengekspektasikan ini. "Kita masih sangat muda, Ced. Perjalanan kita masih sangat jauh.."

Cedric tersenyum, "Aku tahu." Katanya. "Aku hanya menyampaikan apa yang ingin kuucapkan sebelum terlambat."

"Kuharap aku bertemu denganmu lebih awal." Perempuan Gryffindor itu tersenyum. Tidak begitu mengerti kenapa hatinya terasa sedikit mengganjal ketika Cedric mengatakan hal yang mungkin ingin di dengar hamper sebagian perempuan di Hogwarts. Ya, dia senang. Tentu saja. Tapi ada sedikit bagian dirinya yang merasa menyesal, entah apa yang disesali.

"Besok adalah tantangan terakhir." Cedric mengalihkan pembicaraan. Merasa topiknya tadi terlalu berat.

Jean mengangguk. "Aku berharap kau bisa melaluinya."

"Awalnya, aku memasukkan namaku kedalam Goblet of Fire, aku ingin memenangkan turnamen ini. Tapi semenjak Second Task kemarin, pemikiranku berubah." Ucap Cedric sambil memandang ke depan.

"Apa itu?"

"Aku hanya ingin selamat. Aku ingin aku dan orang yang kusayangi selamat. Aku tak pernah menyangka jika dengan mengikuti turnamen ini akan membahayakan nyawamu, Jean. Coba bayangkan jika hari itu aku tak berhasil menemukanmu dalam satu jam sekaligus menyelamatkanmu juga. Kau akan mati di Danau Hitam, dan aku tak akan pernah bisa menerima itu."

OBLIVIATE - Draco MalfoyWhere stories live. Discover now