Kedua

328 61 19
                                    

Seokjin berlari tergopoh menuju ruangan dimana teman-temannya masih terbaring dengan berbagai macam kabel menempel di tubuh mereka.

Sejak tadi dia tetap melihat tayangan Reality Show gila yang sedang mereka jalani di ruangan istirahatnya sambil makan tteobokki. Ah, tiba-tiba saja dia ingin makan itu. Dan jantungnya hampir copot di adegan Jungkook berdarah-darah.

"Tolong! Buka ruangannya!"

Ruangan steril itu memang hanya bisa dibuka dari dalam dengan menekan sebuah tombol. Yang dapat membuka dari luar hanya para petugas yang memegang remot khusus pembuka pintu.

Pintu terbuka dan Seokjin berlari ke tempat Jungkook tanpa mempedulikan dokter pimpinan teknis acara ini.

"Dia baik-baik saja Seokjin," ucap dokter wanita yang masih muda itu dengan penekanan di penyebutan nama Seokjin. Ya dokter itu masih muda tapi tidak lebih muda dari Seokjin.

Meski begitu Seokjin tetap menuju ranjang penuh kabel dengan penutup kaca tempat dimana Jungkook berbaring disana dan anak itu terlihat mengerutkan dahi dan kesulitan bernapas.

"Apanya yang baik-baik saja!" tanpa sadar Seokjin melotot ke dokter pimpinan dan semua petugas yang ada disini. "Kalian mau membunuh adikku ya!"

"Tenanglah dulu Seokjin! Itu hanya reaksi sementara. Sebentar lagi dia akan sadar. Sebuah mimpi mustahil dapat membunuhmu kan?"

Member tertua BTS itu mengalihkan pandangannya ke Jungkook yang berangsur tenang dan membuka matanya dalam beberapa kali kerjapan. Kaca penutup ranjang terbuka. Semua masih terdiam melihat reaksi Jungkook selanjutnya setelah sadar dari mimpi buruknya.

Seokjin sangat tahu bagaimana rasanya itu. Seperti ada gumpalan hitam yang menyumbat hatimu. Pikiranmu dipaksa berlelah-lelah di alam mimpi untuk bangun dan menyadari bahwa semua kelelahanmu itu hanyalah mimpi semata.

Tidak lama kemudian setetes air mata membasahi pipi Jungkook. "Sakit... Itu menakutkan sekali..."

***

Jungkook dan Seokjin kini berada di ruang istirahat. Ruangan dimana sebelumnya Seokjin melihat tayangan Be Star in Dreams dari layar monitor yang cukup lebar ditemani tteobokki. Namun makanan itu kini tidak menjadikan Seokjin berselera lagi. Sebab Jungkook lebih banyak diam dan melamun setelah dibangunkan. Seokjin khawatir melihat Jungkook yang selama lima jam ini hanya berbaring di atas ranjangnya sembari menatap langit-langit. Seokjin pun jadi tidak terlalu fokus pada tayangan BSID.

Seokjin sudah berusaha mengajak berbicara Jungkook beberapa kali tapi hanya dijawab dengan 'ya' atau 'tidak'. Jungkook benar-benar terlihat depresi. Apakah sebegitu menyakitkannya tertabrak truk? Seokjin saja berakhir dengan ditusuk pisau kagetnya masih terasa sampai sekarang meski kadarnya kecil sekali. Dia menghembuskan napasnya lelah. Jangan sampai member lainnya mengalami hal serupa atau lebih parah.

"Jungkook, bagaimana ya caranya menghentikan acara ini?"

Atensi Jungkook beralih pada Seokjin. "Itu yang dari tadi kupikirkan Hyung," member termuda ini sedikit menarik sudut bibirnya dan tersenyum getir, "Mendengar penjelasan Rose Noona tadi yang bilang bahwa acara ini hanya bisa berakhir di tangan penonton yang bergabung dalam vooting membuatku putus asa. Model program seperti ini masih pertama kali Hyung, dan ternyata belum pernah diuji coba sebelumnya."

Akhirnya Jungkook bicara panjang lebar juga. Ternyata dia mengkhawatirkan teman-teman lainnya, batin Seokjin.

Mereka kembali berfokus pada tayangan BSID sebab bingung harus berbuat apa disamping mereka masih mencemaskan teman-teman lainnya. Apa mereka hanya perlu duduk diam dan menanti acara ini berakhir? Tapi acara kali ini batasan waktunya tidak menentu, hanya berakhir ketika semua member telah berhasil keluar dari dunia mimpi itu. Dan... satu-satunya cara dengan menghilangkan nyawa. Setidaknya ini yang Seokjin pahami.

Tayangan sedang memperlihatkan Taehyung yang terlihat sudah cukup besar dan bukan balita lagi, mungkin sekitar usia delapan tahun. Dia terlihat seperti anak laki-laki yang ceria dan penurut. Sekarang dia sedang menyiram tanaman bersama kakek penolong. "Sepertinya pertambahan umurnya cepat ya Hyung? Tidak seperti waktu kita masih berada di dalam sana," celetuk Jungkook. Jauh di dalam hatinya dia cukup lega melihat Taehyung sepertinya bahagia disana.

Seokjin hanya mengangguk sekilas. Benar, tiba-tiba saja alur waktunya lebih cepat ketika Jungkook keluar dari acara. Sebenarnya di dalam pikiran Seokjin masih berkecamuk pertanyaan tentang ke mana arah cerita acara kali ini. Dia ingat bahwa acara ini akan dibuat random sesuai keinginan penonton. Penonton yang poin membernya tinggi bisa memberikan saran alur cerita mereka masing-masing dan penonton yang tidak bisa menyumbang alur cerita akan menyumbang voting untuk masing-masing alur. Alur cerita dengan voting paling tinggi akan otomatis menjadi alur cerita mimpi di acara tersebut. Lebih ajaibnya lagi tentang acara ini adalah proyeksi tampilan mimpi member BTS akan tampil di layar secara bergantian sesuai porsi peran yang sedang paling besar.

Dari tadi alur ceritanya kebanyakan berisi kesedihan, apakah ARMY ingin melihat BTS sengsara? Apakah itu yang sebenarnya mereka inginkan terhadap kami?, batin Seokjin gusar. Alur cerita acara sebelumnya ketika belum memakai konsep alur random sesuai voting penonton tidak pernah ada yang sesedih ini.

"Hyung!"

Jungkook berteriak dan itu mengagetkan Seokjin yang sedang melamun. "Lihat itu Hyung! Taehyung mengapa diberikan kepada orang-orang itu?!"

Mereka berdua melihat bahwa Kakek sedang berlutut mensejajarkan dirinya dengan Taehyung. Berbicara kepada bocah kecil itu bahwa ini demi kebaikan Taehyung. Orang-orang itu akan membawa Taehyung ke luar kota untuk bersekolah. Taehyung tampak enggan untuk berpisah dari Kakek meski katanya ini demi kebaikan dirinya sendiri.

"Bersekolah apanya?! Orang-orang di dalam mobil itu terlihat seperti orang jahat! Sial!" umpat Seokjin.

Kemudian Seokjin melihat bahwa pria bertopi tinggi yang menusuknya dulu juga ada di dalam mobil. "Jungkook, kita harus menyelamatkan Taehyung!"

Chapter ini sudah berada dalam draft dalam waktu lama

Our Adventure (BTS as Children)Where stories live. Discover now