30. Im Go, Goodbye Hyeji

458 52 16
                                    

"Cie yang pas malem pelukan depan teres ekhem!" cibir Hyunjin saat Hyeji menduduk dirinya di kursi makan. Junho yang tadinya asik bermain game kini mendongak menatap kakak beradik tersebut bergantian.

"Siapa yang pelukan?" tanta Junho polos. Matanya mengerjap bingung.

Hyunjin melirik Hyeji. "Siapa lagi kalo bukan nyonya Ha."

"Gue tabok ya lo, bang!" ancam Hyeji berancang-ancang memukul Hyunjin menggunakan sendok makan. Junho sekarang paham. "Oh Hyeji.. " katanga manggut-manggut. "Sama Yoonbin ya?" tanya Junho.

"Bacod ye anjir kalian! Dah lah gak mood gue!" Hyeji bangkit berdiri mengambil tasnya di atas meja lantas keluar rumah meninggalkan Hyunjin dan Junho yang terbengong-bengong.

Junho mengalihkan pandangannya pada Hyunjin. "Adek lo noh bang!"

"Sodara lo noh!"

Yha malah saling nunjuk dua tampan ini.

Disisi lain Yoonbin menatap pantulan dirinya dicermin, hari ini adalah hari yang Yoonbin benci seumur hidupnya. Meninggalkan sahabat-sahabatnya, kakak serta adiknya, sekolah, lingkungan yang sudah menjadi tempat ia tinggal namun penuh dengan jeratan papahnya. Dan terpenting adalah kekasihnya, Hwang Hyeji. Yoonbin menangis semalaman bermohon-mohon pada papahnya agar membatalkan pertunangannya dengan perempuan china tersebut.

Tapi nihil, tidak bisa. Kalau keputusan papahnya sudah bulat tidak akan bisa di ganggu gugat. Lagipula Yoonbin tidak mau orang-orang terdekatnya terluka karena papahnya. Yoonbin yakin, kalau ia menolak, papahnya akan mencelakakan sahabat serta Hyeji.

Yoonbin tidak mau itu terjadi. Yoonbin pun sudah menulis surat untuk diberikan ke Hyeji dan Haruto. Kenapa Haruto? Nanti kalian akan tau apa isi surat itu.

"Yoonbin.. " panggil seseorang dari balik pintu. Yoonbin melihatnya dari kaca, ternyata Ryujin dan Guno.

Ia mendekat, menatap Yoonbin dari ujung kaki hingga atas. "Maaf ya, kita nggak bisa bantu. Gue udah mohon-mohon sama papah, tapi dia nggak perduli." ujar Ryujin.

"Gapapa." jawab Yoonbin singkat.

"Terus gimana sama Hyeji? Pasti dia bakalan sedih banget lo tinggal pergi, apalagi perginya karena pertunangan. Yang artinya nggak ada kesempatan buat dia hidup bareng sama lo." Guno menimpali.

Yoonbin tau, Yoonbin sangat tau. Tapi Yoonbin nggak mau menemui Hyeji dan mengatakan kalau ia hari ini harus pergi. Papahnya menyuruh untuk tidak sekolah karena jadwal penerbangan di lakukan pagi ini. Yoonbin semakin merasa hatinya hancur berkeping-keping tak tersisa. Tidak ada kesempatan kah?

"Udah nggak bisa, nggak bisa." lirih Yoonbin menangis. Ryujin menepuk-nepuk pundak Yoonbin menenangkan, bagi Ryujin ini pun sangat menyakitkan jika harus meninggalkan orang yang kita sayang.

Ting!

Ponsel Yoonbin bergetar, Yoonbin merogohnya didalam saku celana. Melihat si pengirim pesan pun sudah membuat Yoonbin menangis semakin kencang. Hyeji, dia yang mengirimkan pesan.

Mine 🤗
|ga sekolah ya?
|lagi sakit? Padahal pas malem baik-baik aja 😩

Yoonbin tersenyum melihat emoji yang Hyeji kirimkan.

Mine 🤗
|sekolah ga sih? Gerbang mau di tutup tau, Ryujin sama Guno juga belum dateng nih
|Yoonbin kok malah di read aja :(
Read

Yoonbin tak kuasa jika harus membalas pesan dari Hyeji, ia lebih baik melihatnya saja. Mematikan data serta mematikan daya ponselnya. Semoga Hyeji tidak akan menanyakan Yoonbin kemana pada Ryujin. Iya, Ryujin dibolehkan sekolah. Tapi tidak untuk Guno, karena Guno harus ikut ke Korea menyaksikan pertunangan Yoonbin.

Dia : Ha YoonbinKde žijí příběhy. Začni objevovat