Ekspektasi

579 74 5
                                    

Suatu kejadian yang jarang terjadi akan sangat sulit untuk dipercaya. Apalagi jika seseorang harus menelan bulat-bulat kenyataan bahwa anaknya yang sudah beranjak dewasa tiba-tiba berubah menjadi anak kecil lagi. Ini hal yang mustahil bukan? Siapa yang akan percaya?

Seorang pria dengan jas paling elit berdiri dengan kasar, "Seumur hidup saya tidak pernah percaya tentang hal-hal aneh seperti ini! Kembalikan putra saya!"

"Aboeji..." lirih Seokjin di tempat duduknya. Tatapannya nanar tepat menuju ayahnya yang sedang marah. Ayahnya seperti menghindari kontak mata dengannya sejak tadi.

Keributan itu mengundang keributan lainnya. Para wali BTS ribut dan mengatakan ketidakpercayaan mereka tanpa berusaha mendekat dan memperhatikan lebih seksama semua member di depan sana. Bang Shi Hyuk kehabisan kata-kata.

Seorang ibu sedikit berisi dengan pakaian berwarna hitam putih adalah pengecualian. Daritadi wanita paruh baya itu hanya diam mendengarkan dan langsung mengambil tindakan. Dia maju ke depan tepat ke arah yang paling mirip dengan anaknya. Dia masih ingat sekali seperti apa anaknya saat itu, saat anaknya masih sangat bergantung padanya hingga dia berulangkali harus berteriak agar sang anak tidak terlalu menempel padanya. Dulu, dia hanya ingin anaknya menjadi anak yang kuat dan tidak manja.

Anak itu hanya melihatnya dengan pandangan yang tidak dapat dimengerti. Wanita paruh baya itu sedikit membungkuk dan berusaha mensejajarkan diri dengan si anak. Suasana hening seketika.

"Wajah kentangmu tidak berubah."

Dalam sekejap air mata di pelupuk Yoongi tidak dapat dibendung lagi. Mati-matian sejak tadi dia menahan perasaannya. Sejak awal dia sudah pesimis bahwa orangtuanya jelas akan menolak kondisinya. Tapi buktinya sekarang justru ibunya-lah satu-satunya yang maju ke depan, masih berusaha mencari bukti daripada ribut sendiri.

"Eomma..."

Dan wanita itu pun memeluk anaknya erat dan menggendongnya. "Apa yang sudah terjadi? Mengapa kamu jadi seperti ini, Yoon?"

Yoongi, bocah kecil 7 tahun itu berusaha untuk tidak menangis. Dia yang selama ini terlihat paling tidak peduli, paling tidak takut atas kondisi yang menimpa anak-anak Bangtan Sonyeondan, sebenarnya juga memiliki rasa takut itu. Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut ibunya, dan reaksi ibunya yang kontras berbeda dari reaksi semua wali di ruangan ini benar-benar membuatnya tersentuh. Selama ini dia mengira bahwa orangtuanya adalah orangtua yang paling cuek diantara lainnya. Dia terkadang iri dengan Seokjin yang terlahir di keluarga kaya, Jimin yang memiliki Papa yang romantis, Taehyung yang dekat sekali dengan ayah dan neneknya, Jungkook yang memiliki orangtua tampan dan cantik, Hoseok dengan keluarganya yang harmonis dan Namjoon yang pada akhirnya sangat didukung dan dibanggakan orangtuanya. Tapi ternyata setiap keluarga memiliki kurang lebihnya masing-masing. Pembuktiannya ada di hari ini.

Wanita paruh baya dengan dress hitam putih itu menghadapkan pandangannya ke seluruh audiens. "Bagaimana mungkin kalian semua tidak mengenal anak yang kalian lahirkan sendiri?"

Tatapannya nyalang tidak berhenti memandangi semua wali yang sedang berdiri terpaku. Diantara para orangtua itu masih ada saja yang berbisik satu sama lain sambil sesekali melirik ke Bang Shi Hyuk dengan pandangan yang tidak menyenangkan.

"Sudahlah. Buang-buang waktu saja disini." Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan langsing berteriak lantang. Dia tampak sudah sangat gerah untuk tetap tinggal di ruangan ini. "Anakku Taehyung memang sering bertingkah seperti anak kecil. Ck anak itu benar-benar tidak cocok menjadi yang tertua. Tapi dia mustahil benar-benar menjadi anak kecil kembali bukan? Apakah ada diantara kalian yang bisa mempercayai omong kosong pria tambun di depan sana seperti Nyonya Min?"

"Kami telah menyerahkan anak-anak kami kepada agensi selama bertahun-tahun. Kami jarang bertemu dengan mereka. Hanya kucuran dana yang tersisa untuk kami. Lalu sekarang agensi membuat lelucon yang tidak lucu ini setelah anak-anak kami diisukan menghilang di tengah konser? Hah! Kalian pikir kami ini orang-orang bodoh?!" lanjutnya lagi. Wajahnya telah memerah menahan amarah.

Para wali kembali berbisik-bisik lebih heboh dari sebelumnya. Sementara si kecil Taehyung yang duduk paling pinggir telah memandang lurus ke arah ibunya dengan pandangan sendu. Coba Ayah yang datang, dia pasti dengan mudah akan mengenaliku.

Taehyung tidak tahan lebih lama duduk di kursi bodoh ini. Dia berlari kecil ke belakang tirai. Disana ada beberapa staf. Sesampainya di balik tirai dia tidak lagi dapat menahan tangisannya. Meski suaranya sangat lirih karena ditahannya, namun bahunya sampai bergetar hebat. Perasaannya sangat sakit ketika mendapati ibunya tidak mengenalinya seperti ibunya Yoongi. Sejak kecil dia memang dirawat oleh neneknya dan jarang bertemu dengan ibunya. Orangtuanya sibuk bekerja. hanya ayahnya-lah yang sering menyempatkan waktu berkunjung. Bagaimana mungkin ibunya dapat mengenalinya dengan wujud anak-anak seperti ini?

Seorang staf perempuan dengan sigap membawanya dalam gendongan. Berusaha membuatnya berhenti menangis. Semua staf disana juga tampak larut dalam kesedihan ini. Sungguh, anak-anak Bangtan yang malang.

Jimin yang melihat Taehyung berlari rasanya ingin ikut menyusul. Tapi dia bertahan demi melihat reaksi ayahnya. Dia tahu ayahnya sangat sayang padanya. Saat kecil ayahnya sering sekali mengajaknya jalan-jalan dan juga sering menggendongnya kemana-mana. Tidak mungkin Ayah melupakanku, begitu pikirnya. Ayahnya masih disana memandang dengan tatapan bingung ke arah enam bocah yang duduk di kursinya masing-masing.

Lalu pria paruh baya itu berjalan ke luar dengan gerakan yang gontai. Seolah-olah sudah terlalu banyak beban berat yang ditanggung di pundaknya. Dia tidak ingin menambah beban dan berniat untuk tidak menghiraukannya saja. Dia tidak ingin terlibat dalam keributan ini. Jimin yang melihatnya pun seketika menunduk dalam. Sudah tidak ada lagi harapan. Dia memandang iri ke arah Yoongi yang digendong erat oleh ibunya.

Sedangkan Yoongi melihat Jin, Hoseok dan Namjoon yang menggandeng Jungkook berjalan ke belakang tirai dengan wajah menunduk semua, tentu terkecuali Jungkook yang masih terlalu kecil untuk menyerap ini semua di otak kecilnya.

Pandangannya teralih ke arah para orangtua yang tersisa terus lanjut berdebat dengan Bang Shi Hyuk dan jajarannya. Mereka terlihat seperti tidak akan menemukan titik terang.

"Apakah perlu kami mengadakan tes DNA supaya Anda semua dapat mempercayainya?"

"Tidak perlu! Kami akan menuntut perusahaan ini atas terbunuhnya anak-anak kami!"





***

Akhirnya selesai juga. Draft ini udah aku tulis sepertiga sejak lama banget. Dan baru dilanjut sekarang saat ada waktu longgar dan mood longgar. Happy Reading! Menurut kalian cerita ini worth nggak buat dilanjutin?

Our Adventure (BTS as Children)Where stories live. Discover now