PROLOG

315 39 3
                                    

“Awas!” Fannon mendorong Xavier, membuat laki-laki berkulit putih pucat itu terjatuh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Awas!” Fannon mendorong Xavier, membuat laki-laki berkulit putih pucat itu terjatuh. “Kau mengacaukan semuanya, lingkaran sihirnya jadi rusak.”

“Sudah kubilang jangan pilih kotak itu.”

“Berhentilah membahas kotak, kita harus terus bergerak kalau masih mau hidup.”

Alih-alih ikut adu mulut, Askar dengan buku sketsa di tangannya memilih untuk berjalan menjauh dan mengabaikan perdebatan orang-orang aneh itu. “Sekarang aku menyesali keputusanku beberapa saat lalu. Punya rasa penasaran di atas rata-rata itu merepotkan.”

Fannon menatap sinis ke arah orang yang tadi didorongnya, sementara kabut tebal mulai memperpendek jarak pandang mereka, disertai dengan bau mayat busuk.
Askar Geogrge Yuan mulai menggambar di buku sketsa yang sudah dipilihnya. Mahasiswa jurusan seni itu membuat sesuatu yang aneh—seekor naga—yang sepertinya baru menetas dari telur.

Raungan yang terdengar menggema di tengah padang rumput tidak membuyarkan fokus Askar yang sedang berusaha untuk membesarkan ukuran naga gambarannya, sementara tanah di bawah kaki mereka juga mulai bergetar. Asher, Fannon, Xavier, Vincent, Riz, dan Nolan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya, setidaknya sampai Askar meneriaki mereka semua, mencaci maki mereka. “Hei, kalian semua mau kita mati, ya!”  serunya kemudian. “Besarkan ukuran naganya.”

“Aku tidak bisa.”

Nolan menggeleng. “Bukan keahlianku.”

“Orang-orang gila. Seharusnya kalian memilih kemampuan yang bisa menyelamatkan kita.”

“Sudahlah, aku akan coba buat portal.”

Di tengah-tengah itu Riz secara naluri menengok ke belakang setelah menyadari kalau bau busuknya semakin dekat. Laki-laki itu melihat seekor kalajengking besar yang sedang ditunggangi seseorang, dan sialnya hewan jumbo itu mengeluarkan jarum dari bagian ekornya. “Menunduk!” Ia menundukkan paksa kepala Vincent yang sedang berdiri di sebelahnya.

Fannon mulai membentangkan tangannya bersamaan dengan mulutnya yang merapal mantra untuk membuat sebuah portal. Sambil berteriak, dan menyuruh semuanya masuk ke dalam portal yang entah berujung ke mana nantinya itu, jarum tajam beracun mulai meluncur ke arah mereka lebih cepat.

“Sialan, jangan melamun!” Vincent menarik pergelangan tangan Xavier yang masih ternganga.

Ketika semuanya sudah melewati portal, Fannon malah melihat liontinnya yang terjatuh. Spontan dia berlari menjauhi portal. “Aku akan segera kem—”

“Awas!”

Bruk!

Laki-laki itu merasakan sesuatu membentur kepalanya, seluruh tubuhnya tiba-tiba mati rasa dalam sekejap.

“Portal menara sialan.”

***

“Mau bertaruh?”

“Soal apa?

Perempuan itu tersenyum tipis. “Kalau mereka berhasil sampai akhir. Aku akan menghentikan semua ini, tapi kalau mereka gagal—”

“Aku boleh melakukan apapun yang kumau.” Seorang pria berambut gondrong berjalan ke arah lawan bicaranya. “Dan kau harus menyelesaikan apa yang kau mulai, Nyonya.”

“Yah, baiklah.” [ ]

🔥🔥🔥
a

llvcy_

1-12-2023

7 LinesWhere stories live. Discover now