16. oh god, this can't be real

5.6K 919 57
                                    

Pengumuman

Dekrit Pendidikan no. 23

Dolores Jane Umbridge telah ditunjuk untuk jabatan Inkuisitor Agung Hogwarts.

"Oh, astaga. Ini pasti tidak nyata." Jean mendengus ketika melihat pigora pengumuman yang baru saja dipasang oleh Mr. Flich. Banyak murid yang berkerumun untuk melihat tulisan itu. Hampir semua dari mereka mulai marah-marah dengan nada pelan, sisanya terlihat tidak peduli.

"Jean, bangunkan aku. Aku pasti bermimpi." Ron bergidik.

Wanita itu benar-benar mengambil alih Hogwarts. Dia membuat sangat banyak peraturan hingga para murid merasa tertekan. Umbridge melarang musik, semua produk Weasley, dan lain-lain. Dia bahkan mulai mewawancarai setiap Professor mengenai pelajaran yang mereka ajar. Dan menilai apakah mereka masih layak mengajar di Hogwarts atau tidak.

Berhari-hari para murid bersekolah di dalam tekanan. Umbridge selalu ada dan langsung menghentikan apabila ada murid yang bersenang-senang dengan menggunakan sihir. Lalu apa gunanya mereka bersekolah sihir jika menggunakan sihir saja dibatasi?

Keramaian di koridor dan para murid yang berjalan berbondong-bondong menuju ke satu arah membuat Jean bingung. Gadis itu merasa pusing karena terlalu banyak orang dengan gerakan cepat. Namun dia masih memaksakan untuk berjalan mengikuti arus.

Dia berhasil mencapai tempat dimana akhirnya para murid Hogwarts berhenti. Mereka menatap ke tengah taman. Ada Professor Trelawney, sang guru Ramalan, berdiri disana. Dan ada Mr. Filch yang datang sambil mengangkat koper dan menaruhnya di depan guru itu.

Kemudian Umbridge datang, lengkap dengan senyumannya yang menjengkelkan. Berdiri angkuh di hadapan Professor Trelawney.

"Enam belas tahu aku mengajar dan tinggal disini. Hogwarts adalah rumahku. Kau tidak bisa melakukan ini.." ucap Professor dengan kacamata bulat dan rambut panjang itu, meminta belas kasihan Umbridge.

"Sebenarnya, aku bisa." Jawab wanita berpakaian serba merah muda itu dengan tersenyum pura-pura sedih, sambil menunjukkan sebuah kertas.

"Apakah wanita itu memecat Professor Trelawney hanya karena dia menyampaikan ramalan buruk kepadanya?" Jean menggumam pada diri sendiri. Kesal pada Umbridge walaupun kepalanya masih sedikit pusing.

"Sepertinya iya." Diluar dugaan, seseorang menjawabnya. Gadis itu menoleh dan menemukan Draco Malfoy berdiri tegap di sebelahnya. "Apa yang kau lakukan disini? Seharusnya kau berdiri di belakang agar tidak pingsan." Ucap Draco kemudian.

Jean mengernyit, "Bagaimana kau bisa tahu?" tanyanya bingung. Dia merasa tak pernah memberi tahu Draco bahwa dia tak bisa berada di ruangan penuh orang. Dia hanya pernah bilang dia takut gelap.

"Itu tidak penting aku tahu darimana." Draco mengendikkan bahu, menutup kegugupannya.

"Lagipula, aku tak akan bisa melihat apapun di belakang." Ucap Jean kemudian. Draco menaikkan kedua alisnya, "Terserah kau saja." Akhirnya dia berkata. Malas mendebat.

Professor McGonagall berjalan terburu-buru menghampiri mereka. Dia segera memeluk Professor Trelawney sambil menghardik Umbridge. Beberapa detik setelahnya, datang Professor Dumbledore.

"Professor McGonagall, bisa aku memintamu mengantar Sybil kembali ke dalam?" pinta sang Kepala Sekolah. Raut bersyukur langsung terpatri di wajah Professor Trelawney, dia mengucapkan terimakasih pada Professor Dumbledore dengan sangat tulus sebelum Professor McGonagall mengantarnya kembali ke dalam.

Umbrdge terlihat tidak terima, namun tetap tersenyum. "Dumbledore, boleh aku mengingatkanmu bahwa sesuai Dekrit Pendidikan no. 23 yang disahkan oleh Menteri—"

OBLIVIATE - Draco MalfoyWhere stories live. Discover now