21. you'll never know love or friendship

5K 872 103
                                    

Dengan menggunakan Thestral, mereka semua terbang ke London, menuju ke Kementerian Sihir. Begitu lift berhenti di Departemen Misteri, Jean langsung mundur selangkah, memegangi lengan Neville yang berdiri di sebelahnya dengan kaget.

"Kau tidak apa-apa, Jean?" tanya Neville kahwatir atas pergerakan Jean yang tiba-tiba.

Jean menarik napas panjang, "Ya, hanya saja aku tak mengira akan segelap ini." Dia menggumam.

"Itu pintunya." Ucap Harry mengingat beberapa pengelihatan yang ia dapat selama ini. Mereka berjalan kearah pintu tersebut.

"Kau tahu, Jean, di dalam bisa saja jauh lebih gelap dari sekarang." kata Ron menakut-nakuti sebelum mereka masuk ke pintu tersebut.

Jean yang sudah dirambati kegelisahan jelas percaya saja dengan ucapan Ron. "Benarkah? Bagaimana jika aku pingsan?" tanyanya khawatir.

"Bagus. Kita bisa meninggalkanmu disini." Jawab Ron asal. Hermione memukulnya sebelum mereka benar-benar masuk kedalam pintu tersebut.

Ternyata benar. Ruangan tersebut begitu gelap, dan besar, dan berlorong-lorong. Semakin menambah kesan menakutkan. Semuanya mengucapkan mantra "Lumos." Dan setitik cahaya muncul di ujung tongkat masing-masing.

"Astaga, apa mereka begitu miskin hingga membeli lampu saja tidak bisa?" Jean menggerutu. "Lebih baik kau pingsan saja, akan sama gelapnya dengan menutup matamu." Sahut Ron.

Harry berjalan cepat kedepan, menelusuri nomor rak yang ada di pengelihatannya. Namun rak itu tidak ada. "Seharusnya berada disini." Kata Harry berdiri di sebelah rak nomor 94.

"Harry, ada namamu disini." Suara Neville terdengar. Kepalanya mendongak keatas melihat bola ramalan yang lebih bersinar dari lainnya. Harry mengambilnya, kemudian bola ramalan itu bersuara.

"The one with the power to vanquish the Dark Lord approaches. And the Dark Lord shall mark him as his equal, but he shall have power the Dark Lord knows not. For neither can live, while the other survives."

"Harry." Panggil Hermione lalu menunjuk ke suatu arah. Seseorang berdiri beberapa meter dari mereka. Harry segera berdiri di depan teman-temannya. Orang itu berjalan, mendekat kearah mereka.

"Dimana Sirius?" tanya Harry berani.

"Kau tahu, kau harus belajar membedakan antara mimpi.." orang itu mengambil tongkat dari jubahnya. "..dan kenyataan." Sambungnya lalu melepas topengnya.

Semuanya terkesiap begitu mengetahui siapa dibalik topeng tersebut. Lucius Malfoy.

"Kau hanya melihat apa yang Dark Lord ingin perlihatkan padamu. Sekarang berikan ramalannya padaku." Lucius mngulurkan sebelah tangannya.

"Kalau kau melakukan sesuatu kepada kami, aku akan menghancurkannya." Ancam Harry, dia bersungguh-sungguh. Lagipula dia sudah mendengar ramalannya.

Suara tawa jahat menggema dari balik tubuh Lucius, "Dia tahu cara bermain." Tubuh dari si pemilik tawa itu mulai terlihat. Seorang perempuan berambut hitam keriting acak-acakan dengan baju hitam dan lipstik merah gelap. "Bocah kecil. Potter." Katanya dengan nada meremehkan.

"Bellatrix Lestrange." Ucap Neville, mengenali perempuan itu.

Bellatrix tersenyum, "Neville Longbottom, kan? Bagaimana ayah dan ibumu?" tanyanya sinis.

"Lebih baik karena dendamnya akan terbalaskan." Neville langsung mengacungkan tongkatnya kepada pembunuh ayah dan ibunya itu, namun Harry menahannya dengan cepat. Neville jelas tak sebanding dengan Bellatrix Lestrange.

"Sekarang, tolong semuanya tenang, bisa? Yang kami inginkan hanya ramalan itu." Lucius meminta baik-baik.

"Kenapa Voldemort butuh aku untuk mendapatkan ramalan ini?" tanya Harry.

OBLIVIATE - Draco MalfoyWhere stories live. Discover now