Aku menghela napas panjang karena sudah merasa pegal mendongak tinggi. Sepertinya Jaehyun peka akan hal itu karena ia langsung merengkuh pinggangku dan mengangkatnya duduk di marmer sebelah wastafel. Tanpa permisi pria itu membuka kedua kakiku, masuk diantara paha dalamku. Aku meneguk ludah kasar, terkejut akan perubahan posisi menjadi intim seperti ini. Tangannya masih setia melingkari pinggangku.

Mencoba untuk tak menatap iris matanya, aku mencukur bulu-bulu halusnya dengan telaten. Tanganku bergerak dari rahang turun ke dagunya, berusaha untuk tak salah gerak sehingga dapat menggoreskan luka disana. Selama mencukur, selama itu pula aku menahan napasku. Aku berusaha untuk terlihat normal didepan Jaehyun. Padahal jantungku rasanya sudah berloncatan kesana kemari.

"Kamu cantik kalau serius gitu." Jaehyun membuka suara. Aku menatapnya dan ia langsung bermain mata denganku. Pria itu menarik smirknya lalu tertawa pelan. "Feelin' something?" bisiknya pada telingaku.

Aku meneguk ludah. Ada sesuatu yang mengeras dibawah sana dan aku bisa merasakannya. "Jangan macem-macem," ancamku membuang rasa takut. Matanya menggelap dan aku merasakan auranya yang mengintimidasiku.

Sebelum Jaehyun melakukan sesuatu yang aneh-aneh, aku segera menyelesaikan kegiatanku. Atmosfer di kamar mandi rasanya berubah dan Jaehyun dapat menerkamku kapan saja—dan aku tak mau hal itu terjadi. Aku selesai dan Jaehyun tampak lebih segar dari sebelumnya. Walau sebenarnya bulu-bulu halus itu membuatnya tampak lebih berkharisma, aku tetap menyukai bila rahangnya bersih.

Aku mendorong tubuh Jaehyun pelan, berniat untuk turun dari marmer ketika pria itu lebih dulu menahanku dengan merengkuhku lebih erat. Sial. Dengan posisi seperti ini aku dapat merasakan dengan jelas ia yang telah mengeras. Sebelah tangan Jaehyun berada di belakang punggungku, mengelusnya dengan gerakan pelan.

"Is it normal to get morning kiss from you, my wifey?" bisiknya, menggigit telingaku dan menciumnya membuatku meremang.

Bibirnya turun ke leherku. Jaehyun tak hanya menciumnya namun sesekali menyesapnya. Ciuman ini... memabukkan. Seharusnya akal sehatku bekerja, segera mendorongnya dan melayangkan tamparan pada pipinya. Namun sepertinya tubuhku tidak bisa bekerja sama dengan otakku karena aku malah mengadah, memberikan akses padanya untuk mengeksplor leherku lebih lama.

"J..Jung, stop it," lirihku sebelum kegiatan ini berlangsung lebih jauh. Jaehyun menurut, pria itu menarik wajahnya menjauh. Kupikir hanya akan berhenti disana. Namun aku salah. Pria itu kembali mendekatkan wajahnya. Lalu dengan cepat, ia memagut bibir merah ranumku dengan penuh gairah. Matanya menatap irisku mataku dengan lekat. Tangannya yang berada di belakang punggungku menekan tubuhku agar lebih dekat dengannya.

Mataku terpejam ketika Jaehyun mengulum bibirku dengan lembut. Mataku kembali terpejam, terbuai akan ciumannya. Semakin lama gerakannya semakin cepat. Kuluman lembut itu berubah menjadi ciuman bergairah. Bibirnya melumatku rakus. Tangan Jaehyun bergerak melingkarkan kedua kakiku pada pinggangnya.

Ciuman itu begitu memabukkan hingga tak sadar tanganku bergerak mengalung lehernya. Meremas surai hitamnya dengan pelan. Aku mulai kehabisan napas. Tanganku turun dan mendorong bahunya mundur, namun Jaehyun tak berkutik. Hingga akhirnya bunyi perutku lapar menghentikan aktivitas kami.

Jaehyun menjauhkan bibirnya. Pria itu tertawa pelan, kemudian menyatukan dahinya dengan dahiku. Iris matanya menatapku lekat. "Thank you."

Aku merapatkan bibir menahan senyum. Gengsi, tahu. "Minggir, aku mau sarapan."

Namun Jaehyun masih belum pindah dari tempatnya. "Pipimu merah," ia terkekeh. "Habis ini mandi. Johnny sama beberapa temanku yang lain mau jenguk anak kita," Jaehyun mengecup hidungku sebelum menjauhkan wajahnya.

DEGREES ft. JaehyunWhere stories live. Discover now