04. FAMILY OR NOT

160 26 13
                                    

"Ya, tidak ada yang bisa dipercaya di dunia ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ya, tidak ada yang bisa dipercaya di dunia ini." Seorang laki-laki berusia sekitar 18 tahun kini tengah menatap pantulan dirinya di cermin, sebelum akhirnya dia beranjak pergi.

Vincent Aroon berjalan ke arah ruang latihan. Ia bisa melihat sudah ada beberapa orang di sana, salah satunya adalah Fannon-pelatih mereka-yang akan memimpin evaluasi kali ini. Vincent tidak suka Fannon, karena selain cara bicaranya yang kasar, laki-laki itu juga sombong, meskipun sebenarnya dia memang pantas untuk sombong. Namun, bagi seorang Vincent Aroon, tidak seharusnya seorang pelatih justru bersikap seperti itu.

"Tidak ikut evaluasi?" celetuk Fannon sambil melipat tangannya di dada.

"Ikut, tunggu."

Vincent berjalan agak santai menghampiri teman-temannya yang sudah bersiap membuat formasi. Laki-laki dengan rambutnya yang agak berwarna kecoklatan tersebut menghela napas panjang.

"Ayo mulai, aku akan putar musiknya."

Semuanya saling menatap beberapa saat sebelum musiknya mulai diputar, dan mereka mulai memperlihatkan gerakan yang selama ini sudah mereka latih pagi dan malam. Di tengah itu semua, Fannon terus memperhatikan Vincent yang meningkat pesat. Ia punya rencana mengenai anak itu.

Setelah beberapa saat, Fannon terlihat tersenyum tipis. "Cukup," ujarnya kemudian.

Chris spontan bernapas lega, sementara Vincent terlihat kecewa karena Fannon yang tidak melihat kemajuan mereka di lagu yang lainnya. Setelah beberapa saat, Isamu Jin Fannon mulai mengevaluasi mereka satu persatu.

"Aroon tetap di sini, yang lain silakan kembali," katanya setelah selesai dengan evaluasi semua anggota.

Sehabis semua anggota benar-benar meninggalkan ruangan, Vincent dan Fannon membuat atmosfer di dalam ruangan terasa tidak nyaman, sampai akhirnya Fannon angkat bicara.

"Kau mau datang ke evaluasi terbuka?" tanyanya.

Kontan Vincent memasang wajah cerianya, ia terlihat bersemangat. "Kapan?"

"Minggu depan." Fannon melihat Vincent serius. "Tapi kau harus melakukannya sendiri, kau harus ikut evaluasinya," sambungnya kemudian.

Lelaki bermata hazel tersebut terlihat berpikir keras selama beberapa saat, lalu menyetujui ajakan Fannon. "Aku akan mempersiapkannya."

"Oke, bagus. Jangan mengecewakanku."
Isamu Jin Fannon meninggalkan ruangan tanpa mengucapkan kalimat perpisahan.

***

7 LinesWhere stories live. Discover now